Camat Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Radid menyatakan bahwa banjir di daerah perbatasan terutama di Jagoi Babang satu di antaranya karena kiriman dari negara tetangga, Sarawak, Malaysia.

“Kita belum pernah mengalami banjir separah tahun ini. Pemicu utamanya adalah banyaknya perkebunan sawit, serta adanya kiriman air dari Malaysia. Saat itu Serikin Malaysia sudah lebih dulu mengalami banjir. Sehingga pada banjir susulan yang terjadi di Jagoi ini merupakan yang ketiga kalinya di tahun 2021,” ujarnya saat dihubungi di Bengkayang, Senin.

Ia menambahkan, selain itu banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Bengkayang beberapa waktu terakhir ini disebabkan oleh beberapa faktor mendasar seperti semakin masifnya perkebunan kelapa sawit, maraknya pertambangan emas tanpa izin (PETI).

"Untuk saat ini ada tiga desa yang banjir, yang sebelumnya ada enam desa yang terdampak banjir tahun ini. Desa Jagoi selama ini tidak pernah mengalami banjir, kenapa tahun ini bisa banjir, inilah penyebabnya sudah banyak perkebunan sawit, dan juga ada kiriman dari negara tetangga Malaysia," ucap Radid.



Selain banjir menerpa permukiman warga, juga berdampak pada pertanian karena sampai saat ini, beberapa ladang dan sawah warga sudah diterjang banjir.

Radid menyampaikan, dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini Jagoi Babang telah dilanda banjir sebanyak tiga kali. Saat ini banjir masih terjadi di beberapa desa, terutama desa-desa yang dikepung oleh perkebunan kelapa sawit.

"Salah satu penyebab banjir di Jagoi Babang saya pikir karena perkebunan kelapa sawit,” ujar dia.

Sementara itu, Pj Bupati Bengkayang,Yohanes Budiman, menilai banjir di sejumlah wilayah di Kabupaten Bengkayang dikarenakan sungai-sungai penyanggah yang semakin sempit dan dangkal. Seperti menyempit dan mendangkalnya Sungai Kumba di Kecamatan Seluas dan Sungai Ledo di Kecamatan Ledo.

"Menyempitnya sungai ini mengakibatkan banjir. Sungai tidak mampu lagi menampung air sehingga air meluap dan kemudian terjadilah Banjir," ucap Yohanes.

Penyempitan dan dangkalnya sungai tersebut dikarenakan perkebunan kelapa sawit, serta maraknya pertambangan emas tanpa izin (PETI) di Kabupaten Bengkayang.

"Ke depannya, perlu dipikirkan bersama dengan teman-teman DPRD untuk mengatur kembali pola perkebunan kelapa sawit dan mengatasi pertambangan emas tanpa Izin di Bengkayang, terutama tinjau kembali rencana tata ruang wilayah kabupaten Bengkayang," kata dia.*
 

Pewarta: Dedi

Editor : Khalis Surry


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021