Meulaboh (ANTARA Aceh)- Banjir yang melanda delapan dari 12 Kecamatan di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh dua hari terakhir telah menelan kerugian material senilai Rp200 miliar karena banyak infrastruktur rusak serta produksi petani hanyut terseret banjir.

Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Barat Bukhari di Meulaboh, Rabu mengatakan ekses banjir merusak fasilitas umum seperti jembatan, jalan, tangul aliran sungai dan palawija sehingga sebagian gampong (desa) sampai saat ini masih terisolasi.

"Anggaran untuk perbaikan dibutuhkan dari kerusakan Rp200 miliar, kami sudah ajukan proposal melalui BNPB pusat mudah-mudahan segera menurunkan tim untuk melakukan peninjauan ke Aceh Barat,"kata Bukhari diruang kerjanya.

Sementara untuk penanganan bencana alam banjir tersebut kata dia, Pemkab Aceh Barat membutuhkan dana mencapai ratusan miliar terutama untuk pengendalian arus Sungai Woyla serta pembangunan tebing pengaman.

Sebut Bukhari, langkah kedepan Pemkab Aceh Barat sudah memprogramkan beberapa kegiatan seperti pembangunan pengamanan tebing ataupun tanggul dibeberapa titik sepanjang sungai Woyla, normalisasi sungai karena sudah terjadi pendangkalan akibat banyak kayu-kayu yang hanyut dari aktivitas penebangan liar.

Untuk penangganan darurat saat ini pemkab setempat mengunakan dana cadangan APBK untuk menghubungkan beberapa desa yang masih terisolasi di Kecamatan Pante Ceureumen, namun untuk penangganan permanen tidak mungkin dilakukan dengan dana daerah karena sangat besar.

"Karena pemda keterbatasan anggaran, seharusnya kita melakukan pengendalian arus air sungai, kedepan juga akan kita programkan melaluai BNPB, mudah-mudahan bisa di ploting anggran melalui APBN,"imbuhnya.

Lebih lanjut dikatakan, banjir yang rentan melanda kawasan setempat selain di picu oleh tingginya intensitas curah hujan, penyebab lain juga merupakan air banjir kiriman dari wilayah Kabupaten Pidie karena letak geografis Aceh Barat berada diwilayah hilir.

Pemerintah sangat prihatin melihat kondisi masyarakat petani yang baru melakukan panen raya tanaman padi, sebagian hanyut terseret arus sebelum dibawa pulang dan membuat kerusakan padi yang belum dipanen, namun kondisi ini diharapkan tidak menjadi kendala pencapaian program swasembada pangan nasional.

Bahkan sangat disayangkan, bencana alam ini telah menelan korban jiwa dua orang bocah sekolah dasar yang terseret arus air banjir saat bermain air ditengah derasnya banjir menerjang pemukiman warga Ranup Dong, Kecamatan Mereubo.

"Kalau kita lihat cuaca hari ini masih mendung dan tadi pagi juga hujan, kita doakan bersama hujan ini tdak terus menurus karena sangat sayang masyarakat, apalagi sampai ada korban jiwa selanjutnya masyarakat di Aceh Barat,"jelasnya.

Banjir yang merendam kawasan itu tidak berlangsung lama, sehingga masyarakat hanya mengungsi sesaat mencari tempat berlindung lebih aman, logistik tetap disalurkan melalui instansi terkait melalui pihak kecamatan.

Bukhari berharap dengan dukungan pemerintah pusat melalui keterlibatan TNI dalam upaya khusus (upsus) program swasembada pangan dapat menyelamatkan sektor pertanian masyarakat untuk terwujudnya kedaulatan pangan.

BPBD juga sudah diintruksikan memperkuat kesiap-siagaan menyikapi kondisi cuaca ekstrim melanda kawasan itu, imbauan serta pemantauan titik rawan banjir terus dilakukan untuk menghindari adanya korban jiwa dari bencana alam.

"Kita bersama-sama berharap program swasembada pangan tidak gagal di daerah kita karena bencana alam. Kewaspadaan dini memang terus kita tingkatkan, BPBD senantiasa melakukan  imbauan kepada masyarakat agar setiap terjadi perubahan cuaca masyarakat tangap dari banjir, segera bergerak menghindari adanya korban jiwa,"katanya menambahkan.

Pewarta: Pewarta : Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2015