Banjir di Kabupaten Aceh Tamiang dilaporkan  semakin meluas tersebar di wilayah hulu hingga hilir dan merendam ratusan rumah, sehingga warganya mengungsi.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tamiang mencatat dampak banjir terparah terjadi di wilayah hilir meliputi Kecamatan Bendahara dan Seruway akibat luapan sungai dari tanggul yang jebol.

“Laporan bencana banjir di Kecamatan Bendahara per Rabu (21/120) sudah merendam 15 desa. Sementara jumlah warga mengungsi sebanyak 182 KK/kepala keluarga atau 637 jiwa dari delapan desa,” kata Kepala BPBD Aceh Tamiang Iman Suhery melalui Kabid Kedaruratan dan Logistik Diwan Syahputra di Karang Baru, Kamis.

Baca juga: BPBD: 156 rumah masih terendam banjir di Aceh Timur

Pengungsi terbanyak berada di Desa Rantau Pakam berjumlah 100 KK atau 320 jiwa. Kemudian disusul Desa Teluk Halban 29 KK atau 116 jiwa dan Desa Balai 23 KK atau 92 jiwa.

“Ketiga desa ini paling parah terdampak banjir dan banyak warga mengungsi karena dekat dengan tanggul sungai jebol,” ujarnya.

Menurut Diwan Syahputra untuk saat ini lokasi pengungsian rata-rata di rumah tetangga/kerabat dan fasilitas umum seperti kantor desa, masjid, posyandu dan pos siskamling atau tempat yang lebih tinggi.

Baca juga: 2.405 jiwa warga Aceh Utara mengungsi akibat banjir

Sementara itu, lanjut Diwan Syaputara banjir juga melanda sejumlah desa pesisir di Kecamatan Seruway meliputi Desa Tangsi Lama, Gelung, Kampung Baru dan Desa Pantai Balai. Diakuinya perkampungan yang terdampak banjir umumnya berada di daerah aliran sungai (DAS) Aceh Tamiang, sehingga bila intensitas curah hujan tinggi pasti terimbas.

“Kondidi di Seruway juga sama ada ratusan rumah terendam dan ruas jalan dengan kedalaman bervariasi 20-80 centimeter membuat kendaraan roda dua dan empat tidak bisa lewat,” ujar Diwan.

Dia menjelaskan banjir di Seruway sudah berlangsung selama enam hari. Air lambat surut karena dipicu dua faktor yaitu luapan sungai dan pasang besar laut.

“Khusus banjir Seruway disebabkan kiriman dari hulu dan juga pengaruh pasang surut air laut. Saat ini laut mengalami pasang besar,” sebut Kabid Kadarlog BPBD ini.

Baca juga: Warga Aceh Tamiang langsungkan pesta pernikahan di tengah banjir

Camat Bendahara Sandi Suhendri mengatakan hari ini, Kamis (22/12) siang jumlah desa terdampak banjir bertambah menjadi 19. Banjir terparah dan jumlah pengungsi terbanyak di Desa Rantau Pakam.

“Iya kemarin masih 15, tapi kondisi hari ini sudah ada 19 kampung terkena banjir,” ujar Sandi.    

Sejauh ini, kata dia BPBD Aceh Tamiang dan pihak kecamatan tetap menyalurkan bantuan logistik berupa sembako kepada korban banjir sampai banjir surut. Selain itu pihaknya terus berkoordinasi dengan instansi terkait memonitor perkembangan banjir dan mengimbau warga agar selalu waspada. 

“Kami Forkopimcam terus berkordinasi dengan BPBD dan Dinas Sosial untuk merencanakan dan menyiapkan titik pengungsian, karena debit sungai Aceh Tamiang hari ini masih berpotensi naik bila cuaca di hulu hujan,” jelasnya.

Dari penelusuran aceh.antaranews.com di lapangan menyebutkan, puluhan permukiman khususnya di Dusun Pahlawan/kawasan Lapangan Bawah, Kota Kuala Simpang juga tak luput dari banjir dengan ketinggian 80 hingga 120 centimeter. Namun warga bantaran sungai tersebut masih pilih bertahan di rumah masing-masing menunggu air surut.

Berikutnya banjir juga merendam puluhan rumah di tiga desa yakni, Tanjung Genteng, Alur Meranti Sungai Liput dan Suka Makmur, Kecamatan Kejuruan Muda, yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara.

Sementara itu pusat Kecamatan Tenggulun di hulu Aceh Tamiang juga dikepung banjir. Desa yang terimbas banjir meliputi Simpang Kiri, jalan menuju Dusun Kermal, jalan menuju Desa Tenggulun, jalan menuju Desa Selamat, jalan menuju Desa Rongo dan Desa Rimba Sawang. 

“Akses jalan yang tergenang banjir tidak bisa dilalui baik sepeda motor maupun mobil karena dalam 10-80 centimeter dan panjangnya mencapai 500 meter,” kata Camat Tenggulun M Dede Winatha.

“Di Simpang Kiri 70 rumah terendam, di Rimba Sawang 15 rumah dan pengungsi ada 7 KK. Untuk sementara warga mengungsi dengan mendirikan tenda di badan jalan,” sambung Dede Winatha.

Pewarta: Dede Harison

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022