Tapaktuan, 6/1 (Antaraaceh) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Selatan mengeluhkan minimnya ploting anggaran sumber APBK tahun 2015, karena kondisi tersebut diprediksi akan mengakibatkan kurang optimalnya realisasi program pencegahan bencana di lapangan.
"Jika dibandingkan dengan tahun 2014, pada tahun 2015 ini ploting anggaran sumber APBK untuk Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana tergolong kecil, sehingga diprediksi program pencegahan bencana tidak akan terlaksana secara maksimal seperti tahun lalu," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Aceh Selatan Ramli Tanjung di Tapaktuan, Selasa.
Menurutnya, dalam rangka pencegahan bencana cukup banyak program yang perlu dilakukan di lapangan, apalagi Kabupaten Aceh Selatan merupakan peringkat 4 daerah yang digolongkan rawan bencana se  Aceh.
"Sebagai daerah yang digolongkan rawan bencana, mengharuskan kami lebih giat melakukan langkah pencegahan bencana agar masyarakat lebih peka atau siap dalam menghadapi bencana yang sewaktu-waktu terjadi. Namun dengan kondisi ketersediaan anggaran sangat terbatas, maka program pencegahan bencana tidak akan terlaksana secara optimal seperti tahun lalu," kata dia.
Apalagi, dengan telah dibentuknya Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) baru, bidang tugas  Pemadam Kebakaran yang sebelumnya tergabung dengan Kantor Satpol PP dan WH, sekarang telah berada di bawah Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Aceh Selatan, sehingga secara otomatis telah menambah beban tugas pihaknya.
"Satu sisi beban tugas telah bertambah, tapi di sisi lain ploting anggaran tidak bertambah malah justru berkurang," sesalnya.
Terkait dengan pencegahan bencana di Aceh Selatan, kata Ramli Tanjung, program yang telah direalisasikan pihaknya pada tahun 2014 antara lain adalah, langkah sosialisasi tentang gejala-gejala terjadi bencana termasuk upaya pencegahannya kepada masyarakat dan para siswa di sekolah-sekolah.
Teknis sosialisasi yang dilakukan pihaknya, selain dengan cara memberikan pelatihan dan pemaparan materi secara langsung, juga dengan cara membagi-bagikan brosur kepada masyarakat dan siswa yang menjelaskan tentang pencegahan bencana seperti gejala-gejala tanah longsor, banjir, kebakaran serta kekeringan.
"Seperti di Menggamat, Kecamatan Kluet Tengah ada terdapat tambang emas tradisional yang menggunakan air raksa atau merkuri. Kami memberikan pemahaman kepada masyarakat dan siswa di sekolah-sekolah bahwa zat kimia tersebut selain berbahaya terhadap kesehatan manusia juga dapat merusak lingkungan atau kelestarian alam," paparnya.
Karena itu, pihaknya mengajak masyarakat setempat termasuk siswa sekolah melalui langkah  penyuluhan yang dilakukan tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan sembari melakukan langkah reboisasi pohon di sepanjang bantaran sungai dalam Kabupaten Aceh Selatan.
Selain langkah sosialisasi dan reboisasi pohon, BPBD Aceh Selatan melalui Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana juga telah melakukan langkah normalisasi beberapa sungai, seperti Sungai Labuhan Haji, Krueng Kluet, Sungai Sawang, Samadua, Meukek, Bakongan serta Trumon.
Di samping itu, kata Ramli Tanjung, pihaknya juga telah melakukan normalisasi sejumlah saluran (drainase) dalam Kota Tapaktuan dan Labuhan Haji Raya, untuk mengantisipasi kembali terjadi banjir genangan setiap kali musim hujan tiba.
Program pencegahan bencana tersebut, menurut Ramli Tanjung juga termasuk melakukan pelatihan peningkatan kapasitas aparatur BPBD Aceh Selatan serta work shop teknis peliputan bencana terhadap wartawan yang bertugas di Aceh Selatan.
Sementara untuk pogram tahun 2015 ini, pihaknya kata Ramli Tanjung, mengaku sejauh ini belum mempunyai agenda kerja yang jelas yang akan diimplementasikan nantinya di lapangan, karena persoalan keterbatasan anggaran yang tersedia.
"Sebenarnya, program kerja yang telah kami buat untuk tahun 2015 ini cukup banyak dalam rangka pencegahan bencana yang intensitasnya cukup tinggi terjadi di Aceh Selatan setiap tahunnya. Termasuk rencana kami adalah akan membangun shalter (tempat evakuasi) warga korban banjir dan abrasi pantai di Kota Tapaktuan. Program kami ada 3 titik lokasi shalter di Kota Tapaktuan yakni di Gunung Desa Lhok Bengkuang, Lhok Keutapang dan Batu Itam," sebutnya.
Karena ketersediaan anggaran melalui APBK tahun 2015 sangat terbatas, namun program tersebut harus terealisasi, kata Ramli Tanjung,  maka pihaknya berinisiatif telah mengusulkan program Master Plan Stunami tersebut ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat.
Menurutnya, pada tahun 2014 di Provinsi Aceh sudah ada 5 kabupaten/kota yang memperoleh bantuan master plan stunami dari BNPB masing-masing adalah Kabupaten Aceh Besar, Kota Banda Aceh, Aceh Jaya, Aceh Barat dan Kabupaten Simeulue.
"Harapan kami semoga pada tahun 2015 ini, BNPB juga merealisasikan program master plan stunami untuk Kabupaten Aceh Selatan karena dengan status daerah ini juga digolongkan daerah rawan bencana sehingga kami nilai sangat pantas untuk menerima bantuan itu," ungkapnya.
Di samping berinisiatif mengusulkan usulan program ke BNPB, kata Ramli Tanjung, pihaknya juga berinisiatif menjalin kerja sama dengan lembaga donor atau NGO seperti yang telah dijalin hubungan kerja dengan IOM pada tahun 2014.
Sebab, dengan kondisi keterbatasan anggaran yang ada, bantuan kerja sama dengan lembaga donor seperti itu sangat membantu pihaknya, katanya.
"Seperti dengan IOM pada tahun 2014 lalu, telah berhasil kita laksanakan program  pembentukan desa tangguh, pembuatan peta resiko bencana, sekolah siaga bencana, rencana penanggulangan bencana, rencana kontigensi serta driil (simulasi)," ujarnya.
Maka oleh sebab itu, sambung Ramli Tanjug, agar terlaksana secara optimal program pencegahan bencana pada tahun 2015 ini, pihaknya mengharapkan kepada lembaga donor seperti IOM agar dapat melanjutkan lagi program kerja sama dengan BPBD Aceh Selatan.
Di samping itu, kata dia, pihaknya juga mengharapkan kepada Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) agar dapat memaksimalkan lagi bantuan kucuran anggaran untuk BPBD Aceh Selatan mengingat daerah itu merupakan salah satu daerah yang tergolong rawan bencana.

Pewarta:

Editor : Antara Aceh


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015