Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Aceh Utara mencatat produksi kelapa di daerah itu mencapai 9.960 ton pada 2021 dengan total lahan seluas 15.055 hektare.
Kepala Dinas Perkebunan, Peternakan Kesehatan Hewan Kabupaten Aceh Utara Lilis Indriansyah di Lhokseumawe, Senin, mengatakan kelapa termasuk komoditas unggulan di daerah itu.
"Total produksi kelapa pada 2021 mencapai 9.960 ton dengan luas lahan 15.055 hektare. Rata-rata produksi per hektarenya mencapai 720 kilogram," kata Lilis Indriansyah.
Lilis Indriansyah mengatakan jumlah petani kelapa sebanyak 20.757 kepala keluarga (KK). Mereka tersebar di sejumlah kecamatan, kebanyakannya di kecamatan pesisir.
Lilis Indriansyah mengatakan total luas kebun kelapa di Kabupaten Aceh Utara mencapai 15.055 hektare. Dari luas tersebut, seluas 13.834 hektare masih berproduksi.
Sedangkan 274 hektare tanaman kelapa lainnya tidak menghasilkan serta kebun dengan tanaman kelapa yang rusak atau hampir mati seluas 948 hektare.
Perkebunan kelapa selama ini hanya sebatas usaha petani yang berkebun dan belum ada perusahaan perkebunan besar swasta yang mengembangkan komoditas di wilayah ini.
Menurut Lilis Indriansyah, produksi kelapa tersebut masih dapat ditingkatkan sepanjang pemeliharaan rutin terus dilaksanakan sesuai petunjuk teknis yang telah dianjurkan.
"Selain itu juga dengan peremajaan tanaman, menggantikan tanaman yang tidak produktif lagi. Termasuk memperluas perkebunan kelapa," kata Lilis Indriansyah menyebutkan.
Lilis Indriansyah mengatakan saat ini harga kelapa dalam atau kelapa congkel harganya Rp7.000 ribu per kilogram. Sedangkan harga kelapa utuh berkisar Rp3.000 hingga Rp3.500 per butir.
Produk tanaman kelapa, kata Lilis Indriansyah, saat ini masih sebatas berupa kelapa sayur, kelapa muda, kopra, dan minyak kelapa. Sedangkan untuk mengelola hasil limbah kelapa seperti tempurung, sabut, dan air kelapa sebagai produk ikutan lainnya belum tergarap dengan baik.
"Padahal, hasil limbah kelapa seperti tempurung, sabut, dan air kelapa jika diolah memiliki nilai tambah. Karena itu, pihaknya terus mendorong pelaku usaha menjadikan limbah kelapa sebagai produk olahan.
"Kami juga berupaya mencari investor mengembangkan perkebunan kelapa. Peluang potensi investasi komoditas kelapa di Aceh Utara menjanjikan, terutama di pasar lokal," kata Lilis Indriansyah.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
Kepala Dinas Perkebunan, Peternakan Kesehatan Hewan Kabupaten Aceh Utara Lilis Indriansyah di Lhokseumawe, Senin, mengatakan kelapa termasuk komoditas unggulan di daerah itu.
"Total produksi kelapa pada 2021 mencapai 9.960 ton dengan luas lahan 15.055 hektare. Rata-rata produksi per hektarenya mencapai 720 kilogram," kata Lilis Indriansyah.
Lilis Indriansyah mengatakan jumlah petani kelapa sebanyak 20.757 kepala keluarga (KK). Mereka tersebar di sejumlah kecamatan, kebanyakannya di kecamatan pesisir.
Lilis Indriansyah mengatakan total luas kebun kelapa di Kabupaten Aceh Utara mencapai 15.055 hektare. Dari luas tersebut, seluas 13.834 hektare masih berproduksi.
Sedangkan 274 hektare tanaman kelapa lainnya tidak menghasilkan serta kebun dengan tanaman kelapa yang rusak atau hampir mati seluas 948 hektare.
Perkebunan kelapa selama ini hanya sebatas usaha petani yang berkebun dan belum ada perusahaan perkebunan besar swasta yang mengembangkan komoditas di wilayah ini.
Menurut Lilis Indriansyah, produksi kelapa tersebut masih dapat ditingkatkan sepanjang pemeliharaan rutin terus dilaksanakan sesuai petunjuk teknis yang telah dianjurkan.
"Selain itu juga dengan peremajaan tanaman, menggantikan tanaman yang tidak produktif lagi. Termasuk memperluas perkebunan kelapa," kata Lilis Indriansyah menyebutkan.
Lilis Indriansyah mengatakan saat ini harga kelapa dalam atau kelapa congkel harganya Rp7.000 ribu per kilogram. Sedangkan harga kelapa utuh berkisar Rp3.000 hingga Rp3.500 per butir.
Produk tanaman kelapa, kata Lilis Indriansyah, saat ini masih sebatas berupa kelapa sayur, kelapa muda, kopra, dan minyak kelapa. Sedangkan untuk mengelola hasil limbah kelapa seperti tempurung, sabut, dan air kelapa sebagai produk ikutan lainnya belum tergarap dengan baik.
"Padahal, hasil limbah kelapa seperti tempurung, sabut, dan air kelapa jika diolah memiliki nilai tambah. Karena itu, pihaknya terus mendorong pelaku usaha menjadikan limbah kelapa sebagai produk olahan.
"Kami juga berupaya mencari investor mengembangkan perkebunan kelapa. Peluang potensi investasi komoditas kelapa di Aceh Utara menjanjikan, terutama di pasar lokal," kata Lilis Indriansyah.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022