Bupati Aceh Barat Daya (Abdya) Akmal Ibrahim mengemukakan sebelum Indonesia merdeka, daerahnya sudah melakukan ekspor menyak mentak kelapa sawit (CPO) ke manca negara melalui pesisir pantai Desa Pulau Kayu, Susoh.

“PT Socfindo yang kebun sawitnya di kawasan Alue Bilie, Nagan Raya itu sejarah sawit Indonesia. Jadi, sejak sebelum merdeka CPO-nya diekspor dari Laut Susoh, Kabupaten Abdya,” katanya di Blangpidie, Jumat.

Baca juga: Pelabuhan Susoh Abdya mulai angkut CPO

Bupati Akmal Ibrahim menyampaikan pernyataan tersebut dihadapan ratusan pengusaha dari 17 Kabupaten/Kota di provinsi Aceh pada acara diskusi bisnis yang diselenggarakan Komunitas Bisnis Andalan Rakyat Abdya (Kobar) di aula hotel Lauser Blangpidie.   

Selain pengusaha, pada acara tersebut juga turut hadir Ketua Ikatan Saudagar Muslim Indonesia Provinsi Aceh, Nurchalis, Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) halal barat-selatan, Andy Yudi Hendriawan, dan sejumlah pejabat Pemkab Abdya lainnya.   

Baca juga: PT Aceh Makmur Berdama ekspor 6.000 metrik ton CPO ke India

Bupati Abdya mengemukakan hal tersebut berdasarkan fakta dan bukti di Kecamatan Susoh, dimana sejumlah tangki timbun CPO yang dibangun di pesisir pantai Desa Pulau Kayu masih berdiri kokoh dan hingga kini masih rutin mendistribusi CPO ke kapal.

“Karista Alam juga punya tangki timbun di Susoh. Satu lagi PT Surya Panen Subur yang baru selesai ganti rugi tanah di Desa Lama Muda. Jadi, semua mereka itu memiliki kebun sawit di luar Abdya,” tuturnya.

“Kenapa mereka pilih Abdya, tentu karena kos ekonomi, dan persyaratannya mencukupi. Jadi proses ekspor CPO di daerah saya ini sebenarnya sudah dimulai sejak Indonesia belum merdeka, hanya saja kurang terpublikasi ke publik,” katanya lagi.

Salah seorang tokoh masyarakat Abdya yang bermukim di Desa Padang Baru, Kecamatan Susoh, Elizar Lizam saat dikonfirmasi wartawan membenarkan pernyataan Bupati Akmal Ibrahim tersebut.

Buktinya, lanjut Elizar Lizam, sejak zaman dirinya masih kanak-kanak berumur lima tahunan sejumlah tangki penimbunan CPO memang sudah ada di pesisir pantai Desa Pulau Kayu, Kecamatan Susoh.

Kemudian di kawasan tangki penimbunan minyak sawit tersebut ada juga terdapat sebuah batu prasasti yang tertulis 1934.

“Jadi, apa yang disampaikan oleh kepala daerah itu benar, karena ketika saya masih berumur lima tahun tangki itu sudah beroperasi. Saya mengetahuinya karena kala itu setiap lebaran hari raya, saya selalu diajak orangtua bermain lori di kawasan tangki CPO itu,” tuturnya.

Elizar Lizam yang juga mantan Wakil Ketua DPRK Abdya itu juga sependapat dengan Bupati Akmal bahwa tangki penimbunan CPO milik PT Socfindo tersebut beroperasi sebelum Indonesia merdeka.

“Umur saya sekarang sudah 58 tahun. Saya sangat yakin tangki itu beroperasi sebelum Indonesia karena dibuktikan dengan adanya prasasti yang tertulis di batu dengan angka terpahat 1934,” katanya.

Disamping memiliki sejarah ekspor CPO Indonesia, kabupaten yang terkenal dengan padi "Sigupai" itu juga memiliki sejarah ekspor komoditi lada hitam pada zaman kerajaan Kuala Batto di Teluk Surin.

Teluk yang luasnya mencapai 50 hektare dan letaknya bersambung dengan Samudra Hindia tersebut berada di Desa Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Abdya.

Selain letak Kabupaten Abdya yang cukup strategis di tengah-tengah 12 kabupaten/kota di barat selatan dan tengah Aceh, pemerintah daerah setempat juga telah membangun akses jalan lebar.

Jalan lebar 30 meter yang dibangun oleh Pemkab Abdya sejak tahun 2010 tersebut melingkari dari Desa Ie Mirah-Babahrot menuju Teluk Surin dan terhubung ke Bandara Kuala Batu hingga Kota Blangpidie.

Di kawasan Teluk Surin, pemerintah daerah setempat juga telah menyiapkan lahan seluas 745 hektare untuk Kawasan Industri Terpadu jika Pemerintah pusat merestui Abdya sebagai pusat KEK halal Barsela.  

Pewarta: Suprian

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020