Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh melalui Resort Wilayah 13 Langsa turun ke Aceh Tamiang untuk menyaksikan penguburan satwa dilindungi, yakni seekor monyet kedih Sumatera (Presbytis thomasi) yang sudah mati akibat sakit.

"Kematian satwa primata kedih Sumatera di Aceh Tamiang ini nantinya akan kami laporkan ke tingkat Seksi Konservasi Wilayah I Lhokseumawe," kata petugas BKSDA Masrudin di Karang Baru, Aceh Tamiang, Rabu.

Masrudin merupakan Kepala Resort 11 Cagar Alam Serbajadi, Aceh Timur yang ditugaskan membackup Resor 13 untuk wilayah Aceh Tamiang. Terkait kematian satwa dilindungi ini BKSDA wajib hadir menyaksikan hingga hewan dikubur.

Baca juga: Dokter hewan sebut penyakit lutung kedih kemungkinan sembuh kecil

"Karena kalau tidak dikubur hewan yang mati akan membusuk bisa menyebarkan virus di lingkungan sekitarnya," terangnya.

Menurut Masrudin sebelumnya seekor kedih jantan dewasa itu sempat sakit dirawat oleh warga Desa Tanjung Karang, Kecamatan Karang Baru.

Pihak BKSDA Aceh bersama lembaga Sumatran Rescue Alliance (SRA) Langkat, Sumatera Utara pernah akan melakukan evakuasi monyet berjambul itu, namun karena kondisinya sakit parah sehingga mempercayakan perawatannya kepada warga yang menemukan. BKSDA juga memberi kandang besi dan menyuplai obat-obatan untuk kesembuhan kedih. 

Baca juga: Warga temukan satwa kedih sakit tergeletak di jalan

"Semua pihak berkompeten yang menangani masalah satwa sudah beberapa kali kemari memantau perkembangan kedih sebelum mati. Pihak yang menyatakan kedih sakit langsung dari dokter hewan. Hasil diagnosa dokter hewan satwa kedih mengalami sakit di bagian dada dan kepala yang harus dioperasi," kata Masrudin.

Sasy Kapur warga yang dipercaya BKSDA Aceh merawat satwa sakit mengatakan kedih malang tersebut meregang nyawa pada Selasa pukul 23.50 WIB. Malam itu kedih sedang dipangku oleh istrinya Mim, karena tidak mau masuk kandang besi.

Baca juga: BKSDA Aceh evakuasi monyet kedih Sumatera

"Detik-detik kedih akan mati berada dipangkuan istri saya. Kaki dan tangan kedih bengkok dan matanya melihat ke atas. Setelah tidak bernyawa lagi baru lurus lagi tubuhnya. Istri saya sampai nangis menyaksikannya," sebutnya.

Padahal menurutnya kondisi kedih mulai ada perubahan (membaik) dan mau makan. Mamalia ekor panjang itu sudah dirawat oleh Sasy Kapur selama sepekan. Setelah diberi obat dari dokter leher kedih sudah bisa ditegakkan. Mereka pun mengira monyet unik itu akan sembuh seperti sediakala.

Diakui Sasy sehari sebelum mati kondisi kesehatan kedih sempat ngedrop. Perutnya kembung kemudian mereka konsultasi dengan dokter hewan SRA disarankan pergi ke Puskeswan Pemda Aceh Tamiang. Tapi besok malamnya sudah mati.

"Saya langsung memberi tahu pihak BKSDA. Kedih itu kami kubur di pekarangan belakang rumah," ujar Sasy.

Pewarta: Dede Harison

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022