Hizbullah Lebanon mengatakan pada Minggu bahwa sudah waktunya bagi sekutu-sekutu Iran beraksi membalas kematian Jenderal Besar Qassem Soleimani kendati akan menjadi "jalan panjang" untuk mengusir pasukan Amerika Serikat dari kawasan tersebut.
Hassan Nasrallah, sekjen partai yang sanggup mematahkan serangan Israel itu, juga membantah jenderal Iran Soleimani berencana meledakkan sejumlah kedutaan besar AS. Presiden Donald Trump menyebutkan orang terkuat nomor 2 di Iran itu tewas setibanya di Baghdad sebagian karena "mereka berniat meledakkan kedutaan besar kami."
Hizbullah, kelompok bersenjata lengkap yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS, dibentuk pada 1982 oleh Pengawal Revolusi Iran dan menjadi bagian krusial dalam aliansi kawasan pimpinan Teheran, yang dikenal "poros perlawanan."
Pada Rabu dini hari Iran merespons kematian Soleimani dengan peluncuran roket terhadap dua pangkalan militer di Irak, yang ditempati pasukan AS. Pemimpin Spiritual Iran Ali Khamenei menyebutnya sebuah "tamparan" bagi Amerika Serikat dan memperingatkan pasukan AS harus angkat kaki dari kawasan tersebut.
Meski situasi di kawasan masih memanas, kedua pihak mengurangi eskalasi konflik pasca serangan Iran.
Nasrallah pekan lalu menyebutkan bahwa sekutu-sekutu Iran, termasuk pemerintah Suriah dan sejumlah kelompok paramiliter yang dibentuk atas dukungan Iran di Irak dan Suriah, harus membantu melakukan balas dendam kematian Soleimani.
"Saya yakin sudah waktunya bagi poros perlawanan mulai beraksi," katanya dalam pidato, Minggu.
"Pasukan perlawanan penting dan bertujuan pada tujuan besar yang saya usulkan," kata Nasrallah, mengacu pada tujuan melihat pasukan AS hengkang dari kawasan tersebut.
Aksi balasan akan terjadi dalam "beberapa hari, pekan dan bulan ke depan", katanya, menambahkan "ini adalah sebuah jalan panjang."
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
Hassan Nasrallah, sekjen partai yang sanggup mematahkan serangan Israel itu, juga membantah jenderal Iran Soleimani berencana meledakkan sejumlah kedutaan besar AS. Presiden Donald Trump menyebutkan orang terkuat nomor 2 di Iran itu tewas setibanya di Baghdad sebagian karena "mereka berniat meledakkan kedutaan besar kami."
Hizbullah, kelompok bersenjata lengkap yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh AS, dibentuk pada 1982 oleh Pengawal Revolusi Iran dan menjadi bagian krusial dalam aliansi kawasan pimpinan Teheran, yang dikenal "poros perlawanan."
Pada Rabu dini hari Iran merespons kematian Soleimani dengan peluncuran roket terhadap dua pangkalan militer di Irak, yang ditempati pasukan AS. Pemimpin Spiritual Iran Ali Khamenei menyebutnya sebuah "tamparan" bagi Amerika Serikat dan memperingatkan pasukan AS harus angkat kaki dari kawasan tersebut.
Meski situasi di kawasan masih memanas, kedua pihak mengurangi eskalasi konflik pasca serangan Iran.
Nasrallah pekan lalu menyebutkan bahwa sekutu-sekutu Iran, termasuk pemerintah Suriah dan sejumlah kelompok paramiliter yang dibentuk atas dukungan Iran di Irak dan Suriah, harus membantu melakukan balas dendam kematian Soleimani.
"Saya yakin sudah waktunya bagi poros perlawanan mulai beraksi," katanya dalam pidato, Minggu.
"Pasukan perlawanan penting dan bertujuan pada tujuan besar yang saya usulkan," kata Nasrallah, mengacu pada tujuan melihat pasukan AS hengkang dari kawasan tersebut.
Aksi balasan akan terjadi dalam "beberapa hari, pekan dan bulan ke depan", katanya, menambahkan "ini adalah sebuah jalan panjang."
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020