Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mendorong Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menyusun dokumentasi dan merekonstruksi kebencanaan yang telah terjadi di Indonesia supaya bisa jadi acuan dalam menanggulangi bencana di masa depan.

"Upaya cepat kita harus mendokumentasi pengalaman, merekonstruksi apa yang pernah terjadi. Itu akan menjadi kajian dan bandingan jangan sampai lepas, menjadi mata rantai pengalaman sejarah dalam penanggulangan bencana," ujar Menko PMK saat menutup rapat koordinasi nasional penanggulangan bencana 2021 secara virtual, Rabu.

Menurut Muhadjir, langkah itu mesti dilakukan sebab Indonesia merupakan negara yang dihantui berbagai macam bencana. Lewat dokumentasi dan rekonstruksi, pemerintah memiliki cerminan dalam menghadapi bencana serupa di kemudian hari.

Ia mencontohkan proses dokumentasi soal tsunami yang mengguncang Aceh pada 2004 lalu tersusun rapi di Universitas Southamptown, Inggris. Mereka mendesain peristiwa tersebut untuk menjadi bahan kajian bersama.

"Jadi begitu ada bencana mereka mulai mendesain kira-kira apa yang bisa dia dapat sebagai sebuah Legacy, sebuah monumen dari peristiwa yang sangat mengguncangkan tersebut, sangat detail. Saya studi banding ke sana dan dokumen yang paling lengkap tentang tsunami Aceh," katanya.

Ia yakin apabila pemerintah sudah memiliki peta jalan penanggulangan bencana, maka Indonesia akan menjadi salah satu negara tangguh dalam menghadapinya, termasuk dokumentasi serta rekontruksi pandemi COVID-19.

"Bangsa Indonesia ditakdirkan jadi bangsa yang besar tapi belum hebat, kuat, tangguh. Oleh karena itu, kita harus kumpulkan bahannya dari waktu ke waktu apa saja yang harus kita lakukan termasuk dalam penanganan bencana," kata dia.

Ia juga tak ingin lagi catatan literasi sejarah tentang bangsa Indonesia dipegang lagi oleh negara lain yang membuat masyarakat harus belajar ke luar negeri. Dengan begitu, penyusunan dokumentasi kebencanaan harus mulai menjadi prioritas BNPB saat ini.

"Salah satu kelemahan kita adalah dokumentasi. Kalau kita mau belajar sejarah itu enggak ada di kita tapi ada di luar untuk belajar Indonesia seperti ke Leiden, Belanda. Ini tak boleh terjadi lagi paling tidak khusus dalam kaitan bencana ini," kata dia.

Pewarta: Asep Firmansyah

Editor : Khalis Surry


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021