Anggota tim pengkaji Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB) Rahmana Emran Kartasasmita mengatakan, kajian ilmiah yang komprehensif terkait produk tembakau alternatif sangat dibutuhkan sebagai sumber informasi yang valid untuk perokok yang ingin meninggalkan rokok konvensional.
Ia mengatakan, saat ini penelitian mengenai produk tembakau alternatif di Indonesia masih minim, sehingga diperlukan kemauan dari berbagai pihak untuk melakukan penelitian secara ekperimental terkait produk yang meliputi rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin.
Sebelumnya, ia menjelaskan, SF-ITB telah melakukan kajian literatur ilmiah berjudul "Perbandingan Profil Risiko Kesehatan Produk Tembakau yang Dipanaskan Versus Rokok Kretek Indonesia" yang menyimpulkan bahwa tembakau yang dipanaskan secara komparatif memiliki risiko lebih rendah daripada rokok.
"Saya mengajak seluruh kalangan, mulai dari akademisi hingga peneliti lainnya, untuk melakukan penelitian ini dan melakukan kajian lebih lanjut dari hasil temuan kami. Hasil kajian tersebut dapat dijadikan awalan untuk memperkaya teks akademik bagi pengambil kebijakan, peneliti lain, serta untuk pemahaman masyarakat umum,” kata dia dalam keterangannya, Sabtu.
Pada kesempatan berbeda, dalam diskusi panel “THR Challenges & Prospect: From Scientific Evidence to People’s Needs Satisfaction”, di 5th Scientific Summit Athena, Yunani, September lalu, Tom Gleeson dari European Tobacco Harm Reduction Advocates, mengungkapkan kajian ilmiah berperan penting dalam membandingkan profil risiko yang dimiliki oleh produk tembakau alternatif dengan rokok.
Ia juga berpendapat, saat ini kajian ilmiah yang mengomparasikan kedua produk tersebut masih sangat minim.
"Tantangan utama yang dihadapi saat ini adalah bagaimana cara menghasilkan data yang memadai dan akurat dalam memberikan informasi yang valid kepada konsumen, dokter, regulator, serta politisi tentang produk tembakau alternatif dan profil risikonya,” ujar Tom.
Dengan mendapatkan informasi yang akurat mengenai produk tembakau alternatif, maka pembuat kebijakan diharapkan dapat merumuskan kebijakan yang komprehensif terhadap produk tersebut.
“Mereka harus terus-menerus diinformasikan tentang perkembangan serta inovasi teknologi di industri hasil tembakau untuk membuat keputusan yang paling tepat bagi langkah-langkah legislatif serta rekomendasi kebijakan,” katanya.
Direktur Eksekutif International Network of Nicotine Consumer Organizations (INNCO), Charles Gardner menambahkan, berbagai pihak perlu mendorong lebih banyak lagi riset yang berfokus terhadap perbandingan profil risiko antara produk tembakau alternatif dengan rokok.
Charles melanjutkan hasil riset tersebut dapat digunakan untuk meyakinkan perokok dewasa yang kesulitan untuk berhenti merokok untuk beralih ke produk tembakau alternatif yang secara ilmiah sudah terbukti memiliki profil risiko produk yang jauh lebih rendah dari rokok. Menurutnya, hal ini sangat penting.
“Jika perokok dewasa tidak diberikan pilihan untuk beralih ke produk tembakau alternatif, maka ini adalah sebuah kelalaian,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
Ia mengatakan, saat ini penelitian mengenai produk tembakau alternatif di Indonesia masih minim, sehingga diperlukan kemauan dari berbagai pihak untuk melakukan penelitian secara ekperimental terkait produk yang meliputi rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin.
Sebelumnya, ia menjelaskan, SF-ITB telah melakukan kajian literatur ilmiah berjudul "Perbandingan Profil Risiko Kesehatan Produk Tembakau yang Dipanaskan Versus Rokok Kretek Indonesia" yang menyimpulkan bahwa tembakau yang dipanaskan secara komparatif memiliki risiko lebih rendah daripada rokok.
"Saya mengajak seluruh kalangan, mulai dari akademisi hingga peneliti lainnya, untuk melakukan penelitian ini dan melakukan kajian lebih lanjut dari hasil temuan kami. Hasil kajian tersebut dapat dijadikan awalan untuk memperkaya teks akademik bagi pengambil kebijakan, peneliti lain, serta untuk pemahaman masyarakat umum,” kata dia dalam keterangannya, Sabtu.
Pada kesempatan berbeda, dalam diskusi panel “THR Challenges & Prospect: From Scientific Evidence to People’s Needs Satisfaction”, di 5th Scientific Summit Athena, Yunani, September lalu, Tom Gleeson dari European Tobacco Harm Reduction Advocates, mengungkapkan kajian ilmiah berperan penting dalam membandingkan profil risiko yang dimiliki oleh produk tembakau alternatif dengan rokok.
Ia juga berpendapat, saat ini kajian ilmiah yang mengomparasikan kedua produk tersebut masih sangat minim.
"Tantangan utama yang dihadapi saat ini adalah bagaimana cara menghasilkan data yang memadai dan akurat dalam memberikan informasi yang valid kepada konsumen, dokter, regulator, serta politisi tentang produk tembakau alternatif dan profil risikonya,” ujar Tom.
Dengan mendapatkan informasi yang akurat mengenai produk tembakau alternatif, maka pembuat kebijakan diharapkan dapat merumuskan kebijakan yang komprehensif terhadap produk tersebut.
“Mereka harus terus-menerus diinformasikan tentang perkembangan serta inovasi teknologi di industri hasil tembakau untuk membuat keputusan yang paling tepat bagi langkah-langkah legislatif serta rekomendasi kebijakan,” katanya.
Direktur Eksekutif International Network of Nicotine Consumer Organizations (INNCO), Charles Gardner menambahkan, berbagai pihak perlu mendorong lebih banyak lagi riset yang berfokus terhadap perbandingan profil risiko antara produk tembakau alternatif dengan rokok.
Charles melanjutkan hasil riset tersebut dapat digunakan untuk meyakinkan perokok dewasa yang kesulitan untuk berhenti merokok untuk beralih ke produk tembakau alternatif yang secara ilmiah sudah terbukti memiliki profil risiko produk yang jauh lebih rendah dari rokok. Menurutnya, hal ini sangat penting.
“Jika perokok dewasa tidak diberikan pilihan untuk beralih ke produk tembakau alternatif, maka ini adalah sebuah kelalaian,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022