Bagi masyarakat yang ingin mengetahui cara pengolahan sampah bisa berkunjung ke TPST Bantargebang
Jakarta (ANTARA) - Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, tengah diproyeksikan menjadi destinasi studi persampahan nasional melalui penyediaan sarana dan prasarana yang sedang berjalan intensif.

"TPST Bantargebang saat ini tengah berbenah, terutama kami ada kegiatan strategis daerah sebagai fokus Gubernur DKI terhadap masalah sampah," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) TPST Bantargebang pada Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto di Bantargebang, Jumat.

Baca juga: Empat fasilitas tekan 26 juta meter kubik sampah DKI

Menurut dia Pemprov DKI saat ini sedang melakukan rehabilitasi kantor UPT di sisi barat lingkungan TPST Bantargebang Kelurahan Cikiwul, Kecamatan Bantargebang.

Bangunan yang berdiri di atas lahan sekitar 700 meter per segi itu tengah diratakan dengan tanah menggunakan satu unit alat berat jenis eksavator.

Rencana Pemprov DKI, bangunan baru nanti selain difungsikan sebagai kantor UPT juga akan dijadikan pusat riset dan edukasi persampahan skala nasional.

Asep mengatakan latar belakang ditetapkannya TPST Bantargebang sebagai destinasi studi persampahan adalah tingginya okupansi pelajar yang berkepentingan dengan segala informasi berkaitan sampah.

TPST Bantargebang yang berdomisili pada tiga tiga wilayah kelurahan seluas total 110,3 hektare, yakni Ciketing Udik, Cikiwul, dan Kelurahan Sumurbatu, saat ini menampung sampah eksisting DKI sejumlah 26 juta meter kubik.

Sementara sampah yang didistribusikan per harinya berkisar rata-rata 7.452 ton lebih.

Baca juga: Toko ramah lingkungan Nalabhumi ajak pengunjung PRJ kurangi sampah

Volume itu mengalami tren peningkatan setiap tahun berkisar 400 hingga 1.000 ton lebih dengan komposisi 33 persen sampah plastik, 9 persen kain, 3 persen kulit atau karet, sampah B3 4 persen, sisa makanan 39 persen, kayu atau rumput 4 persen, kertas 4 persen, dan jenis lainnya 4 persen.

Sampah yang terkumpul sejak 1989 itu terdiri atas 74,5 persen landfill dan sisanya 25,5 persen prasarana seperti jalan masuk, kantor, dan instalasi pengolahan Lindi.

Luas landfill di lahan milik Pemprov DKI itu terbagi atas Zona I seluas 18,3 hektare, Zona II 17,7 hektare, Zona III 25,41 hektare, Zona IV 11 hektare, Zona V 9,5 hektare dan 28,39 hektare lainnya diperuntukan bagi fasilitas pengolahan sampah.

Pihaknya mencatat rata-rata okupansi pelajar pada jadwal kunjungan yang ditetapkan pada Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis setiap pekannya berkisar tiga hingga empat rombongan dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan internasional.

Khusus pada hari Jumat diliburkan untuk mengistirahatkan pegawai yang melakukan pendampingan studi.

"Satu rombongan bisa mencapai 40 orang pelajar dari jenjang pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, hingga perguruan tinggi," katanya.

Bahkan jadwal kunjungan per Juni hingga Agustus 2019, kata Asep, saat ini telah terisi penuh.

"Masyarakat ingin tahu pengelolaan sampah di TPST Bantargebang seperti apa. Tidak hanya pelajar SD, SMP dan SMA hingga mahasiswa, sampai perusahaan swasta asing dan regional di Jakarta dan sekitarnya juga berdatangan ke TPST," ujarnya.

Mereka melakukan studi terhadap sejumlah fasilitas pengolahan sampah seperti Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), rumah komposting, area pertambangan refused derived fuel (RDF), serta landfill.

"Mereka yang datang untuk studi kami berikan materi edukasi hingga kunjungan ke tempat-tempat pengolahan dan fasilitas yang ada," katanya.

Melalui penyediaan fasilitas gedung studi yang representatif, kata Asep, diharapkan kegiatan kunjungan ke TPST menjadi lebih lengkap.

Gedung Pusat Studi Persampahan Nasional itu diproyeksikan beroperasional pada 2020.

Selama proses realisasi bangunan baru, kata Asep, seluruh pegawai UPT TPST Bantargebang direlokasi menuju masjid di sisi selatan TPST yang baru selesai pembangunannya pada Januari 2019.

"Lebih jauh lagi kami berharap kunjungan mereka untuk studi di TPST bisa berkontribusi positif pada perbaikan lingkungan di Indonesia," katanya.

Baca juga: Sampah Jakarta bertambah 864 ton pada hari pertama Ramadhan
 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2019