Persatuan adalah kunci kekuatan umat Islam. Karenanya, jangan sampai persoalan khilafiyah (perbedaan pendapat dalam masalah fiqih) menjadi sumber perpecahan di tengah umat Islam. 

Perpecahan umat Islam menjadi berkelompok-kelompok hanya akan mendatangkan kemudharatan, yakni munculnya saling fitnah, mencaci, dendam, marah, dan lainnya.

Demikian antara lain disampaikan Tgk Sirajuddin Saman, S.PdI MA (Pimpinan Dayah Khamsatu Anwar Gampong Deunong, Darul Imarah, Aceh Besar) saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Selasa (19/10/2019) malam. 

“Solusi untuk terwujudnya persatuan umat Islam yakni dengan ilmu, bagaimana kita merajut persatuan di tengah perbedaan,” ujar Tgk. Sirajuddin.

Ia menambahkan, dalam sejarah kekhalifahan sesudah Rasulullah wafat, muncul perbedaan pendapat terhadap tata cara pelaksanaan ibadah seperti shalat tarawih dan jumlah Azan Jum'at.

Meskipun demikian, perbedaan pendapat tersebut tidak sampai menimbulkan perpecahan di kalangan sahabat.

Misalnya pada kekhalifahan Umar bin Khattab, ia mengatur agar shalat tarawih dilaksanakan secara berjamaah. Tindakan Umar membuat para sahabat bimbang karena tidak pernah dilaksanakan pada masa Rasulullah masih hidup.

Kemudian Umar pun menanggapi bahwa tujuan tarawih dilaksanakan berjamaah agar tertib. Kata Umar, walaupun bid’ah, tetapi itu bid’ah yang baik. Setelah mendengar jawaban Umar, para sahabat mendukungnya.

Selanjutnya pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Azan Jum'at dikumandangkan dua kali. Tujuan azan pertama menjadi pengingat masyarakat untuk segera pergi ke masjid. 
Meskipun bid’ah, Utsman mengatakan bahwa itu bid’ah yang baik.

Allah berfirman dalam Surat Al-Imran ayat 103 agar umat Islam tidak boleh bercerai berai. Seyogianya sesama muslim itu saling menyayangi seperti halnya menyayangi diri sendiri. 

Misalnya di Palestina, seandainya umat Islam bersatu maka kita dapat membantu saudara kita di Palestina yang ditindas Israel. 

“Belum dianggap beriman atau belum sempurna iman seseorang bila tidak mencintai saudaranya yang muslim seperti dia mencintai diri sendiri,” tegas Tgk Sirajuddin yang juga kandidat doktor UIN Ar-Raniry ini.

Ia menjelaskan, perbedaan di antara umat Islam kalau ditanggapi dengan saling menyalahkan maka hanya akan menimbulkan perpecahan. 

Kalau diibaratkan lidi, satu lidi tidak mampu menyapu sampah.

Tetapi bila lidi-lidi disatukan maka dapat menyapu kulit durian sekalipun.

Jumlah umat Islam di dunia ini sangat banyak. Seharusnya kita bersatu. “Kalau sesama negara mayoritas muslim tersulut emosinya sehingga berperang, yang diuntungkan adalah pembuat senjata, dan itu bukan muslim,” terang menantu Abuya Nasir Waly ini.

Ia menyontohkan, sepeda dan mobil yang merupakan hasil gabungan dari komponen-komponen berbeda. Hasil gabungan komponen tersebut dapat membuat kedua jenis kendaraan itu dapat berjalan. 

“Perselisihan membuat umat Islam lupa melahirkan produk-produk inovatif,” pungkasnya. 

Pewarta: Rilis

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019