Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah berpesan kepada kita umatnya, bahwa dua orang lebih baik dari seorang, tiga orang lebih baik dari dua orang, dan empat orang lebih baik dari tiga orang.

Karenanya, tetaplah umat Islam selalu berada dalam jamaah. Apapun kondisinya, jangan pernah meninggalkan jamaah sesama muslim sebagai sumber kekuatan. Kata Rasulullah, sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak akan mempersatukan umatku kecuali dalam petunjuk (hidayah).

Bahkan dalam hadits yang lain, Rasulullah juga berpesan agar seorang muslim senantiasa hidup bersama saudaranya, karena sesungguhnya serigala hanya memakan domba yang terpisah dari kelompoknya.

Dua hadits tersebut cukup menggambarkan kepada kita selaku umat muslim untuk selalu berjamaah. Berjamaah disini, artinya adalah punya punya komunitas dakwah yang menyuarakan dan mengajak kepada kebaikan dan ketaqwaan kepada Allah.

Demikian antara lain disampaikan Ustadz Muhammad Rizal AG, Lc M.Sh, Pengasuh Balai Pengajian Ibnu Abbas, Jeulingke, saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Lambada Kupi, Gampong Pineung, Banda Aceh, Selasa (3/3) malam.

“Ketika kita tidak ada dalam sebuah jamaah, maka musuh akan sangat mudah menyerang, semangat juga akan menjadi lemah,” kata Ustadz Muhammad Rizal yang juga pengajar di sejumlah dayah terpadu di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Menurutnya, jamaah dalam sebuah majelis taklim yang mengkaji ilmu, tentu sangat besar fadhilah dan manfaatnya. Bahkan para malaikat datang menanungi tempat-tempat dimana ada majelis pengajian dan majelis zikir.

Dalam hadits lainnya, dalam Kitab  Riyadhus Shalihin, Imam An-Nawawi menyampaikan, suatu hari Rasulullah menyampaikan kepada sahabat, “Apabila kalian melewati sebuah kebun surga, maka singgahlah”.

Sahabat yang mendengar perintah itu penasaran, dan bertanya apa maksud kebun surga tersebut, Rasulullah menjawab bahwa kebun surga adalah halaqah pengajian, tempat zikir dan majelis taklim. Inilah kebun surga, maka untuk itu singgah dan ramaikanlah.

Staf Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Ar-Raniry ini mengungkapkan, kalau melihat kondisi hari ini, khususnya di ibukota Provinsi Aceh, Kota Banda Aceh, semangat untuk belajar pada majelis taklim memang ada pasang surut. Dua tahun lalu, semua masjid penuh. Bahkan berlomba lomba mengajak masyarakat memenuhi masjid untuk shalat berjamaah.

Bahkan para remaja masjid sangat gencar mengampanyekan gerakan subuh berjamaah. Namun hari ini, semangat itu mulai berkurang, dapat dilihat, di masjid-masjid, dimana saja bahwa gelombang semangat itu sedang turun.

“Semangat ini memang naik turun, bulan Ramadhan nanti tentunya juga akan kuat kembali. Dua tahun lalu, tidak cukup ustadz di Banda Aceh untuk mengisi kajian dimana-mana, bahkan sampai dari luar diundang penceramah untuk mengisi pengajian karena umat haus ilmu agama,” terangnya.

Namun yang perlu diketahui, bukan hanya sahabat-sahabat kita yang semangatnya sedang kendur, justru kita sendiri akan mengalami dan merasakan kejadian serupa.

Terkait fenomena ini, jauh-jauh hari, Rasulullah pernah menyampaikan bahwa sesungguhnya iman itu ada 70 cabang lebih, atau 60 cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ Ilâha Illallâh, dan yang paling ringan menyingkirkan gangguan dari jalan. Bahkan, malu juga termasuk bagian dari iman.

“Iman ini sebuah anugerah yang Allah berikan. 13 tahun lebih Rasul berjuang menanamkan iman di dalam hati sahabat-sahabatnya yang dulu berasal dari generasi jahiliyah, menyembah berhala, menyembah manusia, tidak percaya kepada takdir,” ucapnya.

Iman yang dibawa Rasulullah SAW, bukan iman yang baru, tapi iman yang pernah juga dibawa oleh Rasul sebelumnya. Dirinya menyontohkan Nabi Musa dan Nabi Isa, mereka juga mengajak kepada ketauhidan. Ketika meninggal Nabi Isa, ada muridnya yang beriman dan mengikuti keimanan tersebut.

Seperti Latta, Uzza, Manat adalah murid Nabi Isa. Ketika mereka meninggal, maka muridnya membuat patung untuk mengenang. Namun lamban laun, generasi setelahnya tidak lagi menyembah Allah, sudah menyembah Latta, Uzza dan Manat.

Kemudian lebih dari 500 tahun setelahnya, sampai lahirnya Nabi Muhammad SAW dan membawa risalah Allah, memperjuangkan kembali keimanan yang benar, sebagaimana keimanan yang didapatkan Latta, Uzza, Manat dari Nabi Isa.

Terkait dengan keimanan, Rasulullah menyampaikan “Berbahagialah orang yang beriman kepadaku padahal tidak pernah melihatku”. Nabi mengucapkan kalimat itu hingga 7 kali.

“Yang kita lihat adalah Alquran, kita tidak pernah melihat mukjizat Rasul membelah bulan, tapi Alquran sudah menjadi mukjizat terbesar bagi keimanan orang-orang yang tidak pernah melihat rasul,” terangnya.

Maka untuk persoalan hari ini, apapun masalah yang terjadi dalam kehidupan umat Islam, maka haruslah kembali kepada Alquran, karena kalau tidak, tentu tidak akan ada solusinya, bahkan masalahnya makin rumit.

Pewarta: Humas KWPSI

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020