Polisi Hong Kong menembakkan gas air mata ke arah pemrotes saat mereka berusaha keluar menyelamatkan diri dari satu kampus yang terkepung pada Senin.
Pada saat yang sama, ratusan lagi pengunjuk rasa prodemokrasi bertahan di dalam kampus dengan bersenjatakan bom bensin serta jenis-jenis senjata lainnya. Para aktivis itu bersiaga menghadapi kemungkinan serangan yang ditujukan untuk mengusir mereka.
Bentrokan berdarah antara pasukan keamanan dan para pegiat di Polytechnic University itu memasuki hari kedua setelah malam sebelumnya diwarnai kerusuhan. Pada malam itu, satu van kepolisian dibakar dan satu polisi terkena panah.
Sebanyak 38 orang cedera pada Sabtu malam (16/11), kata pengelola rumah sakit di kota itu. Beberapa saksi mata Reuters melihat beberapa pemrotes menderita luka bakar akibat bahan kimia yang terkandung di dalam air yang disemprotkan dari meriam air polisi.
"Ingat, nyawa ada di tangan kalian. Mengapa kalian berusaha membuat kami mati?" demikian teriakan seseorang ke arah polisi dari atap kampus sementara pemrotes yang memakai masker gas dan memegang payung mencari jalan untuk meloloskan diri dari kampus itu.
Polisi menangkap puluhan pemrotes di dekat universitas pada Senin pagi, demikian dilaporkan lembaga penyiaran publik, RTHK.
Polisi memperingatkan pihaknya siap menggunakan peluru tajam jika "perusuh" terus menggunakan senjata mematikan.
Peringatan itu dikeluarkan di tengah peningkatan dramatis kerusuhan --yang telah menjerumuskan pusat keuangan Asia tersebut ke dalam kekacauan selama hampir enam bulan.
Para demonstran, yang marah pada apa yang mereka pandang sebagai campur tangan China di bekas koloni Inggris itu, mengatakan mereka menanggapi penggunaan kekuatan secara berlebihan oleh polisi.
"Pemrotes itu bereaksi terhadap polisi," kata Joris (23), seorang insinyur sipil yang seperti yang lain tidak menyebutkan nama lengkap mereka. "Kami belum melawan sekuat yang kami bisa. Saya harus siap masuk penjara. Kami berjuang buat Hong Kong."
Di tempat lain di wilayah semi-otonomi tersebut pada Senin, polisi antihuru-hara tiba di kawasan niaga Nathan Road, tempat pemrotes berpakaian hitam sebelumnya turun ke jalan sebelum fajar. Banyak di antaranya pemrotes membawa bom bensin.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
Pada saat yang sama, ratusan lagi pengunjuk rasa prodemokrasi bertahan di dalam kampus dengan bersenjatakan bom bensin serta jenis-jenis senjata lainnya. Para aktivis itu bersiaga menghadapi kemungkinan serangan yang ditujukan untuk mengusir mereka.
Bentrokan berdarah antara pasukan keamanan dan para pegiat di Polytechnic University itu memasuki hari kedua setelah malam sebelumnya diwarnai kerusuhan. Pada malam itu, satu van kepolisian dibakar dan satu polisi terkena panah.
Sebanyak 38 orang cedera pada Sabtu malam (16/11), kata pengelola rumah sakit di kota itu. Beberapa saksi mata Reuters melihat beberapa pemrotes menderita luka bakar akibat bahan kimia yang terkandung di dalam air yang disemprotkan dari meriam air polisi.
"Ingat, nyawa ada di tangan kalian. Mengapa kalian berusaha membuat kami mati?" demikian teriakan seseorang ke arah polisi dari atap kampus sementara pemrotes yang memakai masker gas dan memegang payung mencari jalan untuk meloloskan diri dari kampus itu.
Polisi menangkap puluhan pemrotes di dekat universitas pada Senin pagi, demikian dilaporkan lembaga penyiaran publik, RTHK.
Polisi memperingatkan pihaknya siap menggunakan peluru tajam jika "perusuh" terus menggunakan senjata mematikan.
Peringatan itu dikeluarkan di tengah peningkatan dramatis kerusuhan --yang telah menjerumuskan pusat keuangan Asia tersebut ke dalam kekacauan selama hampir enam bulan.
Para demonstran, yang marah pada apa yang mereka pandang sebagai campur tangan China di bekas koloni Inggris itu, mengatakan mereka menanggapi penggunaan kekuatan secara berlebihan oleh polisi.
"Pemrotes itu bereaksi terhadap polisi," kata Joris (23), seorang insinyur sipil yang seperti yang lain tidak menyebutkan nama lengkap mereka. "Kami belum melawan sekuat yang kami bisa. Saya harus siap masuk penjara. Kami berjuang buat Hong Kong."
Di tempat lain di wilayah semi-otonomi tersebut pada Senin, polisi antihuru-hara tiba di kawasan niaga Nathan Road, tempat pemrotes berpakaian hitam sebelumnya turun ke jalan sebelum fajar. Banyak di antaranya pemrotes membawa bom bensin.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019