Khatib Shalat Idul Adha di halaman Kantor Bupati Kubu Raya, Kalimantan Barat  Matful Sofwan mengingatkan masyarakat untuk terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan meningkatkan kepedulian kepada sesama dengan semangat berkurban, khususnya di masa pandemi COVID-19 seperti saat ini.

"Hari raya Idul Adha juga dinamakan Idul Kurban, karena merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Kurban itu sendiri artinya dekat, sehingga kurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, diberikan kepada Fuqoro’ Wal Masaakiin (fakir miskin)," kata Sofwan yang juga  Ketua Umum Dewan Dakwah Provinsi Kalbar.

Dirinya mengajak agar umat Muslim Kubu Raya bisa bersama-sama introspeksi diri, apakah selama ini dalam melaksanakan perintah Allah sudah dilakukan dengan penuh keikhlasan, tanpa harus berpikir perintah itu dapat menguntungkan kita dan tanpa harus berpikir apakah perintah itu membahayakan bagi kita, atau pertimbangan lainnya.

"Kalau memang belum, mumpung Allah SWT masih memberikan umur kepada kita, mari kita sambut perintah Allah. Apapun itu perintah yang Allah berikan kepada kita harus dilakukan dengan penuh keyakinan dan keikhlasan," tuturnya.

Sofwan menjelaskan, untuk itu di dalam mengerjakan perintah Allah diperlukan sebuah pengorbanan, sebagaimana yang digambarkan dalam lembaran sejarah Islam .Umat Islam di seluruh penjuru dunia diingatkan pada beberapa peristiwa yang menimpa Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti Hajar.

Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusui. Mereka ditempatkan di suatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorang pun.

Dalam situasi itu, Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 kilometer dari negaranya sendiri Palestina.

Tapi baik Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal. Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber kehidupan”, tuturnya

Sofwan menambahkan, setelah ujian itu Allah berikan, kemudian Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun.

Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan itu, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah, iblis datang menggoda sang ayah, sang ibu dan sang anak silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan niatnya.

Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga dengan membawa seekor kibasy (kambing yang memiliki bulu yang lebat dan panjang).

"Untuk kita semua dapat mencontohkan keteladanan kehidupan Nabi Ibrahim As berserta keluarganya yang berkomitmen menjadikan setan itu musuh yang nyata baginya. Tidak ada kompromi terhadap setan dan kawan-kawannya yang dia wujudkan dalam kehidupannya. Dalam peristiwa itu juga nabi Ibrahim bersama keluarganya melawan syaithan itu seraya mengatakan engkau (setan) adalah musuh yang nyata bagiku. Teladan inilah yang harus kita ikuti dan dilakukan dalam kehidupan kita sehari-hari," katanya.

Sementara itu, Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan mengatakan, Pelaksaan Shalat Idul Adha di halaman kantor Bupati ini merupakan upaya bagi Pemerintah Kabupaten Kubu Raya untuk mempererat silaturrahim dengan warga yang ada di sekitar dan ASN Kubu Raya sekaligus membangun solidaritas yang selama ini tetap menjalankan upaya agar bisa menebar kebaikan dengan berkurban.

"Tentu ini merupakan langkah-langkah yang paling baik untuk kita memaknainya dengan selalu bisa bersyukur dan tawaddu," kata Muda.

Dia menambahkan, di tengah pandemi ini, justru semakin mengobarkan semangat untuk jauh lebih peka dan peduli serta solidaritas kemanusiaan yang lebih baik lagi lagi.

"Kita perlu pahami, pandemi ini merupakan bagian ujian dari kita semuanya karena di tengah pandemi ini kita diuji keimanan kita apakah kita benar-benar mampu memahami upaya untuk mengikuti jejak Nabi Ibrahim As dan keteladanan itu memiliki nilai-nilai yang patut kita jadikan contoh," kata Muda.

Pewarta: Rendra Oxtora

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020