Film pendek garapan sineas Aceh berjudul Selubung Kain Putih produksi Adoc Production ditayangkan perdana dalam ajang festival film internasional Jakarta Film Week pada Sabtu mendatang (26/10).
"Kami bersyukur film ini akhirnya bisa selesai dan segera bertemu penontonnya, dan tayang perdana di Ibu Kota," kata Produser Film, Jamaluddin Phonna, di Banda Aceh, Selasa.
Dirinya berharap masyarakat Aceh yang berada di Jakarta bisa menikmati film tersebut di Bioskop CGV Grand Indonesia 26 Oktober nanti.
Jamal menyampaikan, film ini merupakan hasil pitching Adoc Production di Indonesiana TV pada program Layar Cerita Perempuan Indonesia (LCPI) 2024.
"Alhamdulillah, dari ratusan naskah film yang ikut pitching dari seluruh Indonesia, Selubung Kain Putih terpilih bersama 19 naskah lainya," ujarnya.
Produksi film Selubung Kain Putih diproduksi selama empat hari di Gampong Siron dengan semua artis dan kru asal Aceh, antara lain Cut Rana, Munawar, dan Mai Munzir yang dikenal sebagai penyanyi dengan lagu-lagu kritisnya.
"Kami memilih Gampong Siron sebagai lokasi untuk shooting film ini karena secara lokasi memang cocok, banyak hutan dan pohon-pohon besar. Lalu, alasan lain karena masyarakat Gampong Siron punya kearifan lokal yang sama dengan karakter di film ini," kata Jamal.
Film ini disutradarai oleh Azhari dan Ihan Sunrise sebagai penulis naskah. Berdurasi 12 menit, Selubung Kain Putih bercerita tentang Mawa Siah, seorang tetua adat yang berjuang menjaga hutan dari penebangan liar.
Sementara itu, Azhari selaku sutradara film tersebut menjelaskan, karya mereka itu mengambil latar cerita sebuah pemukiman masyarakat adat yang menjaga keseimbangan hubungan manusia dan alam.
Di mana, pohon-pohon besar yang ada di hutan mempunyai sumbangsih besar untuk kehidupan manusia.
Film itu juga dikemas dengan tradisi kepercayaan masyarakat yang masih menghargai makam para ulama. Sehingga karakter-karakter yang dimainkan baik antagonis maupun protagonis memiliki kesamaan.
"Di mana, karakter para penebang pohon yang hanya mencari sesuap nasi untuk istrinya, juga harus menyerah ketika karakter Mawa Siah harus melakukan pembakaran kemenyan untuk menyelamatkan sebuah pohon besar dari para penebang," demikian Azhari.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
"Kami bersyukur film ini akhirnya bisa selesai dan segera bertemu penontonnya, dan tayang perdana di Ibu Kota," kata Produser Film, Jamaluddin Phonna, di Banda Aceh, Selasa.
Dirinya berharap masyarakat Aceh yang berada di Jakarta bisa menikmati film tersebut di Bioskop CGV Grand Indonesia 26 Oktober nanti.
Jamal menyampaikan, film ini merupakan hasil pitching Adoc Production di Indonesiana TV pada program Layar Cerita Perempuan Indonesia (LCPI) 2024.
"Alhamdulillah, dari ratusan naskah film yang ikut pitching dari seluruh Indonesia, Selubung Kain Putih terpilih bersama 19 naskah lainya," ujarnya.
Produksi film Selubung Kain Putih diproduksi selama empat hari di Gampong Siron dengan semua artis dan kru asal Aceh, antara lain Cut Rana, Munawar, dan Mai Munzir yang dikenal sebagai penyanyi dengan lagu-lagu kritisnya.
"Kami memilih Gampong Siron sebagai lokasi untuk shooting film ini karena secara lokasi memang cocok, banyak hutan dan pohon-pohon besar. Lalu, alasan lain karena masyarakat Gampong Siron punya kearifan lokal yang sama dengan karakter di film ini," kata Jamal.
Film ini disutradarai oleh Azhari dan Ihan Sunrise sebagai penulis naskah. Berdurasi 12 menit, Selubung Kain Putih bercerita tentang Mawa Siah, seorang tetua adat yang berjuang menjaga hutan dari penebangan liar.
Sementara itu, Azhari selaku sutradara film tersebut menjelaskan, karya mereka itu mengambil latar cerita sebuah pemukiman masyarakat adat yang menjaga keseimbangan hubungan manusia dan alam.
Di mana, pohon-pohon besar yang ada di hutan mempunyai sumbangsih besar untuk kehidupan manusia.
Film itu juga dikemas dengan tradisi kepercayaan masyarakat yang masih menghargai makam para ulama. Sehingga karakter-karakter yang dimainkan baik antagonis maupun protagonis memiliki kesamaan.
"Di mana, karakter para penebang pohon yang hanya mencari sesuap nasi untuk istrinya, juga harus menyerah ketika karakter Mawa Siah harus melakukan pembakaran kemenyan untuk menyelamatkan sebuah pohon besar dari para penebang," demikian Azhari.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024