Rahmat Aulia, bocah berusia 10 tahun, harus menempuh jarak 230 kilometer pulang pergi menggunakan becak motor butut untuk menyelamatkan nyawa sang ayah.
Perjuangan Rahmat Aulia, warga Desa Geulanggang, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, itu karena ayahnya, Rusli Yusuf (46), mengidap lever dan diabetes.
Setiap 10 hari sekali, Rahmat membawa ayahnya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Meutia Aceh Utara di Lhokseumawe untuk menyedot cairan dalam perut yang membengkak.
"Cairan di perut ayah harus disedot setiap 10 hari sekali. Jika tidak, ayah akan merasakan kesakitan dan kondisi kesehatannya semakin parah. Kesehatan ayah menjadi tanggung jawab saya karena ibu sudah meninggal dunia," kata Rahmat Aulia di Lhokseumawe, Sabtu.
Bocah yang bercita-cita menjadi polisi tersebut mengaku terpaksa mengorbankan pendidikannya demi mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga dan merawat sangat ayah yang terbaring sakit.
"Sejak mamak meninggal dunia lima bulan lalu, saya dan kakak yang merawat ayah. Untuk kebutuhan sehari-hari, saya bekerja menarik pukat dan juga kadang-kadang ada bantuan dari warga," kata Rahmat dengan mata berkaca-kaca.
"Saya sering tidak masuk sekolah karena harus cari uang untuk kebutuhan sehari-hari dan membawa ayah berobat. Sekali bawa berobat memakan waktu empat hingga enam hari," kata Rahmat.
Sambil menundukkan kepala, Rahmat mengaku terpaksa membawa ayahnya dengan becak motor bukan menggunakan ambulans maupun angkutan umum karena keterbatasan ekonomi.
"Untuk biaya pergi berobat hanya ada Rp70 ribu di kantong dari hasil tarik pukat dan bantuan warga sekitar. Kalau naik mobil ambulans maupun angkutan umum, biayanya besar. Kami tidak punya uang," ujar Rahmat.
Rusli Yusuf mengatakan sejak enam tahun terakhir dirinya tidak dapat bekerja lagi dan terpaksa harus terbaring di kasur akibat penyakit yang menggerogoti tubuhnya.
"Sakit yang saya derita ini mulai 2017. Namun, sakit yang saya derita semakin parah hingga perut membengkak sejak istri saya meninggal dunia enam bulan lalu," katanya.
Rusli Yusuf mengaku hanya dapat pasrah atas kondisi yang dialaminya seraya berharap penyakit yang dideritanya dapat segera pulih agar dapat mencari nafkah kembali untuk kebutuhan keluarganya.
"Dulu, saya kerja jual ikan. Sejak sakit, istri saya yang bekerja. Namun, sekarang Rahmat yang menjadi tulang punggung keluarga untuk kebutuhan sehari-hari. Semoga saya cepat sehat dan dapat bekerja kembali," kata Rusli Yusuf.
Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Pidie Jaya Eddy Azwar saat menjenguk Rusli mengatakan Pemkab Pidie Jaya akan menanggung semua kebutuhan berobat pasien yang viral di media sosial tersebut.
"Kejadian viral ini karena kurang komunikasi saja, sehingga seakan-akan pasien tersebut terkesan terlantar dan tidak dipedulikan oleh pemerintah daerah," katanya.
Eddy Azwar menyebutkan dirinya sudah menghubungi pihak puskesmas, camat dan kepada desa setempat terkait kondisi pasien dan mengapa tidak menggunakan ambulans untuk dirujuk ke RSUD Cut Meutia Aceh Utara.
Menurut Eddy, pasien menganggap jika memakai ambulans harus berbayar, sehingga tidak melaporkannya. Jadi, berinisiatif berobat menggunakan becak. Ini hanya miskomunikasi saja.
"Usai mengetahui video viral tersebut, kami turun langsung menjenguk kondisi pasien yang memang sangat membutuhkan perawatan dan memastikan penanganan terhadap pasien dilakukan secara totalitas," pungkas Eddy Azwar.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
Perjuangan Rahmat Aulia, warga Desa Geulanggang, Kecamatan Ulim, Kabupaten Pidie Jaya, itu karena ayahnya, Rusli Yusuf (46), mengidap lever dan diabetes.
Setiap 10 hari sekali, Rahmat membawa ayahnya ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Meutia Aceh Utara di Lhokseumawe untuk menyedot cairan dalam perut yang membengkak.
"Cairan di perut ayah harus disedot setiap 10 hari sekali. Jika tidak, ayah akan merasakan kesakitan dan kondisi kesehatannya semakin parah. Kesehatan ayah menjadi tanggung jawab saya karena ibu sudah meninggal dunia," kata Rahmat Aulia di Lhokseumawe, Sabtu.
Bocah yang bercita-cita menjadi polisi tersebut mengaku terpaksa mengorbankan pendidikannya demi mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga dan merawat sangat ayah yang terbaring sakit.
"Sejak mamak meninggal dunia lima bulan lalu, saya dan kakak yang merawat ayah. Untuk kebutuhan sehari-hari, saya bekerja menarik pukat dan juga kadang-kadang ada bantuan dari warga," kata Rahmat dengan mata berkaca-kaca.
"Saya sering tidak masuk sekolah karena harus cari uang untuk kebutuhan sehari-hari dan membawa ayah berobat. Sekali bawa berobat memakan waktu empat hingga enam hari," kata Rahmat.
Sambil menundukkan kepala, Rahmat mengaku terpaksa membawa ayahnya dengan becak motor bukan menggunakan ambulans maupun angkutan umum karena keterbatasan ekonomi.
"Untuk biaya pergi berobat hanya ada Rp70 ribu di kantong dari hasil tarik pukat dan bantuan warga sekitar. Kalau naik mobil ambulans maupun angkutan umum, biayanya besar. Kami tidak punya uang," ujar Rahmat.
Rusli Yusuf mengatakan sejak enam tahun terakhir dirinya tidak dapat bekerja lagi dan terpaksa harus terbaring di kasur akibat penyakit yang menggerogoti tubuhnya.
"Sakit yang saya derita ini mulai 2017. Namun, sakit yang saya derita semakin parah hingga perut membengkak sejak istri saya meninggal dunia enam bulan lalu," katanya.
Rusli Yusuf mengaku hanya dapat pasrah atas kondisi yang dialaminya seraya berharap penyakit yang dideritanya dapat segera pulih agar dapat mencari nafkah kembali untuk kebutuhan keluarganya.
"Dulu, saya kerja jual ikan. Sejak sakit, istri saya yang bekerja. Namun, sekarang Rahmat yang menjadi tulang punggung keluarga untuk kebutuhan sehari-hari. Semoga saya cepat sehat dan dapat bekerja kembali," kata Rusli Yusuf.
Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kabupaten Pidie Jaya Eddy Azwar saat menjenguk Rusli mengatakan Pemkab Pidie Jaya akan menanggung semua kebutuhan berobat pasien yang viral di media sosial tersebut.
"Kejadian viral ini karena kurang komunikasi saja, sehingga seakan-akan pasien tersebut terkesan terlantar dan tidak dipedulikan oleh pemerintah daerah," katanya.
Eddy Azwar menyebutkan dirinya sudah menghubungi pihak puskesmas, camat dan kepada desa setempat terkait kondisi pasien dan mengapa tidak menggunakan ambulans untuk dirujuk ke RSUD Cut Meutia Aceh Utara.
Menurut Eddy, pasien menganggap jika memakai ambulans harus berbayar, sehingga tidak melaporkannya. Jadi, berinisiatif berobat menggunakan becak. Ini hanya miskomunikasi saja.
"Usai mengetahui video viral tersebut, kami turun langsung menjenguk kondisi pasien yang memang sangat membutuhkan perawatan dan memastikan penanganan terhadap pasien dilakukan secara totalitas," pungkas Eddy Azwar.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023