Banda Aceh, 21/11 (Antara) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai Kabupaten Simeulue, Provinsi Aceh, lebih cocok dijadikan sentra pertanian tanaman cengkeh sesuai potensi sumber daya alam dimiliki daerah kepulauan itu.     Direktur Walhi Aceh M Nur di Meulaboh Kamis mengatakan, selain pengelolaannya lebih murah dan ramah lingkungan kepulauan Simeulue yang terasing itu merupakan penghasil cengkeh terbesar di Provinsi ujung barat Indonesia itu.     "Kembalikan saja kejayaan Simeulue kepada sektor pertanian cengkeh, dari pada pengembangan kebun kelapa sawit yang sama sekali tidak cocok di daerah kepulauan kecil seperti itu,"katanya.     Menurut dia, banyak hal yang mendukung untuk pengembangan cengkeh di Simuelue selain letak geografis, kondisi sarana transportasi penghubung dengan pasar begitu minim menjadi peluang untuk proses pengeringan cengkeh.     Katanya pemerintah daerah Simeulue mengerakan program pengembangan perkebunan sawit Perusahaan Daerah Kabupaten Simeulue (PDKS), akan tetapi belum ada dampak positif nyata sehingga hanya merugikan dana pemerintah.     Jelas M Nur, untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat harus ada upaya menjaga keberlangsungan fungsi kekayaan sumber daya alam, dan negera tetangan Malaysia sudah melakukan hal tersebut.     "Malaysia sudah tidak diizinkan lagi perkebunan sawit, kenapa kita harus bergeser, sawit cepat busuk sementara cengkeh tahan lama kaitannya dengan transportasi, sementara bila didirikan pabrik CPO sunguh tidak mungkin dipulau kecil dengan produksi beberapa ribu hektar pohon sawit,"imbuhnya.     Lebih lanjut dikatakan, selain itu kebutuhan serapan air di kepulauan Simeulue harus dikaji, karena kebutuhan air untuk perkebunan sawit lebih besar ketimbang rumah tangga sehingga terjadi konflik air yang mengundang bencana alam.     Selain itu Walhi Aceh khawatir, masa transisi alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit akan muncul praktek illegal loging, belum lagi untuk rencana perluasan area sehingga menimbulkan persoalan ditengah masyarakat.     Katanya, serabut kelapa sawit meluas dan tidak dapat dimanfaatkan untuk tanaman tumpang sari sehingga terjadi penyempitan pemanfaatan area, sementara bila perkebunan cengkeh justru lebih mudah dikembangkan dan berkelanjutan.     "Kerugian besar jika perkebunan sawit yang diutamakan bila berbicara peningkatan ekonomi, serabut kelapa sawit dia akan berdampak kerugian besar apabila ada area yang kosong tidak dimanfaatkan, sementara luas wilayah terbatas dikelilingi laut,"katanya menambahkan.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2013