Perjalanan Indonesia dalam pencalonan tuan rumah Olimpiade 2032 mendapat tantangan berat dengan kemunculan negara-negara besar yang kini mulai bermanuver demi bisa menggelar multiajang terakbar di dunia itu.

Negara-negara pesaing satu per satu mulai melakukan pendekatan dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC) berupaya meyakinkan kesiapan mereka menghelat pesta olahraga tertinggi itu.

Brisbane, Australia bisa dibilang bakal menjadi pesaing terberat Indonesia untuk memenangi status tersebut. Pemerintah Australia cukup aktif mengkampanyekan pencalonannya menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.

IOC pada 25 Februari bahkan telah menyatakan bahwa mereka akan mengadakan “dialog tersasar” dengan panitia penyelenggara bidding di Australia sehingga banyak media menyebut Brisbane sebagai calon kuat tuan rumah Olimpiade edisi tahun itu.

Keputusan tersebut membuat negara pesaing terkejut sekaligus panas. Salah satunya Korea Selatan yang baru saja pada 1 April secara terbuka mengumumkan maju sebagai kandidat tuan rumah Olimpiade 2032 bersama Korea Utara.

Pemerintah metropolitan Seoul, Korea Selatan telah mengajukan proposal kepada IOC untuk menjadi tuan rumah bersama ibu kota Korea Utara, Pyongyang. Mereka juga meminta IOC untuk melakukan negosiasi dengan kota-kota pesaing lainnya, sebab Brisbane belum pasti terpilih sebagai tempat penyelenggaraan Olimpiade 2032.

Seoul sebetulnya pernah menjadi tuan rumah Olimpiade 1988. Namun proposal yang diajukan kali ini cukup menarik karena mempromosikan nilai-nilai perdamaian global melalui olahraga dari penyelenggaraan Olimpiade oleh Seoul dan Pyongyang.

Keputusan IOC memilih Brisbane sebagai mitra pilihan dialog juga membuat Qatar was-was. Komite Olimpiade Qatar (QAC) tak mau kalah dan langsung melakukan manuver dalam mempersiapkan proses bidding. Mereka menyatakan telah melakukan pembicaraan yang berkelanjutan bersama Komisi Future Host IOC.

Pengalaman Qatar dalam menggelar kejuaraan olahraga mayor tak perlu diragukan lagi. Setelah Piala Dunia Sepak Bola Antarklub, negara Teluk Arab itu masih mempunyai sederet agenda besar lainnya di masa mendatang, seperti FIFA World Cup Qatar 2022, FINA World Aquatics Championships 2023 dan Asian Games 2030.

Selain Qatar, negara benua Asia lainnya yang juga ikut-ikutan menyatakan kesiapannya mengikuti proses bidding adalah India.

Presiden Komite Olimpiade India Narinder Batra pada Februari 2020 mengatakan akan terus melakukan dialog dengan IOC terkait kemungkinan India menggelar Olimpiade 2032. Namun sejauh ini mereka baru menyatakan minatnya dan belum ada langkah-langkah strategis yang telah dilakukan pemerintah setempat untuk mempersiapkan pencalonannya.

Akan tetapi, Indonesia tetap harus waspada siapa tahu India diam-diam tengah melakukan rencana yang akan mengejutkan negara pesaing.

Sementara itu, respons berbeda disampaikan oleh Komite Olimpiade Indonesia (KOI) menanggapi pemberitaan soal Brisbane, Australia yang telah dipilih IOC sebagai mitra pilihan untuk memulai pembicaraan terkait ketuanrumahan Olimpiade 2032.

Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari memastikan bahwa peluang Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 masih terbuka lebar.

“Kami sudah menerima surat dari IOC yang isinya menjelaskan bahwa semua proses yang Indonesia lakukan sudah diterima dengan baik, bahkan statusnya ditingkatkan menjadi continuous dialogue (pembahasan yang berkelanjutan),” kata Okto.

“IOC dalam waktu dekat akan kirim orangnya ke Indonesia dan akan sama-sama bekerja dengan kita untuk melakukan persiapan untuk bidding Olimpiade 2032,” kata dia menambahkan.

Okto mengakui bahwa status continuous dialogue memang berada satu level di bawah Brisbane. Namun Indonesia masih punya cukup waktu untuk mengejar. Lagipula IOC pun belum menetapkan kota yang akan menjadi tuan rumah ataupun mengunjungi langsung setiap kota yang berminat mengikuti proses bidding.



Persiapan Indonesia

Jauh sebelum akhirnya mendapat kesempatan berdialog dengan IOC, Indonesia pertama kali menyampaikan keinginannya menjadi tuan rumah Olimpiade 2032 pada 1 September 2018 atau satu hari sebelum penutupan Asian Games 2018.

Namun itu baru sebatas lisan yang disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo kepada Presiden IOC Thomas Bach yang pada saat itu sedang berkunjung ke Indonesia.

Pemerintah Indonesia pada 11 Februari menyurati IOC yang langsung direspons positif oleh Bach, terlebih setelah kesuksesan Indonesia dalam perhelatan Asian Games dan Asian Para Games 2018.

Untuk menegaskan keseriusannya, Presiden Joko Widodo pun langsung memerintahkan membentuk komite khusus persiapan menghadapi proses bidding tuan rumah Olimpiade yang akan digelar 11 tahun lagi itu.

Komite khusus yang terdiri atas berbagai kementerian/lembaga serta para stakeholder itu akan bertanggung jawab mempersiapkan tetek bengek persiapan pencalonan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade, termasuk menyusun rencana anggaran dan materi bidding.

Komite khusus ini hingga saat ini belum dibentuk, namun pembentukannya nanti akan ditetapkan melalui surat keputusan (SK) presiden.

Demi memuluskan langkah tersebut, Komite Olimpiade Indonesia juga sudah melakukan proses prabidding kepada IOC.

Pada 3 Februari lalu, KOI mempresentasikan kelayakan Jakarta sebagai kandidat tuan rumah Olimpiade 2032 kepada Komisi Future Host IOC— komisi yang bertanggung jawab untuk calon tuan rumah Olimpiade.

Dalam pertemuan virtual tersebut, Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari memaparkan Jakarta layak menjadi tuan rumah karena memiliki kawasan penunjang di sekitarnya yang sudah terbukti sebagai bagian penting kesuksesan Asian Games dan Asian Para Games 2018.

Kehadiran venue Asian Games dan Asian Para Games 2018 menjadi nilai plus karena itu berarti Indonesia tak perlu banyak membangun area baru untuk Olimpiade. KOI yakin dibanding negara lain, biaya Indonesia akan lebih efisien dan efektif, mengingat efisiensi biaya menjadi syarat wajib dari IOC jika ingin maju dalam pencalonan tuan rumah pesta empat tahunan itu.

Dalam presentasi prabidding tersebut, KOI menawarkan tiga pilar utama, yakni lingkungan, warisan, dan teknologi sebagai fokus rencana penyelenggaraan.

KOI menjanjikan Olimpiade 2032 Indonesia yang mengusung tema "Gravity of Asia" akan menjadi gelaran dengan emisi nol karena akan memanfaatkan kemajuan teknologi, seperti pemakaian kendaraan listrik untuk sistem transportasi, baik publik maupun pribadi di Jakarta, yang diyakini dapat menjadi warisan atau legacy dari penyelenggaraan Olimpiade.

Okto, sapaan akrabnya, menyebut pemaparannya itu berhasil meyakinkan IOC. Dia semakin yakin Indonesia punya peluang besar terpilih menjadi tuan rumah dan mencatatkan sejarah karena untuk pertama kalinya Olimpiade diselenggarakan di kawasan Asia Tenggara.

Pemerintah Indonesia juga tak tinggal diam melakukan berbagai upaya penguatan langkah sebelum melakukan proses bidding.

Pada Oktober 2020, Menteri BUMN Erick Thohir menyambangi markas IOC di Swiss di sela perjalanan diplomatiknya demi menegaskan keseriusan Indonesia dalam bidding tuan rumah Olimpiade 2032. Presiden Joko Widodo bahkan juga dijadwalkan menemui langsung Presiden Thomas Bach di Lausanne.

Terlepas dari seberapa banyak dukungan yang diberikan pemerintah dan masyarakat, Indonesia dihadapkan pada tantangan berat untuk mendapat status tuan rumah Olimpiade karena para pesaing datang dari negara-negara besar dan maju.

Perjalanan masih panjang. Namun apakah Indonesia mampu mengungguli negara-negara seperti Australia, Korea Selatan-Korea Utara dan Qatar dalam bidding nanti? Itu belum termasuk Jerman dan China yang juga sangat berminat menggelar pesta olahraga terakbar sejagad itu.

Pewarta: Shofi Ayudiana

Editor : Azhari


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021