Meulaboh (ANTARA Aceh) - Pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, masih kesulitan mendapat pasar untuk menjual bermacam hasil produksi kerajinan tangan yang diolah dengan bahan baku lokal.

Ketua Kelompok UKM Beudoh Beusare, Desa Peulante, Kecamatan Arongan Lambalek, Safia di Meulaboh, Rabu mengatakan, selama ini sudah berhasil memproduksi 80-100 unit produk ekonomi kreatif terbuat dari bahan baku tanaman eceng gondok.

"Produksi kami sudah sampai 100 unit, kalau soal bahan baku di kawasan kami cukup banyak, malahan menjadi masalah lingkungan bagi masyarakat nelayan. Salah satu kendala kami masih terkendala pasar," katanya.

Pernyataan itu disampaikan usai menghadiri pertemuan dengan Kepala Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) Aceh Barat, bersama mahasiswa UIN Ar-Raniri Banda Aceh yang mendampingi kegiatan usaha ekonomi kreatif tersebut di desa mereka.

Safia menyampaikan, kaum perempuan yang menekuni kerajinan tangan dari bahan baku eceng gondok itu telah mampu menganyam produk seperti tas, kotak tisu, sandal, bakol, tas leptop, sandaran sofa dan hiasan dindiding dengan harga Rp75.000/unit.

Dia menyampaikan, lima kelompok UKM di Kecamatan Arongan Lambalek memiliki bahan baku cukup banyak hingga hitungan ton, sebab masih tersedia padat menutupi sekitar 35 kilometer sepanjang sungai Arongan.

"Ada dua kendala lagi, terutama bahan baku pendukung produk, seperti dus pelapis, mesin penjahit kemudian bahan pencucian agar tidak berjamur sebab harga jualnya di Aceh Barat lebih mahal ketimbang harga di pulau Jawa," sebutnya.

Lebih lanju disampaikan, ketersediaan bahan baku mencukupi, demikian jumlah pekerjanya maksimal dan mereka berharap produk kerajinan tangan mereka terjual dengan harga yang memihak kepada pelaku usaha ini.

Sementara itu Kepala Bappeda Aceh Barat H T Ahmad Dadek, SH menambahkan, pemerintah daerah melalui instansi teknis terus mendorong kretifitas masyarakat itu bisa merambah pasar dan memberikan suntikan dana yang memadai.

"Sebelumnya mereka didampinggi oleh LSM Rekompak dan mahasiswa KKN dari Banda Aceh. Untuk ke depan pemerintah mengalokasikan Rp200 juta per desa untuk pengembangan ekonomi kreatif demikian, khusus tiga desa," sebutnya.

Ahmad Dadek menjelaskan, pihaknya mengupayakan produk ekonomi kreatif itu bisa terjual di dalam dan luar negeri, saat ini Pemkab Aceh Barat telah mengupayakan pemasaran produk itu lewat jejaring sosial.

Malahan dalam waktu dekat ini akan digelar ekspo dan untuk bayer/pembeli pertama sekali mendorong instansi terkait dalam setiap kegiatan, seperti yang telah dijanjikan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang telah memeasan sebanyak 300 unit.

Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017