Jakarta (ANTARA) - Ajang adu cepat mobil listrik Formula E yang baru dimulai lima tahun lalu di Beijing, semakin populer berkat perkembangan teknologi ramah lingkungan dalam industri otomotif.

Secara tampilan, mobil Formula E lebih menyerupai "Batmobile" atau kendaraan film superhero Batman, dengan menggunakan penggerak listrik berkapasitas 250kWh. Namun ada juga yang menyebut mobil itu lebih mirip Formula 1 dengan dimensi yang lebih ramping.

Dilansir laman resmi FIA Formula E, mobil-mobil yang terlibat dalam Formula E dapat berakselerasi 0 sampai 100 km/jam hanya dalam 2,8 detik dengan kecepatan puncak 280 km/jam. Mobil ini berlomba di lintasan jalanan perkotaan (city street), dan selalu digelar di ibu kota tiap negara yang dikunjungi ajang tersebut.

Indonesia berencana menggelar perlombaan Formula E pertama di Jakarta pada pertengahan 2020, setelah Gubernur Anies Baswedan bernegosiasi dengan pimpinan kompetisi itu di New York pada Sabtu (13/7).

Jika kejuaraan itu bisa digelar di Jakarta, akan membawa manfaat ekonomi bagi ibu kota, baik dari sisi pendapatan dari penonton domestik dan internasional, sekaligus menaikkan sektor pariwisata di Jakarta.

Gema kendaraan listrik di Indonesia juga kian terdengar dalam beberapa hari belakangan, mulai dari jajaran mobil ramah lingkungan yang dipamerkan produsen pada ajang GIIAS 2019, hingga pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyebut bahwa regulasi mobil ramah lingkungan akan diteken Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat.
 
Spesifikasi teknis Formula E (formula e)


Kembali ke Formula E, dari sisi kompetisi mereka menerapkan spesifikasi teknis yang beragam, dengan dimensi panjang 5.160mm, lebar 1.770mm, tinggi 1.050 mm dan jarak antar-roda (wheelbase) 3.100mm.

Bobot kendaraan dan pebalap juga diperhitungkan, maksimal 900kg untuk keduanya, dengan berat maksimal baterai 385kg.

Jika pada Formula E generasi pertama menerapkan aturan kapasitas baterai 200kW, maka pada ajang kali ini dinaikkan menjadi 250kW, sejalan perkembangan teknologi baterai yang semakin mumpuni dalam menyimpan daya dalam jumlah besar.
 
Pebalap Jean-Aric Vergne (25) di New York E-Prix Formula E race, Brooklyn City Streets. (USA TODAY Sports/Dennis Schneidler)


Desain dan penggerak

Mobil Formula E menggunakan desain berbeda dengan Formula 1, yang posisi bannya berada di bawah cangkang bodi. Penempatan roda seperti itu juga berfungsi mencegah turbulensi.

Wajah mobil yang meruncing ke depan selain mendukung aerodinamika, juga memudahkan pebalap yang berada di tengah melihat semua sisi jalan. Adapun ornamen sayap depan dan samping bodi untuk memberikan daya tekan ke bawah (downforce) yang mumpuni.

Downforce juga dihasilkan dari ruang di bawah mobil sehingga posisi sayap belakang mobil Formula E bisa diletakkan lebih rendah ketimbang Formula 1.

Baterai berada di bagian dalam cangkang bodi bersasis monokok. Ketahanan baterai menjadi kunci dalam uji ketangguhan mobil listrik ini.

Baterai kemudian mengkonversikan daya ke motor listrik yang terhubung pada roda. Pabrikan otomotif diberikan kebebasan untuk mendesain penempatan inverter dan motor listrik seoptimal mungkin untuk menghasilkan kecepatan.

Selain bertugas memacu mobil secepat mungkin, pebalap juga harus punya strategi agar baterai tidak cepat habis selama balapan dengan mengoptimalkan transmisi yang dikembangkan pabrikan.
 
Pebalap Oliver Turvey (16) pada New York E-Prix Formula E race at Brooklyn City Streets. (USA TODAY Sports/Dennis Schneidler)


Pengereman

Sistem pengereman mobil Formula E menggunakan brake by wire (BBW) yang diaplikasikan hanya pada ban belakang, mekanismenya menggunakan pedal yang diinjak pebalap.

Namun dengan kecanggihan teknologi electronic control unit (ECU), komputer akan membaca tekanan pada pedal rem kemudian mendistribusikan perintah kepada rem untuk menyeimbangkan roda belakang. Teknologi ini diklaim lebih memudahkan pebalap.

Sedangkan rem pada roda depan diaplikasikan secara fleksibel oleh tim, sesuai dengan kondisi lintasan, basah atau kering.

Urusan ban, kompetisi ini menggunakan produk Michelin yang bertindak sebagai sponsor. Sedangkan suspensi juga diserahkan kepada tim untuk memilih satu kali pada setiap balapan, apakah menggunakan suspensi lembut, sedang atau keras.

Berdasarkan hal tersebut, kompetisi Formula E menawarkan pertarungan strategi yang menarik, mulai dari cara pebalap menjaga daya baterai sampai akhir balapan, menentukan setting-an rem depan, pemilihan ban hingga suspensi yang tepat.

Saat ini pabrikan yang terlibat dalam Formula E antara lain Nissan (Jepang), Mahindra (India), Nio (China), Jaguar-Panasonic (Inggris), Venturi (Monaco), AUDI (Jerman), BMW (Jerman), DS Tech (China), HWA (Jerman), GEOX Dragon (AS), dan Virgin (Inggris).

Baca juga: Anies berhasil negosiasi Jakarta jadi tuan rumah Formula E

Baca juga: Turnamen Formula E berpotensi dongkrak pariwisata Jakarta
 
Pewarta:
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019