Meulaboh (ANTARA Aceh) - Masyarakat nelayan di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh meminta kepada PT Pertamina (persero) menambah kuota bahan bakar minyak (BBM) jenis solar disubsidi untuk mereka agar lancar aktivitas melaut.

"Bahan bakar di pasok selalu kurang, tidak mencukupi untuk nelayan kami. Saya tidak tahu berapa ton dimasukkan, tapi kenyataannya selalu habis saat dibutuhkan. Setiap mau melaut tidak pernah tercukupi," kata salah seorang nelayan, Galih, di Melaboh, Kamis.

Pernyataan itu menyikapi kondisi dialami mereka hampir satu bulan terakhir mengalami krisis bahan bakar jenis solar, baik yang disubsidi untuk nelayan maupun solar non subsidi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah setempat.

Kelangkaan bahan bakar di Solar Packet Dealer Nelayan (SPDN) Padang Seurahet, kecamatan Johan Pahlawan, karena kapasitas penjualan sangat terbatas, menurut data Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, hanya disisihkan 8.000 liter atau delapan ton per hari.

Sementara lokasi penempatan SPDN Padang Seurahet berada di lintasan jalur utama keluar masuknya armada nelayan yang membongkar hasil tangkapan ke Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Ujong Baroh, termasuk jalur pulang pergi nelayan wilayah lain.

"Harapan, di sini supaya pemerintah berperan aktif menambah agar tidak langka minyak, tambah pasokannya. Dibilang SPDN ini khusus untuk nelayan, tapi kita juga tutup mata melihat becak datang beli pakai jeringen," tegasnya di lokasi kepada Antara.

Sementara itu Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Barat, Muhammad Ikbal, yang dikonfirmasi membenarkan kondisi tersebut, menurut dia kelangkaan yang terjadi bukan karena pengurangan kuota atau meningkatnya pemakaian.

"Teka teki ini yang sedang kami cari tahu, PT Pertamina menyatakan kuota masih tetap, malahan ada penambahan, tapi kenyataanya di lapangan, nelayan susah dapat bahan bakar, saya lihat cuma wilayah Johan Pahlawan saja, di Samatiga tidak begitu," sebutnya.

Terkait dengan pembelian dengan jerigen menggunakan becak menurut Ikbal, hal tersebut tidak masalah selama yang bersangkutan membawa surat rekomendasi pembelian, becak hanya memberikan pelayanan jasa penganggkutan BBM nelayan.

Ikbal menuturkan, jumlah kuota disediakan pada SPDN Padang Seurahet memang tidak seimbang dengan tingginya kebutuhan, apalagi bila diperhitungkan dengan jumlah unit armada nelayan daerah tersebut yang mayoritas berkapasitas di bawah 10 GT.

Dicontohkannya, untuk satu unit kapal motor ukuran terkecil membutuhkan BBM Solar minimal 35 liter/hari, sementara untuk beberapa unit armada di atas 30 Grosstonage membutuhkan hingga 1 ton untuk perkiraan melaut hingga 15 hari.

"Kuota minyak nelayan di SPDN Padang Seurahet memang terbatas, tapi pengelolanya sendiri tidak pernah menyampaikan untuk dilakukan penambahan kuota. Saya lihat baru sekitar dua tiga minggu ini bermasalah, sebelumnya tidak ada soalan," tegasnya.

Jelas Ikbal, akibat terjadi kelangkaan bahan bakar solar nelayan, aktivitas nelayan terganggu dan kondisi tersebut terpengaruh pada produktivitas perikanan tangkap dan akan ada potensi terjadi kenaikan harga yang lebih drastis bila tidak segera tertangani.

Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017