Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyebut PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Nasional Indonesia Tbk (BNI) akan keluar secara perlahan dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI). Padahal kedua bank itu baru merger membentuk BSI selama dua tahun.

“Ini akan kita lihat peluang pasarnya. Apabila BNI dan BRI mulai exit, kira-kira siapa yang bisa menggantikan dan berapa besar size-nya,” kata Tiko di sela BSI Global Islamic Finance Summit (GIFS) 2023 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu.

Bank Syariah Indonesia (BSI) diresmikan pada tanggal 1 Februari 2021 atau bertepatan dengan tanggal 19 Jumadil Akhir 1442 H. Bank ini merupakan hasil penggabungan antara Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRIsyariah.

Baca juga: BSI targetkan penyaluran KUR di Aceh tembus Rp3 triliun

Wamen BUMN mengatakan telah melakukan pembicaraan dengan beberapa investor potensial yang diharapkan bisa datang dari perbankan global sehingga BSI dapat naik menjadi bank berkelas dunia.

Adapun pada aksi right issue BSI terakhir di Desember 2022, BNI hanya menggunakan separuh haknya, sementara BRI tidak menggunakan haknya sama sekali pada aksi penguatan modal tersebut.

Right issue adalah kesempatan yang diberikan kepada pemegang saham untuk membeli saham baru.

Oleh sebab itu, kepemilikan saham BNI di BSI menyusut dari 24,85 persen menjadi 23,24 persen, sedangkan kepemilikan saham BRI juga turun dari 17,25 persen menjadi 15,38 persen.

Baca juga: Jokowi: Pembiayaan dari bank bukan untuk "gagah-gagahan"  

Pewarta: Sanya Dinda Susanti

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023