Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) menyebutkan nilai transaksi antara Pemprov Jatim dan Pemerintah Aceh dalam program misi dagang dan investasi provinsi paling barat Indonesia itu mencapai Rp94,8 miliar.
“Tahun 2021 kemarin hanya tercatat Rp34,12 miliar, tapi sampai pukul 13.00 WIB tadi, Alhamdulillah sudah tembus Rp94,8 miliar," kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Banda Aceh, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan Khofifah di acara pengenalan produk dan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Misi Dagang dan Investasi antara Pemprov Jatim dan Pemerintah Aceh di Kota Banda Aceh.
Khofifah menjelaskan misi dagang dilakukan Pemprov Jatim ke berbagai berbagai provinsi di Tanah Air. Aceh merupakan provinsi yang ke 27.
Program ini bertujuan untuk memperluas jaringan produk unggulan Jatim dan Aceh, sekaligus juga untuk mendapatkan bahan baku subtitusi impor.
Kemudian dalam rangka ketersediaan bahan pokok dan bahan penting, terutama dalam memperkecil disparitas harga antar daerah, terkait juga dengan pengendalian inflasi terutama pada volatile food.
Selanjutnya, misi dagang bertujuan untuk mempertemukan berbagai kebutuhan komoditi untuk produksi industri di Jawa Timur dan juga dalam rangka mendorong penggunaan produk dalam negeri.
Khofifah menjelaskan Jatim dan Aceh sudah sejak lama proaktif membicarakan sektor-sektor yang akan dilakukan kerjasama, yang melibatkan pedagang atau pembeli, sehingga kerjasama itu dapat diteken.
Dalam acara misi dagang itu ada 144 pelaku usaha yang terlibat, di antaranya 44 dari Jatim dan 100 dari Aceh. Beberapa komiditi yang ditampilkan seperti beras, jagung, pala rempah-rempah, ayam potong, daging rendang, kopi, kacang hingga arang kelapa.
“Ini hanya sampel-sampel, tapi ada transaksi yang sudah tembus tadi Rp50 miliar sudah ditandatangani kontrak, yang saya sudah lihat. Transaksi ini akan terus bertambah," katanya.
Dulu, kata Khofifah, pihaknya menduga bahwa perdagangan antara Jawa Timur dan Aceh banyak melalui Medan, Sumatera Utara. Hal itu juga yang membuat perdagangan antara Jawa Timur dan Sumatera Utara cukup tinggi, sedangkan Jawa Timur dengan Aceh sangat kecil.
Namun, sekarang transaksi antara Jatim dan Aceh semakin tumbuh melalui berbagai kerjasama dalam realisasi program misi dagang dan investasi.
"Jadi saya rasa ini akan jadi bagian dari penguatan ekonomi antar kedua provinsi, dan juga peningkatan kolaborasi," katanya.
Kerjasama Jatim dan Aceh meliputi berbagai sektor seperti perkebunan, perdagangan, pertanian dan ketahanan pangan, hingga ke peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
"Kita harapkan masing-masing provinsi akan bisa menemukenali potensi-potensi efektif yang akan bisa dijual. Misalnya industri manufaktur di Jawa Timur itu sudah 30 persen lebih berkontribusi ke PDRB, sehingga apa yang menjadi produk Aceh yang dibutuhkan oleh pelaku industri di Jawa Timur ini bisa lebih kuat lagi," katanya.
Apalagi, saat ini beberapa produk juga tergolong dalam produk dengan kebutuhan dunia yang begitu tinggi, seperti rempah-rempah, batok kelapa, hingga ikan dan produk lainnya.
"Jadi apa yang kita lakukan hari ini adalah membangun penguatan kedua provinsi tidak hanya ekonomi tetapi juga sektor sumber daya manusia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
“Tahun 2021 kemarin hanya tercatat Rp34,12 miliar, tapi sampai pukul 13.00 WIB tadi, Alhamdulillah sudah tembus Rp94,8 miliar," kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Banda Aceh, Selasa.
Pernyataan itu disampaikan Khofifah di acara pengenalan produk dan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Misi Dagang dan Investasi antara Pemprov Jatim dan Pemerintah Aceh di Kota Banda Aceh.
Khofifah menjelaskan misi dagang dilakukan Pemprov Jatim ke berbagai berbagai provinsi di Tanah Air. Aceh merupakan provinsi yang ke 27.
Program ini bertujuan untuk memperluas jaringan produk unggulan Jatim dan Aceh, sekaligus juga untuk mendapatkan bahan baku subtitusi impor.
Kemudian dalam rangka ketersediaan bahan pokok dan bahan penting, terutama dalam memperkecil disparitas harga antar daerah, terkait juga dengan pengendalian inflasi terutama pada volatile food.
Selanjutnya, misi dagang bertujuan untuk mempertemukan berbagai kebutuhan komoditi untuk produksi industri di Jawa Timur dan juga dalam rangka mendorong penggunaan produk dalam negeri.
Khofifah menjelaskan Jatim dan Aceh sudah sejak lama proaktif membicarakan sektor-sektor yang akan dilakukan kerjasama, yang melibatkan pedagang atau pembeli, sehingga kerjasama itu dapat diteken.
Dalam acara misi dagang itu ada 144 pelaku usaha yang terlibat, di antaranya 44 dari Jatim dan 100 dari Aceh. Beberapa komiditi yang ditampilkan seperti beras, jagung, pala rempah-rempah, ayam potong, daging rendang, kopi, kacang hingga arang kelapa.
“Ini hanya sampel-sampel, tapi ada transaksi yang sudah tembus tadi Rp50 miliar sudah ditandatangani kontrak, yang saya sudah lihat. Transaksi ini akan terus bertambah," katanya.
Dulu, kata Khofifah, pihaknya menduga bahwa perdagangan antara Jawa Timur dan Aceh banyak melalui Medan, Sumatera Utara. Hal itu juga yang membuat perdagangan antara Jawa Timur dan Sumatera Utara cukup tinggi, sedangkan Jawa Timur dengan Aceh sangat kecil.
Namun, sekarang transaksi antara Jatim dan Aceh semakin tumbuh melalui berbagai kerjasama dalam realisasi program misi dagang dan investasi.
"Jadi saya rasa ini akan jadi bagian dari penguatan ekonomi antar kedua provinsi, dan juga peningkatan kolaborasi," katanya.
Kerjasama Jatim dan Aceh meliputi berbagai sektor seperti perkebunan, perdagangan, pertanian dan ketahanan pangan, hingga ke peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
"Kita harapkan masing-masing provinsi akan bisa menemukenali potensi-potensi efektif yang akan bisa dijual. Misalnya industri manufaktur di Jawa Timur itu sudah 30 persen lebih berkontribusi ke PDRB, sehingga apa yang menjadi produk Aceh yang dibutuhkan oleh pelaku industri di Jawa Timur ini bisa lebih kuat lagi," katanya.
Apalagi, saat ini beberapa produk juga tergolong dalam produk dengan kebutuhan dunia yang begitu tinggi, seperti rempah-rempah, batok kelapa, hingga ikan dan produk lainnya.
"Jadi apa yang kita lakukan hari ini adalah membangun penguatan kedua provinsi tidak hanya ekonomi tetapi juga sektor sumber daya manusia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022