Pemerintah Kabupaten Aceh Utara terpaksa harus memasok komoditas bawang merah dari beberapa daerah di Sumatera bahkan dari Pulau Jawa guna memenuhi kebutuhan lokal.

"Karena kebutuhan bawang merah kita Aceh Utara hampir 100 ribu ton per tahunnya, sedangkan hasil produksi kita hanya 40 ribu ton," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Aceh Utara, Mukhtar di Banda Aceh, Minggu.

Mukhtar menyebutkan dalam upaya memenuhi kebutuhan lokal, disamping impor dari daerah lain maka pemerintah juga sedang berupaya menggalakkan petani setempat untuk membudidayakan bawang merah.

Menurut dia, beberapa kecamatan yang telah mulai menanam bawang merah seperti Kecamatan Bandar Baru, Sawang, Muara Batu, Aron, Meurah Mulia, dan Lhok Seukon. Disamping itu juga ada petani menanam juga cabai, kembang kol, dan kedelai.

"Itu sekarang yang sedang kita galakkan pada masyarakat. Jadi kita juga sudah mendapatkan hasil panen sekitar 10 ton per hektare, itu tersebar di beberapa kecamatan," kata dia.

Ia mengatakan dalam upaya itu pemerintah kabupaten, provinsi dan pemerintah pusat memberi perhatian yang sangat besar untuk peningkatan hasil pertanian. Kata dia, pemerintah membantu petani mulai dari bibit, pupuk, dan obat-obatan tanaman.

Pada saat ini, masih menurut dia, pemerintah Kabupaten Aceh Utara memiliki sekitar 200 hektare luas lahan kelompok petani yang ditanaman bawang merah. Para petani tersebut langsung dibimbing oleh penyuluh pertanian setempat.

"Karena pada prinsipnya bawang merah ini sangat diminati pasar, kemudian untuk saat ini kita masih mendatangkan bawang merah dari luar Aceh. Daerah lain di Aceh pun produksinya cukup untuk kebutuhan mereka sendiri," kata Mukhtar.
 

Pewarta: Khalis Surry

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019