Jakarta (ANTARA) - Sejak seorang asal Prancis, Louis Jacques Mande Daguerre mempublikasikan temuannya berupa gambar direkam pada sebuah plat yang dilapisi perak iodide pada 1839, virus positif fotografi menyebar ke seluruh dunia hingga kini, termasuk di Indonesia.

Di Indonesia sendiri, fotografi telah masuk sejak pertengahan abad ke-19 pada masa kolonial Belanda.

Kini setelah lebih dari 170 tahun hadir, fotografi telah semakin menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan dan sejarah Indonesia.

Berbagai komunitas dari beragam genre, seperti fotografi jurnalistik, alam liar, pemandangan, pernikahan, arsitektur, jalanan, "fine art", "still life", dan "fashion", pun semakin banyak bermunculan.

Semakin banyaknya penggiat fotografi di beragam genre tersebut berdampak positif pada semakin bergairahnya dunia perfotografian di Indonesia.

Tak hanya berupa pameran karya foto, beragam bentuk kegiatan lainnya seperti diskusi hingga pelatihan singkat maupun panjang semakin banyak diadakan di Tanah Air.

Bahkan, beberapa kegiatan akbar kelas internasional yang mempertemukan praktisi dan penggemar fotografi dari Indonesia dan negara-negara lain juga telah diadakan.

Kepala Divisi Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara, Oscar Motuloh mengatakan, perhelatan akbar internasional yang mempertemukan penggiat fotografi dari banyak negara sangat berarti bagi Indonesia sendiri.

"Ajang seperti itu mempertemukan dunia global jadi satu," kata pria yang juga menjadi kurator GFJA.

Tak hanya pertukaran informasi dan wawasan budaya masing-masing negara, lanjut dia, di ajang-ajang seperti itu juga sangat memungkinkan terjadinya pertukaran jaringan.

"Itulah yang perlu dimanfaatkan secara maksimal oleh para penggiat fotografi di Indonesia agar wawasan maupun karir fotografi semakin berkembang dan harapannya dapat 'go international'," kata pria yang akrab pula disapa B-O.

Meski dibandingkan negara-negara lain Indonesia terbilang masih sedikit menggelar, Oscar mengatakan, beberapa perhelatan akbar fotografi internasional yang melibatkan lebih dari satu negara telah dilangsungkan di Tanah Air.

Sejumlah perhelatan akbar fotografi internasional yang tercatat pernah berlangsung di Indonesia, antara lain:

1. Salon Foto Indonesia
"Pada 1956 telah ada 'International Photosalon of Indonesia'," kata Oscar.

"International Photosalon of Indonesia" atau Salon Foto Indonesia merupakan ajang fotografi yang digelar oleh Gabungan Perhimpunan Seni Foto Indonesia (Gaperfi), sebuah organisasi fotografi yang berdiri pada 1953 dan tak berumur panjang karena bubar pada 1957.

2.Festival FOTO.ID
Oscar mengatakan, dengan bertema “Masa Depan Sebuah Masa Lalu”, Festival FOTO.ID berlangsung di Jakarta 15 Agustus hingga 14 September 2005.

Acara ini merupakan rangkaian pameran yang menampilkan karya-karya fotografer Indonesia dan Belanda dari dua generasi yang
berbeda.

Sejumlah karya foto generasi yang lebih dulu berupa dokumentasi peristiwa seputar kemerdekaan Indonesia pada periode 1946-1949 dan karya-karya generasi muda tentang pemaknaan mereka tentang kebebasan dan identitas diri, setelah 60 tahun
berselang.

"Acara ini berlangsung di sejumlah lokasi, seperti Plaza Senayan, Galeri Oktagon, Galeri Lontar, dan GFJA," kata Oscar yang pada April 2019 mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

3. The Jakarta International Photo Summit (JIPS)
 
The Jakarta International Photo Summit 2014 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dasar dan Menengah Anies Baswedan (kanan) didampingi salah satu Kurator pameran foto The Jakarta International Photo Summit 2014 Oscar Motuloh (kiri) melihat sejumlah karya foto pada pembukaan pameran tersebut di Galeri Nasional, Jakarta, Jumat (5/12). Pameran tersebut menampilkan 300 karya dari berbagai pewarta foto nasional maupun internasional dan akan berlangsung dari 5-28 Desember 2014. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)


"The Jakarta International Photo summit (JIPS) merupakan ajang internasional hasil kerja sama Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) dengan Galeri Nasional," kata Oscar.

JIPS sendiri, kata Oscar, telah berlangsung sebanyak tiga kali, antara lain 2007 dengan tema "City of Hope", 2010 dengan tema "City of Interaction", dan 2014 yang bertema "City of Waves".

"GFJA dan Galeri Nasional sendiri sejak awal mengonsep JIPS berlangsung sebanyak tiga kali," kata Oscar.

Untuk ajang terakhir pada 2014, lanjut Oscar, JIPS diikuti 89 fotografer dari 12 negara tersebut terdiri dari acara pameran foto, diskusi, dan pemutaran film.

4. Vision International Image Festival
 
Vision International Image Festival Pengunjung memperhatikan foto pada pameran Vision International Image Festival 2013 di Galeri Danes Art Veranda, Denpasar, Bali, Rabu (9/10) malam. Pameran yang menampilkan sejumlah karya fotografer itu mengangkat potret peradaban seputar kelautan Indonesia dan dunia dimana Bali menjadi provinsi awal dilaksanakannya festival tersebut. (ANTARA FOTO/Saptono)


Berlangsung pada 9-20 Oktober 2013 di Bali, Vision International image Festival digelar bertujuan mengangkat potret peradaban kelautan Indonesia dan dunia.

Acara dengan tema "Angasraya: Arus kebebasan dari Samudera" itu diikuti 13 seniman fotografi dari 11 negara.

Tak hanya pameran foto, kata Oscar, acara ini juga menampilkan pemutaran film, slide, dan pertunjukkan multimedia yang saling merespon arsitektur, instalasi, sampai pertunjukkan musik.

5. Jakarta International Photo Festival
 
Seorang anak perempuan berdiri di depan potret-potret warga Korea Utara berjudul "Unperson", karya Tim Franco, pada pameran foto bersama bertajuk "Identitas" dalam acara JIPFEST (Festival Foto Jakarta Internasional), di Goethe-Haus, Jakarta Pusat, Kamis (27/6/2019). Pameran ini, terselenggara bekerjasama Goethe-Institut Jakarta dan Yayasan Tifa, dan akan berlangsung hingga 9 Juli. ANTARA FOTO/Dodo Karundeng/hp.


Acara yang digelar perdana pada 25 Juni hingga 9 Juli 2019 ini memiliki rangkaian 61 acara yang tersebar di 17 lokasi seputar Jakarta Pusat.

Sejumlah program, seperti "Currator Lab" (pelatihan kurator foto), "Workshops" (pelatihan keahlian industri fotografi, termasuk pembuatan buku foto dan visual storytelling), serta "Portfolio Review" (menghadirkan 25 tokoh fotografi, media dan seni untuk memberi kritik konstruktif pada fotografer) mewarnai festival ini.

Untuk pameran foto dalam festival yang bertema "Identitas" ini, sebanyak 36 fotografer dari 17 negara ambil bagian setelah lolos dalam proses kurasi (seleksi karya).

"Program Jipfest dirancang untuk mengasah kemampuan pelaku industri fotografi, sekaligus mengundang masyarakat untuk ambil bagian dalam rangkaian acara Jipfest," kata Direktur Program Jipfest 2019, Ng Swan Ti dalam rilis yang diterima Antara.

Selain itu, lanjut Swan Ti, festival ini rencananya akan digelar rutin dengan dukungan pemangku kepentingan industri fotografi.

Sementara itu, menurut Oscar Motuloh Jipfest merupakan yang terbesar dari yang perhelatan fotografi internasional pernah ada di Indonesia.

Oscar berharap acara tersebut dapat kembali digelar dengan secara lebih baik lagi di masa mendatang serta mendapatkan respon positif yang lebih luas lagi dari penggiat fotografi di Indonesia.


Baca juga: Anies ajak warga Jakarta kunjungi pameran JIPFest

Baca juga: Oscar Motuloh: Sejak awal Kantor Berita ANTARA akrab dengan media online

Baca juga: 13 foto Proklamasi hadir di Pameran Antara

 

Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019