Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Aceh menyatakan tingkat hunian hotel di Sabang, Pulau Weh, nihil karena tidak adanya wisatawan berkunjung ke pulau wisata di ujung barat Indonesia tersebut.
Sekretaris PHRI Aceh Octowandi di Banda Aceh, Senin, mengatakan tingkat hunian hotel di Sabang dipengaruhi kunjungan wisatawan, baik mancanegara maupun nusantara.
"Dalam kondisi pandemi COVID-19 sekarang ini, tidak ada kunjungan wisatawan dari luar Aceh maupun luar negeri. Padahal, tamu hotel di Sabang hampir semuanya dari luar Aceh dan luar negeri," kata Octowandi.
Octowandi menyebutkan jumlah keseluruhan hotel di Sabang, sekitar 200-an dengan kamar yang tersedia lebih kurang 600 kamar. Jumlah tersebut belum termasuk penginapan rumah penduduk.
Octowandi menyebutkan kondisi ini sudah berlangsung sejak beberapa bulan dalam masa pandemi COVID-19. Untuk membiayai operasional, ada yang menerima subsidi dari usaha lainnya.
"Seperti saya, harus menyubsidi operasional hotel di Sabang. Tapi, untuk hotel lainnya, saya tidak tahu bagaimana biaya operasional di tengah kondisi seperti sekarang ini," kata Octowandi.
Sedangkan tingkat hunian di Aceh daratan, sebut Octowandi, berkisar 10 hingga 20 persen per bulan selama pandemi COVID-19. Tamu hotel tersebut umumnya masyarakat dalam Provinsi Aceh.
"Saat ini, tamu dari luar Aceh minim sekali. Apalagi penerbangan dari dan ke Aceh sangat sedikit sekali. Kalau tamu dari kegiatan pemerintahan juga tidak ada," kata Octowandi.
Octowandi menyebutkan dengan kondisi tingkat hunian yang nihil tersebut pihak hotel juga dibebankan membahas pajak penghasilan (PPh) 21 dan pajak hotel dan restoran atau PB1.
"Untuk PB 1 ini kalau ada penjualan baru dibayarkan. Karena itu, kami berharap ada keringanan dari pemerintah bantu meringankan beban usaha perhotelan," kata Octowandi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
Sekretaris PHRI Aceh Octowandi di Banda Aceh, Senin, mengatakan tingkat hunian hotel di Sabang dipengaruhi kunjungan wisatawan, baik mancanegara maupun nusantara.
"Dalam kondisi pandemi COVID-19 sekarang ini, tidak ada kunjungan wisatawan dari luar Aceh maupun luar negeri. Padahal, tamu hotel di Sabang hampir semuanya dari luar Aceh dan luar negeri," kata Octowandi.
Octowandi menyebutkan jumlah keseluruhan hotel di Sabang, sekitar 200-an dengan kamar yang tersedia lebih kurang 600 kamar. Jumlah tersebut belum termasuk penginapan rumah penduduk.
Octowandi menyebutkan kondisi ini sudah berlangsung sejak beberapa bulan dalam masa pandemi COVID-19. Untuk membiayai operasional, ada yang menerima subsidi dari usaha lainnya.
"Seperti saya, harus menyubsidi operasional hotel di Sabang. Tapi, untuk hotel lainnya, saya tidak tahu bagaimana biaya operasional di tengah kondisi seperti sekarang ini," kata Octowandi.
Sedangkan tingkat hunian di Aceh daratan, sebut Octowandi, berkisar 10 hingga 20 persen per bulan selama pandemi COVID-19. Tamu hotel tersebut umumnya masyarakat dalam Provinsi Aceh.
"Saat ini, tamu dari luar Aceh minim sekali. Apalagi penerbangan dari dan ke Aceh sangat sedikit sekali. Kalau tamu dari kegiatan pemerintahan juga tidak ada," kata Octowandi.
Octowandi menyebutkan dengan kondisi tingkat hunian yang nihil tersebut pihak hotel juga dibebankan membahas pajak penghasilan (PPh) 21 dan pajak hotel dan restoran atau PB1.
"Untuk PB 1 ini kalau ada penjualan baru dibayarkan. Karena itu, kami berharap ada keringanan dari pemerintah bantu meringankan beban usaha perhotelan," kata Octowandi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020