Anggota DPR RI Charles Meikyansyah menyebutkan tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) malam, yang menewaskan 129 orang memilukan bagi dunia sepak bola Indonesia.
 
'Meninggalnya ratusan orang dalam tragedi Kanjuruhan ini sebagai tragedi terburuk di dunia sejak 1964. Ini tragedi kemanusiaan luar biasa," kata Charles dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu.
 
Oleh karena itu, lanjut dia, aparat dan panitia pelaksana pertandingan sepak bola itu harus menjelaskan kepada masyarakat kenapa kerusuhan ini bisa terjadi.

Baca juga: LaNyalla sesalkan pemakaian gas air mata pada tragedi Kanjuruhan

Charles juga meminta agar penegak hukum mengusut tuntas penyebab kerusuhan ini agar menjadi pembelajaran bagi semua pihak.
 
"Diharapkan tidak terjadi lagi pada masa mendatang. Semua pihak harus berbenah bersama-sama," ujarnya.
 
Anggota Komisi XI DPR RI dari Dapil Jawa Timur IV itu meminta kepada pemerintah maupun instansi terkait agar memberikan penanganan yang terbaik bagi para korban, baik yang meninggal dunia maupun yang tengah menjalani perawatan di sejumlah rumah sakit.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan terbesar kedua dalam sejarah kerusuhan di stadion bola
 
"Kami berharap pemerintah maksimal dalam memberikan pelayanan dan perawatan medis agar jumlah korban meninggal dunia tidak bertambah," katanya.
 
Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, bermula saat ribuan pendukung Aremania merangsek masuk ke area lapangan setelah Arema FC kalah dari Persebaya dengan skor 3-2. Para pemain dan ofisial Persebaya langsung meninggalkan Stadion Kanjuruhan dengan menggunakan empat mobil barakuda.

Baca juga: Keluarga yang kehilangan anak saat tragedi Kanjuruhan diminta lapor
 
Kerusuhan tersebut makin membesar. Sejumlah flare dilemparkan, termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari Polri dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut.
 
Hingga Minggu siang sebanyak 129 orang dilaporkan meninggal dunia dalam tragedi yang terjadi setelah pertandingan  Arema FC melawan Persebaya itu.
 

Pewarta: Syaiful Hakim

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022