Blangpidie (ANTARA Aceh) - Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Aceh, berkeinginan besar untuk meningkatkan produksi petani tambak dan perairan di daerahnya melalui revitalisasi kolam air tawar.
"Kita ingin meningkatkan kemampuan produksi ikan kolam air tawar ini, namun kendala selama ini adalah terbatasnya kemampuan petani dalam menyediakan bibit ikan dan sarana produksi yang cukup secara kuantitas dan kualitas," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Abdya Muslim Hasan di Blangpidie, Selasa.
Muslim mengatakan, untuk meningkatkan kemampuan produksi ikan air tawar pihak DKP Abdya harus melakukan program terintegrasi dan butuh dana besar seperti merevitalisasi kolam atau tambak masyarakat, merevitalisasi Balai Benih Ikan (BBI) termasuk memfungsikan Unit Penbenihan Budidaya Air Payau (UPBAP).
"Jadi, dengan melakukan program revitalisasi kolam dan tambak rakyat ini, kualitas air menjadi lebih baik dan terjaga, sehingga kemampuan produksi ikan air tawar menjadi lebih meningkat," katanya.
Selain merevitalisasi kolam dan tambak masyarakat, lanjutnya, upaya merevitalisasi Balai Benih Ikan (BBI) yang terletak di kawasan Krueng Batee juga harus dilakukan termasuk menambah jumlah induk ikan dan pakan, supaya mampu menghasilkan bibit dengan jumlah 10 juta antara 15 juta benih per tahun.
Solusi lain, lanjut Muslim, pihaknya juga harus memfungsikan UPBAP yang terletak di kawasan Desa Lama Tuha, agar mampu menghasilkan benih udang 3-5 juta ekor per tahun, hal ini perlu kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan benih udang untuk petani tambak di pedesaan.
Selain untuk memenuhi kebutuhan benih udang, pihaknya juga harus menumbuh atau memberdayakan pakan mandiri agar mampu memenuhi kebutuhan pakan budidaya kolam, budidaya tambak dan perairan, baik secara kuantitas, kualitas dan harga pakan pun harus terjangkau.
"Kita juga harus menghidupkan dan menjalin kemitraan dengan para pengusaha agar produksi ikan petani kolam dan tambak dapat ditampung di pasar. Jadi, semua petani kolam dan tambak kita tingkatkan SDM termasuk tenaga penyuluh, supaya produksi perikanan menjadi lebih produktif," katanya.
Muslim menjelaskan, saat ini daerahnya memiliki kolam air tawar dan kolam air payau seluas 300 hektare lebih dan memiliki lahan perairan yang sangat luas dan strategis, namun tingkat produktifitasnya baru sekitar 10 antara 20 persen.
Pun demikan, Muslim mengaku bisa menerapkan solusi tersebut, karena, selain terkendala dengan terbatasnya Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten (APBK) bantuan-bantuan yang disediakan oleh pemerintah provinsi dan Pemerintah Pusat juga sangat terbatas.
"Untuk mendapatkan bantuan yang disalurkan Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat, kelompok tambak di pedesaan diwajibkan memiliki badan hukun akta notaris. Jadi, ini merupakan persyaratan yang sulit dipenuhi oleh masyarakat petani tambak di desa," demikian Muslim Hasan.
"Kita ingin meningkatkan kemampuan produksi ikan kolam air tawar ini, namun kendala selama ini adalah terbatasnya kemampuan petani dalam menyediakan bibit ikan dan sarana produksi yang cukup secara kuantitas dan kualitas," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Abdya Muslim Hasan di Blangpidie, Selasa.
Muslim mengatakan, untuk meningkatkan kemampuan produksi ikan air tawar pihak DKP Abdya harus melakukan program terintegrasi dan butuh dana besar seperti merevitalisasi kolam atau tambak masyarakat, merevitalisasi Balai Benih Ikan (BBI) termasuk memfungsikan Unit Penbenihan Budidaya Air Payau (UPBAP).
"Jadi, dengan melakukan program revitalisasi kolam dan tambak rakyat ini, kualitas air menjadi lebih baik dan terjaga, sehingga kemampuan produksi ikan air tawar menjadi lebih meningkat," katanya.
Selain merevitalisasi kolam dan tambak masyarakat, lanjutnya, upaya merevitalisasi Balai Benih Ikan (BBI) yang terletak di kawasan Krueng Batee juga harus dilakukan termasuk menambah jumlah induk ikan dan pakan, supaya mampu menghasilkan bibit dengan jumlah 10 juta antara 15 juta benih per tahun.
Solusi lain, lanjut Muslim, pihaknya juga harus memfungsikan UPBAP yang terletak di kawasan Desa Lama Tuha, agar mampu menghasilkan benih udang 3-5 juta ekor per tahun, hal ini perlu kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan benih udang untuk petani tambak di pedesaan.
Selain untuk memenuhi kebutuhan benih udang, pihaknya juga harus menumbuh atau memberdayakan pakan mandiri agar mampu memenuhi kebutuhan pakan budidaya kolam, budidaya tambak dan perairan, baik secara kuantitas, kualitas dan harga pakan pun harus terjangkau.
"Kita juga harus menghidupkan dan menjalin kemitraan dengan para pengusaha agar produksi ikan petani kolam dan tambak dapat ditampung di pasar. Jadi, semua petani kolam dan tambak kita tingkatkan SDM termasuk tenaga penyuluh, supaya produksi perikanan menjadi lebih produktif," katanya.
Muslim menjelaskan, saat ini daerahnya memiliki kolam air tawar dan kolam air payau seluas 300 hektare lebih dan memiliki lahan perairan yang sangat luas dan strategis, namun tingkat produktifitasnya baru sekitar 10 antara 20 persen.
Pun demikan, Muslim mengaku bisa menerapkan solusi tersebut, karena, selain terkendala dengan terbatasnya Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten (APBK) bantuan-bantuan yang disediakan oleh pemerintah provinsi dan Pemerintah Pusat juga sangat terbatas.
"Untuk mendapatkan bantuan yang disalurkan Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat, kelompok tambak di pedesaan diwajibkan memiliki badan hukun akta notaris. Jadi, ini merupakan persyaratan yang sulit dipenuhi oleh masyarakat petani tambak di desa," demikian Muslim Hasan.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016