Aceh Barat (ANTARA) - Pelanggan listrik di Meulaboh, ibu kota Kabupaten Aceh Barat memprotes pemadaman listrik berkepanjangan selama satu pekan tanpa kejelasan oleh pihak terkait, dan terkesan pilih kasih.
“Kami protes karena sangat kecewa dengan layanan PLN karena pemadaman listrik dilakukan berhari-hari tanpa kejelasan. Bahkan pemadaman listrik juga tidak adil, pilih kasih, dan membuat pelanggan kecewa,” kata Deni Setiawan kepada ANTARA, Sabtu.
Ia mengatakan pemadaman listrik yang dilakukan oleh PT PLN di Aceh Barat termasuk di pusat kota, dilakukan secara tidak adil dan tidak sesuai janji dan jam pemadaman.
Warga mencontohkan, di ruas Jalan Teuku Umar atau kawasan lain yang terdapat pejabat, malah dinyalakan selama berhari-hari tanpa padam.
Baca juga: Presiden Prabowo minta maaf karena listrik Aceh belum menyala penuh
Namun di permukiman warga justru padam sampai lima hari dan tidak pernah menyala sama sekali.
Hal senada diungkapkan Ona Nuzul Fitri, warga Desa Seuneubok, Meulaboh yang mengaku pemadaman tidak adil karena di kawasan di sekitar desa ia tinggal malah menyala. Namun di tempat tinggal nya justru padam berhari-hari.
Sebelumnya, Sabrina, warga Desa Suak Ribee Meulaboh juga mengeluhkan hal yang sama karena pemadaman listrik yang terjadi di permukiman warga sudah hampir mencapai satu minggu.
“Pernah nyala sekali malam hari pukul 21.00 WIB, lalu paginya padam lagi. Sampai hari ini belum menyala lagi,” keluhnya.
Mereka mengaku dampak pemadaman listrik berkepanjangan, telah menyebabkan warga kesulitan air bersih, kepanasan, dan tidak bisa beraktivitas maksimal serta telah menyebabkan aktivitas ekonomi terganggu.
Masyarakat juga menyoroti padahal Aceh Barat dan Nagan Raya terdapat pembangkit listrik terbesar di Sumatera, namun di kedua wilayah tersebut mengalami pemadaman sudah dua pekan lebih.
Sementara itu, Pimpinan PT PLN ULP Meulaboh Kota, Rian mengatakan pemadaman listrik yang terjadi sepenuhnya diatur oleh PT PLN Wilayah Aceh.
“Kami hanya bisa setting saja di sini (Aceh Barat), kami setting satu hari hidup dua hari padam atau kami atur 48 jam menyala, lalu setelahnya padam. Tapi sepenuhnya kendali (menyala atau padam) ada di provinsi, diatur di Banda Aceh,” kata Rian.
Ia mengaku memang pihaknya yang melaporkan jadwal pemadaman atau menyala di daerah ke provinsi, karena pengaturan menyala atau pemadaman ada di provinsi, katanya.
Rian menambahkan belum normalnya pasokan listrik selama ini di Aceh pascabencana alam banjir bandang, karena disebabkan belum selesainya perbaikan jaringan listrik akibat bencana alam.
Baca juga: Update Bencana Aceh, pemulihan BTS telekomunikasi baru 40 persen karena bergantung ketersediaan listrik
