Kementerian Kesehatan RI telah menyelesaikan penyusunan skema pemberian dosis ketiga vaksin COVID-19 untuk masyarakat umum yang direncanakan bergulir pada 2022.
"Skema ini (vaksin dosis ketiga masyarakat umum) sudah kami buat, sekalipun pemerintah tentu tidak mampu melakukan pembayaran untuk penduduk seperti sekarang ini," kata Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu saat menyampaikan keterangan dalam program Dialog Produktif Semangat Selasa yang diikuti melalui kanal YouTube FMB9ID dari Jakarta, Selasa siang.
Maxi mengatakan skema pemberian vaksin dosis ketiga akan menyasar masyarakat yang sudah menerima vaksin COVID-19 dosis pertama dan kedua. Sementara bagi kelompok usia 11 tahun ke bawah akan diprioritaskan untuk memperoleh vaksin dosis pertama dan kedua.
Terkait pembiayaan oleh pemerintah dalam program tersebut, kata Maxi, pemerintah akan memprioritaskan kelompok masyarakat miskin, terutama yang masuk dalam program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. "Itu yang penerima bantuan, terutama penduduk miskin," katanya.
Maxi mengatakan jumlah masyarakat penerima bantuan vaksinasi dosis ketiga itu dikalkulasi berkisar hampir 100 juta jiwa.
Ia mengatakan program tersebut akan mengikuti tren perkembangan vaksinasi dunia demi menyelaraskan kesetaraan hak seluruh negara memperoleh vaksinasi COVID-19 sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Karena memang WHO sebenarnya belum mengizinkan untuk melakukan booster (vaksin dosis ketiga), bukan tidak boleh secara medis, tapi secara kesetaraan masih banyak masyarakat dunia yang belum divaksin," katanya.
Maxi mengatakan saat ini angka rata-rata vaksinasi di dunia masih di bawah 10 persen untuk dosis pertama dan kedua.
Namun Maxi tidak memungkiri bahwa sejumlah negara dengan cakupan vaksinasi yang tinggi sedang mengalami peningkatan laju kasus COVID-19.
"Semua negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris dan Israel cakupan vaksinasinya sudah tinggi, mereka sudah di atas 50 persen. Bahkan Israel dan Inggris sudah tinggi mendekati 70 persen dari cakupan populasi yang akan divaksin. Memang ini (vaksin) tidak jadi jaminan karena adanya mutasi virus, ada varian baru dan penularan masih terjadi cukup tinggi," katanya.
Kasus harian COVID-19 di Amerika Serikat, kata Maxi, saat ini menembus rata-rata 153 ribu, Inggris berkisar 34 ribu per hari. "Israel karena negara kecil pernah memuncak 8 ribu kasus, sekarang dia rata-rata 8 ribu per hari," katanya.
Atas pertimbangan situasi itu, kata Maxi, pemerintah di negara tersebut memutuskan pemberian vaksin dosis ketiga. Sedangkan di Indonesia dosis ketiga saat ini baru menyasar tenaga kesehatan.
"Kita di Indonesia ini baru tenaga kesehatan. Kita memprioritaskan tenaga kesehatan untuk melakukan booster karena mereka yang sering terpapar dengan pasien yang ada penularan COVID-19," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
"Skema ini (vaksin dosis ketiga masyarakat umum) sudah kami buat, sekalipun pemerintah tentu tidak mampu melakukan pembayaran untuk penduduk seperti sekarang ini," kata Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu saat menyampaikan keterangan dalam program Dialog Produktif Semangat Selasa yang diikuti melalui kanal YouTube FMB9ID dari Jakarta, Selasa siang.
Maxi mengatakan skema pemberian vaksin dosis ketiga akan menyasar masyarakat yang sudah menerima vaksin COVID-19 dosis pertama dan kedua. Sementara bagi kelompok usia 11 tahun ke bawah akan diprioritaskan untuk memperoleh vaksin dosis pertama dan kedua.
Terkait pembiayaan oleh pemerintah dalam program tersebut, kata Maxi, pemerintah akan memprioritaskan kelompok masyarakat miskin, terutama yang masuk dalam program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. "Itu yang penerima bantuan, terutama penduduk miskin," katanya.
Maxi mengatakan jumlah masyarakat penerima bantuan vaksinasi dosis ketiga itu dikalkulasi berkisar hampir 100 juta jiwa.
Ia mengatakan program tersebut akan mengikuti tren perkembangan vaksinasi dunia demi menyelaraskan kesetaraan hak seluruh negara memperoleh vaksinasi COVID-19 sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Karena memang WHO sebenarnya belum mengizinkan untuk melakukan booster (vaksin dosis ketiga), bukan tidak boleh secara medis, tapi secara kesetaraan masih banyak masyarakat dunia yang belum divaksin," katanya.
Maxi mengatakan saat ini angka rata-rata vaksinasi di dunia masih di bawah 10 persen untuk dosis pertama dan kedua.
Namun Maxi tidak memungkiri bahwa sejumlah negara dengan cakupan vaksinasi yang tinggi sedang mengalami peningkatan laju kasus COVID-19.
"Semua negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris dan Israel cakupan vaksinasinya sudah tinggi, mereka sudah di atas 50 persen. Bahkan Israel dan Inggris sudah tinggi mendekati 70 persen dari cakupan populasi yang akan divaksin. Memang ini (vaksin) tidak jadi jaminan karena adanya mutasi virus, ada varian baru dan penularan masih terjadi cukup tinggi," katanya.
Kasus harian COVID-19 di Amerika Serikat, kata Maxi, saat ini menembus rata-rata 153 ribu, Inggris berkisar 34 ribu per hari. "Israel karena negara kecil pernah memuncak 8 ribu kasus, sekarang dia rata-rata 8 ribu per hari," katanya.
Atas pertimbangan situasi itu, kata Maxi, pemerintah di negara tersebut memutuskan pemberian vaksin dosis ketiga. Sedangkan di Indonesia dosis ketiga saat ini baru menyasar tenaga kesehatan.
"Kita di Indonesia ini baru tenaga kesehatan. Kita memprioritaskan tenaga kesehatan untuk melakukan booster karena mereka yang sering terpapar dengan pasien yang ada penularan COVID-19," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021