Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) kembali melakukan inspeksi mendadak ke RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh dan menemukan adanya tumpukan antrean di sejumlah Poliklinik akibat ketidakhadiran dokter spesialis.
"Temuan kita tadi adanya ketidakhadiran dokter di poliklinik, masalah ini benar-benar harus dibenahi," kata Ketua Komisi V DPRA M Rizal Falevi Kirani, di Banda Aceh, Kamis.
Sidak Komisi V DPRA ke rumah sakit milik Pemerintah Aceh tersebut juga ikut dihadiri oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Bustami mewakili Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki.
Dalam sidak ini, Komisi V DPRA bersama Sekda Aceh mengunjungi beberapa ruang Poliklinik RSUDZA yakni poli bedah, ortopedi, serta ruang poli endokrin. Selain itu, juga memeriksa ruang farmasi dan sejumlah ruangan lainnya.
Falevi mengatakan, dari ruang Poliklinik RSUDZA yang dikunjungi mereka kehadiran dokter hanya 10 persen. Di mana dari lima dokter bertugas hanya seorang yang hadir.
Tak hanya ketidakhadiran dokter, kata Falevi, pihaknya juga menemukan tidak adanya jadwal tugas. Semua masalah ini murni kesalahan manajemen, bukan para dokter.
"Manajemen sebenarnya harus punya skema dalam penanganan itu. Tapi ini memang benar-benar kosong, makanya terjadi antrean pasien karena tidak ada dokter," ujarnya.
Falevi menuturkan, RSUDZA merupakan rumah sakit rujukan dari 23 kabupaten/kota se Aceh, maka sudah pasti harus memberikan pelayanan terbaik dokter sub spesialis.
Terkait temuan tersebut, Falevi berharap adanya perbaikan yang komprehensif dari rumah sakit. Manajemen harus benar-benar mengelola RSUDZA ini dengan baik, sehingga masyarakat terlayani secara maksimal.
"Manajemen berjanji memperbaiki, dan kami akan terus mengawal ini. Kita ingin pelayanan yang terbaik dari RSUDZA kepada terhadap rakyat Aceh," kata Falevi.
Sementara itu, Direktur RSUZA dr Isra Firmansyah menyatakan bahwa saat sidak dilakukan, terdapat beberapa dokter piket yang sedang dalam tugas mengajar atau melakukan operasi.
"Mereka tidak hanya mengajar di rumah sakit, tetapi juga mengajar di Fakultas Kedokteran (FK) USK. Jadi ini lah yang harus kita buat sinkron," kata dr Isra.
Meski demikian, dr Isra berjanji segera melakukan pembenahan atas masukan dari sidak tersebut, termasuk mencari solusi bagaimana mengatur kembali jadwal piket bagi para dokter spesialis itu.
"Kita coba mengatur schedule yang baik, kalaupun tidak ada di BJP utamanya, itu akan digantikan oleh spesialistik yang sama sebagai back-up," ujar dr Isra.
Dalam kesempatan itu, Sekda Aceh Bustami menegaskan pelayanan kesehatan yang nyaman dan berkualitas harus dihadirkan untuk masyarakat Aceh yang berobat jalan maupun rawat inap di RSUDZA. Pemerintah Aceh akan mendukung peningkatan kualitas pelayanan agar lebih baik.
"Pak Dir (Direktur RSUDZA) berjanji bahwa penataan, pengelolaan, harus lebih baik, masyarakat harus terlayani dengan cepat dan tepat," kata Sekda Bustami.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
"Temuan kita tadi adanya ketidakhadiran dokter di poliklinik, masalah ini benar-benar harus dibenahi," kata Ketua Komisi V DPRA M Rizal Falevi Kirani, di Banda Aceh, Kamis.
Sidak Komisi V DPRA ke rumah sakit milik Pemerintah Aceh tersebut juga ikut dihadiri oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Bustami mewakili Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki.
Dalam sidak ini, Komisi V DPRA bersama Sekda Aceh mengunjungi beberapa ruang Poliklinik RSUDZA yakni poli bedah, ortopedi, serta ruang poli endokrin. Selain itu, juga memeriksa ruang farmasi dan sejumlah ruangan lainnya.
Falevi mengatakan, dari ruang Poliklinik RSUDZA yang dikunjungi mereka kehadiran dokter hanya 10 persen. Di mana dari lima dokter bertugas hanya seorang yang hadir.
Tak hanya ketidakhadiran dokter, kata Falevi, pihaknya juga menemukan tidak adanya jadwal tugas. Semua masalah ini murni kesalahan manajemen, bukan para dokter.
"Manajemen sebenarnya harus punya skema dalam penanganan itu. Tapi ini memang benar-benar kosong, makanya terjadi antrean pasien karena tidak ada dokter," ujarnya.
Falevi menuturkan, RSUDZA merupakan rumah sakit rujukan dari 23 kabupaten/kota se Aceh, maka sudah pasti harus memberikan pelayanan terbaik dokter sub spesialis.
Terkait temuan tersebut, Falevi berharap adanya perbaikan yang komprehensif dari rumah sakit. Manajemen harus benar-benar mengelola RSUDZA ini dengan baik, sehingga masyarakat terlayani secara maksimal.
"Manajemen berjanji memperbaiki, dan kami akan terus mengawal ini. Kita ingin pelayanan yang terbaik dari RSUDZA kepada terhadap rakyat Aceh," kata Falevi.
Sementara itu, Direktur RSUZA dr Isra Firmansyah menyatakan bahwa saat sidak dilakukan, terdapat beberapa dokter piket yang sedang dalam tugas mengajar atau melakukan operasi.
"Mereka tidak hanya mengajar di rumah sakit, tetapi juga mengajar di Fakultas Kedokteran (FK) USK. Jadi ini lah yang harus kita buat sinkron," kata dr Isra.
Meski demikian, dr Isra berjanji segera melakukan pembenahan atas masukan dari sidak tersebut, termasuk mencari solusi bagaimana mengatur kembali jadwal piket bagi para dokter spesialis itu.
"Kita coba mengatur schedule yang baik, kalaupun tidak ada di BJP utamanya, itu akan digantikan oleh spesialistik yang sama sebagai back-up," ujar dr Isra.
Dalam kesempatan itu, Sekda Aceh Bustami menegaskan pelayanan kesehatan yang nyaman dan berkualitas harus dihadirkan untuk masyarakat Aceh yang berobat jalan maupun rawat inap di RSUDZA. Pemerintah Aceh akan mendukung peningkatan kualitas pelayanan agar lebih baik.
"Pak Dir (Direktur RSUDZA) berjanji bahwa penataan, pengelolaan, harus lebih baik, masyarakat harus terlayani dengan cepat dan tepat," kata Sekda Bustami.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023