Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh mencatat capaian imunisasi dasar lengkap (IDL) di Aceh hingga data terakhir 2023 berada tiga terbawah setelah dua provinsi baru di Papua yakni hanya 39,4 persen.
"Data IDL dengan manual, capaian imunisasi kita berada tiga terbawah dari seluruh provinsi di Indonesia, disusul provinsi baru Papua Tengah dan Papua Pegunungan," kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Aceh Iman Murahman di Banda Aceh, Sabtu.
Iman mengatakan capaian IDL di Aceh masih memprihatinkan, terutama di wilayah Pidie yang hanya mencapai 3,9 persen, disusul Aceh Jaya, Bireuen, dan Pidie Jaya yang masing-masing sekitar 12-14 persen.
"Kebanyakan ibu-ibu di wilayah tersebut tidak menganggap imunisasi sebagai hal yang penting serta ada anggapan imunisasi memberikan efek samping kepada bayinya karena melalui suntikan," ujarnya.
Adapun untuk tahun ini, kata dia, capaian IDL hingga April 2024 juga belum mencapai target 33,3 persen, baru berada di angka 12-13 persen dari jumlah 105.000 bayi yang ditargetkan. Artinya, baru 12.000-13.000 bayi yang sudah mendapatkan imunisasi lengkap.
"Mudah-mudahan kita bisa menggenjotkan kembali di bulan Juli, kalau Mei dan Juni sudah selesai," katanya.
Selain itu, Iman juga menyampaikan bahwa capaian imunisasi rendah ini sangat mengkhawatirkan, terlebih Aceh masuk dalam wilayah zona merah atau memiliki risiko tinggi terhadap infeksi virus lumpuh layu (polio).
"Tingkat risikonya mencapai 100 persen, beberapa kasus virus polio yang kita temui seperti di Pidie pada 2022 itu juga hampir semua karena belum mendapatkan imunisasi lengkap. Ada juga sebenarnya yang lain di tinjanya terindikasi virus polio, tetapi tidak mengalami lumpuh layu karena dapat imunisasi," ujarnya.
Tidak hanya polio, lanjut Iman, capaian imunisasi di Aceh yang masih rendah juga bisa meningkatkan penularan virus dan bakteri lainnya mulai dari difteri, campak, rubella, hingga pertusis pada anak.
"Di RSUD Zainal Abidin tahun lalu ada 112 yang terduga rubella, padahal targetnya hanya 21 saja, hampir lima kali dari target yang direncanakan di awal, ini dampak imunisasi yang rendah," katanya.
Dalam rangka meningkatkan capaian imunisasi, tambah dia, Pemerintah Aceh sudah melakukan berbagai upaya seperti mengeluarkan Surat Edaran Gubernur Aceh tentang penguatan imunisasi rutin dan surveilans (PD3I).
Kemudian, mengeluarkan pergub tentang percepatan peningkatan cakupan imunisasi, melakukan advokasi dan koordinasi lintas sektor, hingga melakukan supervisi suportif.
"Bahkan, kita juga melibatkan tokoh agama, masyarakat, serta media dalam upaya meningkatkan imunisasi di Aceh," demikian Iman Murahman.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
"Data IDL dengan manual, capaian imunisasi kita berada tiga terbawah dari seluruh provinsi di Indonesia, disusul provinsi baru Papua Tengah dan Papua Pegunungan," kata Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Aceh Iman Murahman di Banda Aceh, Sabtu.
Iman mengatakan capaian IDL di Aceh masih memprihatinkan, terutama di wilayah Pidie yang hanya mencapai 3,9 persen, disusul Aceh Jaya, Bireuen, dan Pidie Jaya yang masing-masing sekitar 12-14 persen.
"Kebanyakan ibu-ibu di wilayah tersebut tidak menganggap imunisasi sebagai hal yang penting serta ada anggapan imunisasi memberikan efek samping kepada bayinya karena melalui suntikan," ujarnya.
Adapun untuk tahun ini, kata dia, capaian IDL hingga April 2024 juga belum mencapai target 33,3 persen, baru berada di angka 12-13 persen dari jumlah 105.000 bayi yang ditargetkan. Artinya, baru 12.000-13.000 bayi yang sudah mendapatkan imunisasi lengkap.
"Mudah-mudahan kita bisa menggenjotkan kembali di bulan Juli, kalau Mei dan Juni sudah selesai," katanya.
Selain itu, Iman juga menyampaikan bahwa capaian imunisasi rendah ini sangat mengkhawatirkan, terlebih Aceh masuk dalam wilayah zona merah atau memiliki risiko tinggi terhadap infeksi virus lumpuh layu (polio).
"Tingkat risikonya mencapai 100 persen, beberapa kasus virus polio yang kita temui seperti di Pidie pada 2022 itu juga hampir semua karena belum mendapatkan imunisasi lengkap. Ada juga sebenarnya yang lain di tinjanya terindikasi virus polio, tetapi tidak mengalami lumpuh layu karena dapat imunisasi," ujarnya.
Tidak hanya polio, lanjut Iman, capaian imunisasi di Aceh yang masih rendah juga bisa meningkatkan penularan virus dan bakteri lainnya mulai dari difteri, campak, rubella, hingga pertusis pada anak.
"Di RSUD Zainal Abidin tahun lalu ada 112 yang terduga rubella, padahal targetnya hanya 21 saja, hampir lima kali dari target yang direncanakan di awal, ini dampak imunisasi yang rendah," katanya.
Dalam rangka meningkatkan capaian imunisasi, tambah dia, Pemerintah Aceh sudah melakukan berbagai upaya seperti mengeluarkan Surat Edaran Gubernur Aceh tentang penguatan imunisasi rutin dan surveilans (PD3I).
Kemudian, mengeluarkan pergub tentang percepatan peningkatan cakupan imunisasi, melakukan advokasi dan koordinasi lintas sektor, hingga melakukan supervisi suportif.
"Bahkan, kita juga melibatkan tokoh agama, masyarakat, serta media dalam upaya meningkatkan imunisasi di Aceh," demikian Iman Murahman.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024