Tapaktuan (ANTARA Aceh) - Puluhan rumah penduduk yang berada di sepanjang bantaran sungai di Kecamatan Labuhanhaji, Kabupaten Aceh Selatan, terancam amblas, karena pengkikisan tebing sungai (erosi) semakin parah akibat hujan deras yang mengguyur wilayah itu.

Hasil pantauan di lapangan, Senin, sedikitnya terdapat tiga titik erosi yang mengakibatkan amblasnya tanah di sepanjang bantaran sungai akibat diterjang arus air yang deras.

Dari tiga titik tersebut lokasi erosi di Desa Pawoh, Kecamatan Labuhanhaji tergolong yang paling parah.

Di lokasi tersebut lebih kurang 40 meter dengan lebar 10 meter tanah di sepanjang bantaran sungai telah amblas ke dasar sungai akibat diterjang luapan banjir pada Minggu (15/5) malam.

Kejadian ini selain mengancam putusnya akses jalan desa menuju kompleks Pondok Pesantren Darul Ihsan, karena beberapa meter badan jalan desa tersebut terlihat sudah amblas, juga puluhan rumah penduduk yang bermukim di sepanjang bantaran sungai di Desa Pawoh terancam amblas ke dasar sungai.

"Jika ke depannya kembali terjadi banjir luapan maka dipastikan badan jalan desa serta sejumlah rumah penduduk akan amblas ke dasar sungai, karena kondisi saat ini lokasi badan jalan dan rumah penduduk hanya tinggal beberapa meter lagi dari bibir sungai," kata Kepala Desa Pawoh, Said Rabaly Sara.

Dia mengatakan, kejadian banjir luapan yang terus mengikis tanah di bantaran sungai tersebut merupakan kejadian kedua setelah sebelumnya pada bulan Desember 2015 juga telah terjadi banjir serupa yang memporak-porandakan bantaran sungai bahkan sempat memutus satu unit jembatan gantung di desa itu.

Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, kata Said Rabaly, masyarakat setempat telah menggelar gotong royong sejak Minggu hingga Senin dengan cara mengangkut material batu gajah untuk ditimbun di sepanjang bantaran sungai tersebut sebagai langkah penanganan secara darurat.

Camat Labuhanhaji, Dicki Ihkwan SSTP mengaku telah meninjau beberapa titik erosi sungai di wilayah tersebut pasca terjadi banjir luapan Minggu malam.

Menurutnya, kejadian erosi sungai di Kecamatan Labuhanhaji tidak hanya di Desa Pawoh, tapi hal serupa juga terjadi di Desa Hulu Pisang dan Kampung Pisang yang berlokasi di pedalaman kecamatan tersebut.

Ia menyatakan, banjir luapan di Desa Hulu Pisang dan Kampung Pisang selain mengakibatkan puluhan meter jalan desa yang sudah diaspal hotmix terkelupas serta badan jalan dimaksud terancam amblas karena lokasinya sudah sangat dekat dengan bibir sungai, juga mengakibatkan bangunan irigasi yang berfungsi mengaliri air ke sawah warga rusak.

Dia menyatakan, rusaknya beberapa fasilitas umum tersebut selain diakibatkan karena letak aliran sungai sudah terlalu dekat dengan pemukiman penduduk akibat sudah semakin parah terjadi erosi, juga karena muara sungai sudah sangat dangkal akibat tertimbun sedimen lumpur yang dibawa arus banjir bandang.

"Untuk menanggulangi persoalan ini, Pemkab Aceh Selatan harus segera membangun tanggul menggunakan batu gajah di sepanjang bantaran sungai termasuk harus segera melakukan normalisasi (pengerukan) muara sungai di masing-masing desa yang telah terjadi pendangkalan dan erosi yang sudah cukup parah," pintanya.

Disamping itu, sambung Dicki, pihaknya juga meminta kepada Pemkab Aceh Selatan melalui dinas terkait segera membangun Box Culvert di badan jalan negara lintasan Tapaktuan -  Blangpidie (Aceh Barat Daya) tepatnya disimpang Karoke Kecamatan Labuhanhaji.
       
Pasalnya, di lokasi tersebut selama ini telah terjadi penyumbatan drainase yang melintangi badan jalan sehingga setiap kali terjadi hujan lebat yang disusul banjir luapan, lokasi badan jalan negara tersebut kerap tergenang air karena arus air tidak mengalir dengan deras ke seberang jalan yang akhirnya bermuara ke laut.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Selatan, Erwiandi, menyatakan pihaknya telah menerjunkan petugas ke Desa Pawoh untuk meninjau lokasi erosi sungai yang mengakibatkan puluhan meter tanah amblas ke dasar sungai.

Namun untuk langkah penanganan, pihaknya mengakui bahwa saat ini belum bisa dilaksanakan berhubung anggaran untuk itu belum tersedia.

Memang dia mengakui bahwa daerah setempat tersedia anggaran Bantuan Tanggap Darurat dalam APBK, namun untuk merealisasikan anggaran tersebut harus ada sebuah Surat Keputusan (SK) Bupati Aceh Selatan yang menyatakan bahwa daerah dalam kondisi darurat bencana.   
    
"Yang jadi pertanyaannya adalah, apakah Bupati bersedia menandatangani SK darurat bencana hanya untuk sebuah kejadian erosi sungai skala kecil seperti itu?. Maka jawabannya adalah tentu saja tidak mungkin," sebutnya.

Meskipun demikian, kata Erwiandi, untuk menanggulangi bencana erosi sungai itu, pihaknya telah mengusulkan anggaran rehabilitasi dan rekonstruksi ke Pemerintah Pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Alhamdulilah hasil konfirmasi terakhir kami dengan pihak BNPB dan anggota DPR RI asal Aceh yakni Muslim Aiyub, usulan anggaran kita sudah mendapat persetujuan Pemerintah Pusat dan kemungkinan besar akan direalisasikan melalui APBN-P tahun 2016," ujarnya.

Karena itu, sambung Erwiandi, pihaknya meminta kepada masyarakat Aceh Selatan yang wilayahnya terkena dampak bencana alam saat ini khususnya masyarakat Desa Pawoh, Kecamatan Labuhanhaji untuk bersabar menunggu turunnya anggaran sumber APBN tersebut.

"Intinya bahwa, Pemkab Aceh Selatan tetap menanggulangi kejadian erosi di Desa Pawoh tersebut namun karena langkah penanganannya harus permanen yang membutuhkan anggaran minimal mencapai Rp1,5 miliar, maka kami mohon kepada masyarakat untuk bersabar dulu," katanya.      
    
Jikapun dilakukan penanganan secara darurat skala kecil, maka hal itu sama saja menghambur-hambur uang negara secara mubazir sebab saat terjadi bencana susulan kembali disapu banjir sehingga percuma saja, katanya.   

Pewarta: Pewarta : Hendrik

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016