Tiga kampung di pesisir yakni Rantau Pakam, Teluk Halban dan Marlempang, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang kembali diterjang banjir luapan sungai, yang masuk ke permukiman penduduk melalui celah-celah tanggul jebol yang belum diperbaiki.

Datok Penghulu (Kepala Desa) Kampung Rantau Pakam Ruslan, dijumpai di kampungnya pesisir Aceh Tamiang, Sabtu, mengatakan banjir luapan sungai kembali terjadi merendam ruas jalan dan rumah warga dengan ketinggian air mencapai 10-30 centimeter.

Pihaknya terpaksa kembali mengerahkan warganya untuk bergotong royong memperbaiki tanggul jebol.

Baca juga: Terjebak banjir, warga Aceh Timur butuh perahu

"Kami perbaiki tanggul masih secara darurat dengan goni diisi tanah, hanya itu lah kemampuan kami. Ada bantuan kawat bronjong dan karung dari BPBD itu yang dapat kami buat untuk menahan air besar dengan kekuatan patok kayu," tutur Ruslan.

Menurutnya debit sungai mulai meluap pada Kamis (6/10) dini hari. Sudah ratusan karung digunakan warga untuk membangun tanggul darurat meskipun disadari upaya itu belum efektif. Selama ini Ruslan bersama datok yang lain sudah berjuang ke Provinsi Aceh agar tanggul sungai kampung mereka segera dibangun permanen.

"Kami sudah bertemu anggota DPRA di Banda Aceh katanya pada APBA 2023 ada anggaran Rp5 miliar untuk pembangunan tanggul khusus di Rantau Pakam. Sekarang (tahun ini) pembangunan tanggul masih sampai Teluk Halban desa tetangga kami yang kondisi tanggulnya serupa jebol parah," ujarnya.

Baca juga: Pilar sosial di Aceh Utara ikut dikerahkan bantu korban banjir

Namun Ruslan merasa resah menunggu realisasi pembangunan tanggul tahun 2023 yang dianggap masih terlalu lama. Pihaknya pun berharap ada solusi dari pemda Aceh Tamiang untuk membuat pencegahan banjir luapan datang lagi.

Sebab dia membeberkan sejak 2019-2022 kampungnya kerap menjadi langganan banjir luapan. Sudah puluhan truk tanah timbun dibeli untuk membuat tanggul darurat tapi bekasnya tidak tampak lagi alias hanyut terbawa abrasi sungai.

"Kamis kemarin sekitar 20 truk saya beli tanah timbun dengan harga Rp140 ribu per truk. Pada 2019 juga ada beli 25 truk, pakai duit pribadi saya dan warga. Kalau terus-terusan buat tanggul beli tanah sendiri tidak mampu juga memikirkan keuangannya," keluhnya.

Baca juga: Ratusan warga Aceh Timur mengungsi akibat banjir

"Hari ini kami sudah berbuat segala cara untuk melindungi kampung kami dari banjir. Artinya, sebelum bantuan tanggul tahun 2023 turun apa solusi yang ditawarkan oleh pemda kita. Mengingat di tiga bulan akhir tahun ini musim banjir pasti datang lebih besar, apa yang harus kami lakukan, saya sudah lelah tidak sanggup dalam segala hal mengatasi bencana banjir ini," pungkasnya.

Datok Penghulu Kampung Teluk Halban Amril sangat bersyukur saat ini telah dibangun talud disepanjang titik tanggul yang jebol menggunakan dana APBA TA 2022 sebesar Rp1,4 miliar. Amril menyebut panjang talud batu kali yang tengah dikerjakan tersebut mencapai 375 meter dan tingginya 2,4 meter. Para pekerja proyek tampak libur karena sungai sedang banjir.

"Saat ini persentase pembangunan talud sudah mencapai 60 persen. Diperkirakan dalam satu bulan ini akan selesai kalau tidak datang bencana alam banjir," tuturnya.

Menurutnya pembangunan talud ini bukan merupakan solusi konkret untuk mengatasi banjir secara jangka panjang di Teluk Halban. Masih dibutuhkan pembangunan fisik seperti pengendalian arus sebanyak tujuh titik dan pelempangan badan sungai sekitar 500 meter agar dinding sungai tidak longsor.

"Kami berharap setelah ada talud ini, untuk yang ke depan kalaupun tidak ada pelempangan sungai ya, pengendalian arus. Kalau tidak dilakukan talud ini lama-lama berada dipinggir sungai akan jatuh, karena DAS kami ini per tahun 5-7 meter termakan abrasi," usul Amril.

Pewarta: Dede Harison

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022