Direktur Rumah Sakit Umum (RSUD) Zainoel Abidin Banda Aceh dr Azharuddin mengimbau masyarakat Provinsi Aceh untuk tetap waspada dan tidak menganggap kondisi Tanah Rencong telah aman, meskipun semua pasien positif COVID-19 telah dinyatakan sembuh.
"Tidak boleh kita meremehkan, menganggap bahwa Aceh aman-aman saja, karena kita tahu setiap hari ada yang mudik, baik dari luar negeri, dalam negeri, itu menjadi kewaspadaan kita semuanya," kata Azharuddin di Banda Aceh, Senin.
Baca juga: Satu lagi pasien sembuh, kini Aceh nol positif COVID-19
Ia menyebutkan pasien terakhir yang sembuh dari positif COVID-19 di Aceh berinisial AJ, warga Banda Aceh yang telah menjalani perawatan di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh sekitar 20 hari.
Dengan begitu, dari lima orang yang positif COVID-19 di daerah Serambi Mekkah tersebut, empat di antaranya telah sembuh dan satu orang meninggal dunia saat status masih PDP, hingga kemudian terkonfirmasi positif.
Baca juga: Jumlah pasien sembuh dari COVID-19 terus bertambah di Yogya
"Jangan bangga dulu, yang sehat enggak ada apa-apanya, yang kita takutkan adalah carrier, yaitu kita bisa menularkan ke orang meskipun kita merasa normal, itu harus kita sadari," katanya.
Oleh karena itu, penerapan jaga jarak (social distancing), rajin mencuci tangan, merupakan upaya yang dapat dilakukan secara ilmiah dan diakui organisasi kesehatan dunia (WHO), sangat bermanfaat dalam menangkal serta meminimalkan terjadi penularan COVID-19.
Baca juga: Sudah 22 pasien COVID-19 dinyatakan sembuh di Semarang
"Kita berharap Aceh tidak ada penambahan lagi, tapi kita tetap memantau baik PDP atau ODP, OTG semua dalam pantauan kita," katanya.
Selama mewabahnya virus dari Wuhan, Cina tersebut RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh telah mengirim sampel lendir (swab) pasien terkait COVID-19 ke Balitbangkes RI sebanyak 93 sampel, selanjutnya yang telah keluar hasil ialah 89 sampel.
"Dari 89 sampel itu ada lima yang positif. Memang kadang-kadang kita mendapatkan hasil tidak cepat, kadang lebih dari dua minggu, karena kita tahu semua berpusat ke Jakarta," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
"Tidak boleh kita meremehkan, menganggap bahwa Aceh aman-aman saja, karena kita tahu setiap hari ada yang mudik, baik dari luar negeri, dalam negeri, itu menjadi kewaspadaan kita semuanya," kata Azharuddin di Banda Aceh, Senin.
Baca juga: Satu lagi pasien sembuh, kini Aceh nol positif COVID-19
Ia menyebutkan pasien terakhir yang sembuh dari positif COVID-19 di Aceh berinisial AJ, warga Banda Aceh yang telah menjalani perawatan di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh sekitar 20 hari.
Dengan begitu, dari lima orang yang positif COVID-19 di daerah Serambi Mekkah tersebut, empat di antaranya telah sembuh dan satu orang meninggal dunia saat status masih PDP, hingga kemudian terkonfirmasi positif.
Baca juga: Jumlah pasien sembuh dari COVID-19 terus bertambah di Yogya
"Jangan bangga dulu, yang sehat enggak ada apa-apanya, yang kita takutkan adalah carrier, yaitu kita bisa menularkan ke orang meskipun kita merasa normal, itu harus kita sadari," katanya.
Oleh karena itu, penerapan jaga jarak (social distancing), rajin mencuci tangan, merupakan upaya yang dapat dilakukan secara ilmiah dan diakui organisasi kesehatan dunia (WHO), sangat bermanfaat dalam menangkal serta meminimalkan terjadi penularan COVID-19.
Baca juga: Sudah 22 pasien COVID-19 dinyatakan sembuh di Semarang
"Kita berharap Aceh tidak ada penambahan lagi, tapi kita tetap memantau baik PDP atau ODP, OTG semua dalam pantauan kita," katanya.
Selama mewabahnya virus dari Wuhan, Cina tersebut RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh telah mengirim sampel lendir (swab) pasien terkait COVID-19 ke Balitbangkes RI sebanyak 93 sampel, selanjutnya yang telah keluar hasil ialah 89 sampel.
"Dari 89 sampel itu ada lima yang positif. Memang kadang-kadang kita mendapatkan hasil tidak cepat, kadang lebih dari dua minggu, karena kita tahu semua berpusat ke Jakarta," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020