Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Lembaga komunitas antirokok, Center for Tobacco Control Studies (CTCS), menyerukan bulan suci Ramadhan bisa dijadikan momentum bagi umat Islam di Provinsi Aceh untuk puasa rokok, mengingat jumlah perokok di daerah "Serambi Mekah" itu cukup tinggi.
"Jika saat Ramadhan bisa tahan tidak merokok, seharusnya pada waktu lain juga bisa. Inilah saatnya Ramadhan dijadikan momentum untuk berhenti merokok bagi perokok," kata Ketua CTCS Ainal Mardhiah di Banda Aceh, Rabu.
Data pada Riskesdas (2007), jumlah perokok di Aceh mengalami peningkatan yakni 19 batang rokok/hari.
"Bisa dibayangkan bila kenyataan itu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga kini," katanya.
Ironisnya, kata dia, perokok di Aceh adalah laki-laki dan berusia remaja. Penelitian terhadap sejumlah remaja tahun 2012 di Banda Aceh menunjukkan bahwa salah satu alasan mereka mengonsumsi rokok adalah sebagai sarana untuk melepas ketegangan atau stress.
Ainal menyatakan, konsumsi rokok yang terus meningkat bukan saja mengancam kondisi kesehatan pria dewasa, tapi bisa mengancam para pelajar di Indonesia termasuk Aceh.
Aceh yang sedang menerapkan syariat Islam, sebagai provinsi tingkat perokok yang relatif tinggi harus menghadapi kenyataan yang menyakitkan dalam konsumsi rokok, ujarnya.
Indonesia berada pada peringkat ke-5 dunia dalam hal konsumsi rokok, dengan sepertiga warganya (34 persen) yakni sekitar 65 persen pria dan 5 persen wanita adalah pengguna tembakau.
Mereka juga beresiko tinggi mengalami penurunan kesehatan akibat penyalahgunaan tembakau, ujarnya.
"Regulasi yang buruk terhadap pengendalian tembakau di Indonesia sangat bertentangan dengan semangat untuk menekan angka perilaku merokok bagi masyarakat Indonesia," tambah Andi Tharsia, Wakil Ketua CTCS.
Lembaga antirokok yang berdiri sejak 4 tahun lalu berkomitmen mendorong Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di seluruh Aceh. Perkumpulan yang bermarkas di Banda Aceh ini akan membantu melakukan advokasi kebijakan larangan merokok.
"Jika saat Ramadhan bisa tahan tidak merokok, seharusnya pada waktu lain juga bisa. Inilah saatnya Ramadhan dijadikan momentum untuk berhenti merokok bagi perokok," kata Ketua CTCS Ainal Mardhiah di Banda Aceh, Rabu.
Data pada Riskesdas (2007), jumlah perokok di Aceh mengalami peningkatan yakni 19 batang rokok/hari.
"Bisa dibayangkan bila kenyataan itu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga kini," katanya.
Ironisnya, kata dia, perokok di Aceh adalah laki-laki dan berusia remaja. Penelitian terhadap sejumlah remaja tahun 2012 di Banda Aceh menunjukkan bahwa salah satu alasan mereka mengonsumsi rokok adalah sebagai sarana untuk melepas ketegangan atau stress.
Ainal menyatakan, konsumsi rokok yang terus meningkat bukan saja mengancam kondisi kesehatan pria dewasa, tapi bisa mengancam para pelajar di Indonesia termasuk Aceh.
Aceh yang sedang menerapkan syariat Islam, sebagai provinsi tingkat perokok yang relatif tinggi harus menghadapi kenyataan yang menyakitkan dalam konsumsi rokok, ujarnya.
Indonesia berada pada peringkat ke-5 dunia dalam hal konsumsi rokok, dengan sepertiga warganya (34 persen) yakni sekitar 65 persen pria dan 5 persen wanita adalah pengguna tembakau.
Mereka juga beresiko tinggi mengalami penurunan kesehatan akibat penyalahgunaan tembakau, ujarnya.
"Regulasi yang buruk terhadap pengendalian tembakau di Indonesia sangat bertentangan dengan semangat untuk menekan angka perilaku merokok bagi masyarakat Indonesia," tambah Andi Tharsia, Wakil Ketua CTCS.
Lembaga antirokok yang berdiri sejak 4 tahun lalu berkomitmen mendorong Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di seluruh Aceh. Perkumpulan yang bermarkas di Banda Aceh ini akan membantu melakukan advokasi kebijakan larangan merokok.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015