H T Ahmad Dadek, SH adalah kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh yang dikenal sebagai tokoh sangat berpengaruh terhadap lajunya pembangunan diwilayah itu.

Selain dikenal sebagai aktor pembangunan, pria akrap disapa Ampon Dadek ini adalah seorang musisi yang jago nyanyi dan memiliki satu komunitas grub band lokal "Putroe Ijoe" yang larik lagunya beroreantasi pada hadist maja atau petuah ulama Aceh.

"Musik hanya sebagai hiburan dan sebagai hoby, lirik lagu yang kami terbitkan adalah syair petuah hadist maja. Kami terobsesi untuk memperkenalkan kembali peningalan ulama-ulama di Aceh lewat lagu kepada generasi selanjutnya,"kata H T Ahmad Dadek yang juga ketua Dewan Kesenian Aceh Barat (DKAB) itu.

Sejak dipercayakan jabatan strategis ditubuh Pemerintah Kabupaten, pria kelahiran Meulaboh, 29 November 1968 ini berhasil membawa nama daerah ke tingkat nasional bahkan Internasional dengan keberhasilan penyusunan program kerja dan diimpelementasinya sampai saat ini.

Satu dari sekian torehan prestasi telah berhasil menjadi terbaik satu se-Indonesia dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) 2015 sehingga Bupati Aceh Barat H T Alaidinsyah memperoleh penghargaan berupa Piala Emas Pangripta Nusantara dari pemerintah pusat.

Mantan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Barat ini mengatakan, pada pemerintahan 2007-2012, Aceh Barat dibawa pada prestasi puncak sebagai juara I terbaik se-Indonesia kategori unggul di bidang pra bencana, juara I untuk kategori akuntabilitas dan kelembangaan serta juara II untuk kategori tanggap darurat.

Tidak tangung-tangung, Ahmad Dadek yang dikenal tegas dengan setiap lawan bicaranya itu, juga mendapat penghargaan dari Negara Jepang dan menjadi pemateri sekaligus juru bicara perwakilan Aceh dihadapan Menteri Singapura serta mendapat penghargaan dari Pemerintah Amerika Serikat di Kentaki AS, menyoal kondisi Aceh pasca Tsunami 2004.

Selain itu di saat Aceh Barat dikenal sangat kental dengan upaya penerapan syariat Islam pada pemerintahan 2007-2012, dirinya dipercayakan sebagai Kepala Sat Pol PP dan WH, berhasil mengungkap beberapa aktivitas yang memiliki unsur sara seperti pemurtadan umat muslim.

"Walaupun saya adalah sebagai pemakarsa tapi ini merupakan wujud nyata keberhasilan dari bupati/wakilnya serta semua pihak yang terlibat bersama-sama membangun Aceh Barat,"kata Dadek ketika ditemui ditengah kesibukan beraktivitas diruang kerjanya.

Bagi Ahmad Dadek, motivator sehingga muncul berbagai ide cemerlang tersebut sangat sederhana, belajar dari bencana alam yang menimpa Aceh Gempa bumi disusul gelombang tsunami 2004, disanalah awal karirnya memuncak, bangkit membangun daerah.

Sebagai putra daerah, suami Eva Mahlizar ini merasa terbeban melihat kondisi Meulaboh yang dikenal sebagai ibu kota Kabupaten Aceh Barat yang hancur porak-poranda karena bencana alam, waktu itu dia adalah seorang Camat Johan Pahlawan.

Dari sanalah awal kebangkitan karir dan berbagai torehan prestasi tingkat nasional mampu dibawa pulang ke Aceh Barat, sebagai seorang pimpinan kecamatan dirinya memikul beban besar dalam membangun kota Meulaboh.

"Saat tsunami saya masih Camat Johan Pahlawan, waktu itu kita juga mengintegrasikan pembangunan 140 unit ruko sebagai tempat evakuasi bencana alam tsunami, ruko itu bantuan geratis NGO untuk Aceh Barat hasil perjuangan kami saat itu, disamping juga ada rumah bantuan dengan ukuran lebih layak,"kata dia.

Menurut ayah dari tiga orang anak ini, semua keberhasilan dalam perencanaan pembangunan daerah itu tidak terlepas dari peran semua pihak, seperti torehan prestasi terbaik dalam RKPD 2015 itu merupakan hasil dari musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) berdasarkan aspirasi masyarakat.

Pengalaman dan berbagai pandangan serta kontrol social media yang menyoroti Kabupaten Aceh Barat ternyata merupakan salah satu sumber inspirasi bagi dirinya sehingga muncul ide-ide cemerlang dan kreatif membuat trobosan baru.

"Saya termotivasi dari membaca, kritikan pemberitaan media social dan yang paling membantu adalah dari Musrenbang dari tingkat desa sampai tingkat kabupaten. Saya bukan tokoh pembangunan, saya cuma merumuskan agar tepat sasaran dan aspirasi terserah,"imbuhnya.

Pria yang dikenal sebagai musisi lokal ini, selalu bersahaja dengan kesederhanaannya dalam merangkul semua orang disekelilingnya, dengan suara terdengar sedikit lantang tidak membuat orang disekelilingnya menjadi takut, malahan terinspirasi dengan edukasi pimpinan yang tegas menjadi teladan.

Anak dari pasangan Alm T Cut Ubat dan Hj Faridah ini mengatakan, waktu untuk bersama keluarga tidak begitu banyak, namun dengan kondisi luas Meulaboh saat ini tidak membuat jarak hubungan seorang suami terhadap istri dan anak-anaknya, apalagi keluarnya juga bertempat tinggal masih dalam Kecamatan Johan Pahlawan.

"Untuk keluarga juga diluangkan waktu, karena untuk meraih semua kesuksesan itu juga ada peran keluarga, Meulaboh ini tidak begitu luas jadi waktu bersama dengan keluarga tidak berkurang,"katanya menambahkan.

Pewarta:

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015