perusahaan wajib mengobati dan memberi santunan 48 kali gaji bulanan
Jakarta (ANTARA) - Hanya satu dari  para pekerja yang tewas pada kebakaran pabrik mancis (pemantik api) di Jalan Tengku Amir Hamzah, Desa Sambirejo, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, Jumat siang, yang terdaftar menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Direktur Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kementerian Ketenagakerjaan Wahyu Widodo ketika dihubungi di Jakarta, Jumat malam, mengatakan dari laporan yang diterima, 28 yang tewas, termasuk anak-anak, dan empat selamat.

"Seluruh mayat dibawa ke RS Bhayangkara Medan," kata Wahyu.

Sejumlah 27 pekerja, dilaporkan  terdaftar atas nama PT Kiat Unggul, tetapi dengan status perusahaan daftar sebagian tenaga kerja (PDSTK) dan 25 direncanakan akan didaftarkan ke Kantor Cabang BPJS-TK terdekat.

Dalam kasus kecelakaan kerja dan kematian, dimana perusahaan abai melindungi pekerja maka perusahaan wajib mengobati dan memberi santunan kepada ahli waris, minimal sebesar yang diberikan BPJS Ketenagakerjaan, yakni 48 kali gaji bulanan plus biaya pemakaman

Suryadi, seorang saksi yang mengantarkan korban ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan, mengatakan hanya empat orang pekerja yang selamat dalam peristiwa kebakaran menjelang shalat Jumat pukul 12.00 WIB tersebut.

Ia mengatakan pekerja pabrik pemantik api sebagian meninggal dunia karena terjebak di dalam bangunan pabrik yang terbakar.

"Waktu kebakaran itu kondisi pintu depan (pabrik) terkunci, yang buka hanya pintu belakang, sedangkan sumber kebakaran dari arah belakang," kata Suryadi.

Semua korban diperkirakan perempuan, karena pekerjanya memang perempuan semua.

Menurut data korban kebakaran yang dipajang di Rumah Sakit Bhayangkara Medan, di antara perempuan-perempuan yang meninggal dunia akibat kebakaran itu ada lima anak.

Korban kebakaran menurut data tersebut kebanyakan beralamat di Desa Sambirejo, serta beberapa di Desa Selayang Mancang, dan Kwala Begumit.*


Baca juga: Kebakaran pabrik mancis di Langkat, korban tewas 30 orang
Baca juga: Korban kebakaran pabrik mancis di Langkat tak dapat dikenali keluarga

 

Pewarta: Erafzon Saptiyulda AS
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019