Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Serambi Mekah Banda Aceh H Rahmadon Tosari Fauzi berpendapat  agar masyarakat dapat memanfaatkan waktu tidak mudik menyambut hari raya Idul Fitri 1442 Hijriah  untuk meningkatkan ibadahnya kepada Allah SWT.

 

"Larangan agar masyarakat tidak mudik itu harus kita sikapi secara positif. Saya sarankan agar dimanfaatkan sebaik mungkin untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, terutama pada malam-malam 10 akhir Ramadhan ini," katanya di Banda Aceh, Selasa.

 

Rahmadon mengimbau masyarakat khususnya umat Islam  agar mengambil hikmah dibalik adanya larangan mudik dari pemerintah. 

 

"Kalau biasanya kita mulai sibuk dari sepekan sebelum lebaran karena ingin mudik, sehingga ibadah malam terabaikan, seperti shalat tarawih dan ibadah-ibadah sunnah lainnya, maka kini kita pergunakan untuk meningkatkan kualitas ibadah, itu hikmahnya sehingga kita tergolong dalam golongan orang-orang yang bertaqwa," katanya.

 

Ia menjelaskan memasuki 10 hari terakhir di bulan Ramadhan itu banyak keutamaan yang dapat diraih umat Islam dikarenakan pada malam itu disebut dengan malam Lailatul Qadar (malam lebih baik dari 1.000 bulan). 

 

Meskipun tidak ada yang bisa mengetahui kapan datangnya malam Lailatul Qadar, namun Rahmadon menjelaskan dalam banyak riwayat menyebutkan di malam-malam 10 akhir dari bulan Ramadhan itu.

 

"Saya ingin menyampaikan meningkatkan ibadah adalah hikmah dibalik larang mudik dari pemerintah. Mari kita ciptakan akhir Ramadhan seperti awal-awal datangnya bulan puasa, di mana masjid-masjid penuh sesak oleh jamaah. Hari ini kita tidak mudik, isi malam-malam dengan memperbanyak dan meningkatkan kualitas ibadah," katanya.

 

Wakil Ketua Dewan Dakwah Aceh itu juga menjelaskan ibadah dalam Ramadhan bukan hanya sekadar menunaikan puasa di siang hari, tapi juga melaksanakan atau menghidupkan malam-malam dengan tadarus Quran dan pangkajian ilmu agama serta shalat-shalat sunah lainnya.

 

"Kita juga harus meningkatkan kualitas membaca Al Quran pada malam-malam Ramadhan khususnya. Bagaimana kita bisa mengambil taqwa itu dengan Al Quran," katanya.

 

Ia memandang bahwa mudik yang  merupakan rutinitas sakral bagi perantau menjelang Hari Raya Idul Adha di mana warga masyarakat pulang ke kampung halaman untuk bersilaturahmi dengan sanak saudaranya itu masih bisa dilakukan dengan cara menggantikan kunjungan fisik dengan kunjungan Maya melalui media komunikasi yang mendukung saat ini seperti fasilitas telpon, dan juga panggilan video serta audio. 

 

" Semangat untuk bersilaturahmi dan mudik masih saja bisa disalurkan dengan kecanggihan teknologi informasi saat ini." Katanya Alumni S3 di Universitas Sennar Sudan ini.

 

Ia juga menyampaikan kebijakan pemerintah tentang pelarangan mudik ini sesungguhnya untuk menekan angka peningkatan penyebaran COVID-19 yang saat ini kembali merebak di Aceh dan juga secara Nasional. 

 

Semenjak Minggu terakhir ini setidaknya ada 87 kasus baru terjadi di Aceh terhadap penyebaran Covid-19 ini yang perlu langkah pencegahan maksimal bersama. Saat ini India merupakan negara yang menduduki peringkat teratas dalam peningkatan kasus Covid-19.

 

"Kita akan berpahala untuk tidak melakukan mudik dalam waktu sekarang ini demi kemaslahatan bersama,” demikian Rahmadon.

Pewarta: M Ifdhal

Editor : Khalis Surry


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021