Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Muhammad Sadly menyatakan listrik padam massal yang terjadi tidak ada kaitannya dengan peristiwa gempa bumi yang berpusat di selatan Banten dengan magnitudo 6,9.

Kepada wartawan di Jakarta, Selasa, Sadly mengatakan waktu terjadinya gempa Banten adalah Jumat (2/8) pukul 19.03 WIB. Sementara pemadaman listrik Minggu (4/8) pukul 11.45 WIB, maka rentang waktu kedua kejadian tersebut terpaut cukup lama.

"Jika padamnya listrik akibat gempa maka listrik padam sudah terjadi sejak Jumat (2/8) malam setelah pukul 19.03 WIB," kata dia.

Lebih lanjut, Sadly mengatakan peta tingkat guncangan gempa bumi (shake map) Banten menyebabkan guncangan terbesar terjadi di wilayah Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta dalam skala intensitas III-IV MMI.

Skala itu, kata Sadly, berarti getaran gempa dirasakan nyata di dalam rumah seakan-akan ada truk berlalu hingga jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.

Dampak gempa semacam itu, lanjut Sadly, belum mampu menimbulkan kerusakan pada struktur bangunan yang kuat. Apalagi jarak antara pusat gempa atau episenter dan lokasi PLTU Suralaya, Merak, Banten sejauh 211 kilometer sehingga percepatan getaran tanah di Suralaya nilainya sangat kecil dan tidak memungkinkan terjadinya kerusakan.

Merujuk siaran pers PT PLN Persero, Sadly mengatakan padamnya listrik di wilayah Jakarta disebabkan oleh gangguan pada gas turbin 1 sampai 6 di Suralaya.

Selain itu, gangguan juga terjadi di pembangkit listrik tenaga gas turbin Cilegon, Banten.

Gangguan itu, kata dia, menyebabkan aliran listrik di Jabodetabek mengalami pemadaman. Pemadaman listrik lainnya juga termasuk di wilayah Jawa Barat karena gangguan transmisi sutet 500 kV.

"Berdasarkan press rilis PLN, dapat disimpulkan bahwa padamnya listrik massal di beberapa daerah tidak diakibatkan oleh peristiwa gempa bumi," katanya.
Baca juga: Gubernur Anies curigai banyak kebakaran Jakarta karena listrik padam
Baca juga: MRT Jakarta siap hadapi masalah gagal daya

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019