Tapaktuan (ANTARA Aceh) - Serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di beberapa kecamatan dalam Kabupaten Aceh Selatan meluas dalam tiga bulan terakhir ini, sehingga meresahkan masyarakat.      
    
Sekretaris Rumah Sakit Umum Daerah Yulidin Away (RSUD YA) Tapaktuan, Muzhar, Kamis menyebutkan, sejak tiga bulan terakhir, yakni mulai September 2016 jumlah warga yang terjangkit DBD terus bertambah, yakni mencapai 81 orang.

Pada September jumlah warga yang terjangkit DBD 14 orang, kemudian pada Oktober meningkat menjadi 25 orang dan November bertambah lagi 47 orang.     
    
"Meskipun sejauh ini belum ada temuan akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti tersebut yang meninggal dunia, namun kasus tersebut telah meresahkan masyarakat," ujar dia.

Ia menyebutkan, 81 orang warga yang terjangkit DBD tersebut merupakan pasien yang dirujuk dari Puskesmas masing-masing kecamatan. Usia pasien tersebut mulai dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa.

Setelah mendapat perawatan intensif di RSUD YA selama beberapa minggu, akhirnya pasien tersebut diizinkan pulang ke rumahnya masing-masing karena telah sembuh. Namun ada juga sebagian lagi yang terpaksa harus dirujuk ke Banda Aceh karena trombositnya sudah sangat rendah, kata Muzhar.

Menyikapi persoalan ini, anggota Komisi C DPRK Aceh Selatan, Kamalul mengatakan dengan terus meningkatnya masyarakat terjangkit penyakit DBD sejak tiga bulan terakhir telah membuktikan bahwa Kabupaten Aceh Selatan sekarang ini sudah "darurat" DBD.

Namun, kata dia, dirinya menyayangkan meskipun kondisi sekarang ini sudah sangat mengkhawatirkan dan telah menjadi keresahan luar biasa bagi masyarakat, namun pihak Dinas Kesehatan Aceh Selatan dinilai belum melakukan langkah pencegahan secara maksimal.

Legislator dari Partai Golkar ini menyatakan, bukti kurang seriusnya pihak Dinas Kesehatan dalam mengatasi penyakit tersebut terlihat jelas di lapangan karena kasusnya semakin menunjukkan grafik peningkatan.

Karena itu, Kamalul meminta kepada Bupati Aceh Selatan segera mengevaluasi kinerja Kepala Dinas Kesehatan Aceh Selatan, Mardhaleta M Taher beserta seluruh jajarannya yang dinilainya berkinerja sangat buruk selama ini.

Sementara itu, Mardhaleta M Taher membantah pihaknya tidak melakukan penanganan maksimal di lapangan.

Menurutnya, setiap temuan kasus masyarakat terjangkit DBD pihaknya langsung melakukan langkah pencegahan dengan cara penyemprotan asap (fogging) serta tindakan lainnya.

"Namun langkah fogging tersebut baru dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan langkah penyelidikan epidemiologi (PE) yang bertujuan mengetahui potensi penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan penanggulangan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar tempat tinggal penderita dimaksud," uajr dia.

Jadi, kata dia, atas dasar itu, tidak mungkin di seluruh wilayah yang masyarakatnya terjangkit DBD di fogging, karena bisa jadi penderita DBD itu terjangkit di tempat lain kemudian yang bersangkutan pulang ke rumahnya.

Terhadap wilayah yang dinilai berpotensi penularan dan penyebaran DBD berdasarkan hasil PE, pihaknya mengaku telah melakukan langkah pencegahan secara maksimal selama ini diantaranya adalah telah melakukan langkah fogging untuk membasmi jentik-jentik nyamuk.

Sedangkan terkait anggaran pencegahan penyakit menular, ia justru menyatakan bahwa untuk saat ini anggaran dimaksud sudah habis terpakai seluruhnya, sehingga tidak benar anggaran yang telah diplotkan dalam APBK tahun 2016 tersebut masih banyak yang belum terserap.

Pewarta: Hendrik

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016