Argentina melampaui 900.000 kasus virus corona pada hari Senin, dengan pertumbuhan infeksi yang kuat di pusat-pusat berpenduduk besar di pedalaman negara itu setelah berbulan-bulan virus terkonsentrasi di Buenos Aires dan pinggiran kota.

Pemerintah akhir pekan lalu memperketat pembatasan pergerakan orang di 18 provinsi selama dua pekan karena pertumbuhan kasus COVID-19. Pada Senin, Kementerian Kesehatan menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 24.186 dan jumlah infeksi mencapai 903.730. Selama 24 jam sebelumnya, 318 kematian dan 9.524 kasus baru dilaporkan.

Sebagai contoh penyebaran virus di luar Buenos Aires, di daerah yang tidak tersentuh virus pada hari-hari awal pandemi, lebih dari 90 persen tempat perawatan intensif di rumah sakit Centenario di kota Rosario, 300 kilometer sebelah utara Buenos Aires, ditempati oleh pasien COVID-19, kata staf rumah sakit kepada Reuters.

Rosario adalah pusat pelabuhan utama yang membawa komoditas pertanian dari jalur pertanian Pampas ke pasar ekspor. Argentina adalah pemasok kedelai, jagung, dan gandum global utama.

"Mudah-mudahan kami terus seperti ini, dengan tingkat hunian 95 persen hingga 97 persen (tempat tidur ICU) dan margin sempit itu akan memungkinkan kami untuk mendapatkan pergantian tempat tidur yang wajar," kata dokter perawatan intensif Rosario, Juan Pendino, 62 tahun, kepada Reuters.

Selama seminggu terakhir Argentina mendaftarkan hampir 100.000 kasus baru, dengan tingkat positif 72,5 persen pada hari Minggu, salah satu tingkat tertinggi di dunia.

"Kami tidak akan menjadi normal lagi - baik dalam jangka pendek maupun menengah - sampai kami memiliki tingkat imunisasi yang tinggi dari populasi, baik secara alami atau melalui vaksin," Gerardo Laube, seorang dokter penyakit menular di Rumah Sakit Muniz di Buenos Aires, mengatakan kepada radio lokal, Senin.

Sebelumnya Pemerintah Argentina menuai pujian karena penguncian awal yang ketat yang diberlakukan sejak 20 Maret, namun sejak saat itu pihaknya terpaksa melonggarkan pembatasan guna membantu membangkitkan ekonomi yang sudah dalam resesi selama dua tahun dan karena tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran.

Menurut Kambourin, hanya ada sedikit cara untuk memperkuat layanan kesehatan: "Tentunya strategi untuk menghentikan jenis pandemi ini tidak diterapkan," katanya.

Sumber dari Kementerian Kesehatan Argentina mengklaim bahwa banyaknya jumlah tes positif COVID-19 merupakan hasil dari program "DetectAr", di mana pengujian berfokus pada kontak dari mereka yang diketahui terinfeksi. Pemerintah berjanji akan menambah kapasitas pengujian COVID-19.

Argentina memiliki kasus COVID-19 tertinggi ke delapan di dunia dan saat ini masuk lima besar untuk rata-rata kasus baru dan kematian harian. Sementara itu, Amerika Latin menjadi kawasan paling terguncang di dunia dalam hal kasus maupun kematian COVID-19.

Sumber: Reuters
 

Pewarta: Azis Kurmala

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020