Yani, seorang ibu di Kecamatan Indra Makmur, Kabupaten Aceh Timur, terkejut ketika anaknya terdeteksi mengalami stunting. Baginya penyakit itu masih asing dan seperti kebanyakan warga di daerah tersebut, stunting bisa dikatakan menyerang anak-anak dalam senyap karena unsur ketidaktahuan untuk mencegahnya.
 
Dia baru mengetahui anaknya stunting setelah mengukur tinggi badan dan dibandingkan dengan umurnya. Hasil pengukuran, tumbuh kembang sang anak tidak sebanding dan berada pada kisaran di bawah normal.
 
Pikiran Yani makin terbuka setelah hadir pada sosialisasi dan penyuluhan stunting di Rumah Pemberdayaan Ibu dan Anak (RPIA) di Desa Blang Nisam, Indra Makmur. Tempat itu merupakan binaan perusahaan migas PT Medco E&P Malaka yang beroperasi di Aceh Timur.

Baca juga: RSUD dr Zubir Mahmud, saksi bisu perkembangan industri migas di Aceh
 
Selama ini, ia mengira penyembuhan anaknya akan bergantung pada obat medis. Tetapi setelah mengikuti sosialisasi, anggapannya itu ternyata salah. Paling penting adalah memastikan makanan yang dikonsumsi anak cukup asupan gizi, terutama protein.
 
Sejak saat itulah, Yani merasa keberadaan RPIA bermanfaat bagi masyarakat, terutama dalam peningkatan kesehatan keluarga dan pola asuh anak. "Rumah ini menjadi solusi untuk saya berkonsultasi mengenai stunting. Dari awal, saya kurang paham tentang pola asuh sehingga menjadi benar-benar tahu tentang stunting, sehingga saya rutin mengikutinya. Kini Alhamdulillah, anak saya sudah bebas stunting," kata Yuni di akhir Januari 2024.
RPIA atau biasa disebut Rumah Pemberdayaan, dibentuk dari program pemberdayaan masyarakat Medco E&P Malaka berkolaborasi dengan Medco Foundation sejak 2019 di Desa Blang Nisam, Indra Makmur, yang termasuk daerah pedalaman di Aceh Timur. Pada 2022, RPIA serupa juga dibentuk di Desa Ladang baro, Kecamatan Julok.
 
RPIA juga bekerjasama dengan Puskesmas dan Posyandu setempat serta Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kabupaten Aceh Timur guna memberikan penyuluhan untuk mencegah kondisi gagal tumbuh dan kekurangan gizi bagi ibu hamil dan menyusui. Cara penyuluhan dibuat semenarik mungkin dalam bentuk permainan yang menghibur sekaligus mengedukasi, misalnya seperti tebak-tebakan bagaimana mengkombinasikan makanan yang mengandung karbohidrat dan protein.
 
Warga yang bisa menjawab dihadiahi bingkisan. Alhasil, setiap kegiatan RPIA tidak pernah sepi peminat, bahkan sering yang datang melebihi jumlah undangan.
 
Selain penyuluhan, yang hadir juga dapat makanan tambahan untuk anak, susu untuk balita dan ibu hamil. RPIA juga dilengkapi antropometri atau alat ukur stunting dan kesehatan lainnya seperti alat cek tekanan darah. Warga yang hadir bisa menggunakannya secara gratis.

Baca juga: Begini cara identifikasi stunting sejak awal masa kandungan ibu hamil
 
Bebas Stunting
 
"Berkat adanya program tersebut, angka stunting di kawasan kami menurun. Bahkan bisa dikatakan gampong (desa) kami sudah mulai bebas stunting berkat upaya yang dilakukan perusahaan migas selama ini, seperti penyuluhan, karena dulu kami tidak tahu stunting itu apa," kata salah satu Ketua Forum Keuchik Indra Makmur, Romi Syahputra.
 
Bukan hanya itu, pemberian alat kesehatan untuk Puskesmas juga sangat membantu masyarakat. Sebelum adanya Medco, lanjutnya, desa di pedalaman itu kekurangan berbagai alat kesehatan. Warga harus menempuh waktu satu jam ke kota ketika ingin melakukan pemeriksaan kadar gula darah, kolesterol, dan asam urat.
 
"Kita akui selama ini Medco E&P Malaka terus mendukung warga di sekitar area operasi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan gratis, bahkan mendatangkan dokter spesialis anak, penyakit dalam, dan dokter kandungan. Saya berharap program ini bisa ditiru perusahaan lain," katanya.
 
Rumah Pemberdayaan Ibu dan Anak (RPIA) di Desa Blang Nisam, Indra Makmur, Kabupaten Aceh Timur. (ANTARA/Hayaturrahmah)
 
Hal serupa diungkapkan oleh Camat Indra Makmur M Arif, bahwa kepedulian perusahaan tersebut mendapat respon baik karena bermanfaat dalam meningkatkan kualitas kesehatan warga. "Alhamdulillah, pelayanan kesehatan ini terus berlanjut bahkan sudah menjadi event besar setiap tahun dan antusias masyarakat sangat tinggi. Warga merasakan banyak manfaat dari kegiatan ini," ujarnya.
 
Berkat keterlibatan Medco dalam percepatan penurunan stunting, Pemerintah Kabupaten Aceh Timur mendapat penghargaan dari Pemerintah Aceh karena sukses menurunkan angka stunting pada 2022. 
 
"Hasil Survei Status Gizi Indonesia atau SSGI resmi dari pusat prevalensi, angka stunting kita saat itu menurun dari 38,2 persen pada 2021 menjadi 33,6 persen pada 2022," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Aceh Timur, Sahminan.
 
 Menurut dia, program RPIA yang dibentuk Medco, sasarannya memberantas stunting dari tingkat tapak, sehingga membantu Pemda dalam berbagai persoalan kesehatan seperti gizi buruk dan pencegahan stunting sejak dini.
 
Dukungan dari Medco E&P Malaka diakuinya juga cukup mengurangi beban pemerintah karena Kecamatan Julok termasuk daerah dengan angka penderita stunting tertinggi di Aceh Timur. Dia berharap program ini bisa dijadikan contoh kalangan swasta lain, sebagai bentuk nyata dukungan perbaikan kualitas masyarakat bidang kesehatan.
 
"Mudah-mudahan kegiatan seperti ini dapat terus terwujud secara luas di seluruh kecamatan dalam Kabupaten Aceh Timur, karena langkah ini sangat membantu masyarakat dalam menjaga kesehatan warga dan peningkatan imunitas tubuh sejak dini," demikian Sahminan.
 
Baca juga: Anda perlu tahu, begini tips kesehatan turunkan berat badan lewat pola makan & aktivitas
Baca juga: Lebam tanpa sebab bisa jadi gejala awal kanker pada anak, begini penjelasan dokter

Pewarta: Redaksi Antara Aceh

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024