Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat sebanyak 273 kali kejadian bencana alam yang melanda wilayah provinsi paling barat Indonesia itu selama 2024 dengan kerugian mencapai Rp123 miliar.

“Kerugian tersebut dihitung dari kerusakan infrastruktur, harta benda warga, dan lahan pertanian,” kata Kepala Pelaksana BPBA Teuku Nara Setia di Banda Aceh, Selasa.

Ia menjelaskan bencana selama 2024 tersebut lebih sedikit dibandingkan pada 2023 yang mencapai 418 kali kejadian, dengan kerugian mencapai Rp430 miliar.

Dari total 273 kali bencana tersebut terbagi dalam beberapa jenis bencana di antaranya kebakaran permukiman, banjir, kebakaran hutan dan lahan, angin puting beliung, longsor, banjir bandang, hingga abrasi.

Baca: BPBD Aceh Besar catat 310 bencana sepanjang 2024

BPBA mencatat kebakaran pemukiman merupakan bencana paling banyak terjadi yakni sebanyak 86 kali, dengan kerugian ditaksir mencapai Rp69 miliar. Kemudian disusul banjir sebanyak 69 kali yang berdampak pada 5.062 rumah dan 11 jembatan, 18 tanggul rusak serta 883 hektare sawah terendam dengan total pengungsi 4.009 orang.

Selanjutnya, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi sebanyak 63 kali dengan lahan terbakar seluas 214 hektare, angin puting beliung sebanyak 34 kali yang merusak 376 rumah warga dengan total kerugian Rp9,5 miliar.

Kemudian, tanah longsor sebanyak 14 kali kejadian dengan kerugian ditaksir mencapai Rp1,2 miliar, banjir bandang empat kali kejadian dengan prakiraan kerugian Rp715 juta. Kekeringan sebanyak dua kali di 53 desa dalam empat kecamatan di Aceh Besar, gempa bumi sekali kejadian di wilayah pantai barat Simeulue dengan magnitudo 5,9 dan satu kali kejadian abrasi yang merusak satu unit rumah.

“Berbagai bencana itu menyebabkan 12 orang meninggal dunia, empat orang luka-luka dan berdampak pada 159.141 jiwa dalam 44.641 kepala keluarga, dengan pengungsi sebanyak 4.144 orang,” ujarnya.

Baca: FPRB dan Sekber SPAB optimalkan program pendidikan aman bencana


Ia menambahkan, semua bencana tersebut juga berdampak pada 40 sarana pendidikan, tiga sarana kesehatan, 11 sarana pemerintahan, 12 sarana ibadah. Kemudian juga berdampak pula pada 157 unit ruko, 16 unit jembatan, 18 tanggul dan 250 meter badan jalan akibat banjir dan longsor. 

Selain itu juga mengakibatkan kerusakan rumah sebanyak 787 unit akibat kebakaran pemukiman, angin puting beliung, banjir dan longsor.
 
”Kebakaran pemukiman juga mengalami penurunan dari 149 kejadian di tahun 2023 menjadi 86 di tahun 2024. Hal yang sama dengan bencana banjir juga mengalami penurunan kejadian dari tahun 2023 berjumlah 105 kali menjadi hanya 68 kali saja terjadi di tahun 2024,” ujarnya.

Nara menilai, penurunan intensitas bencana merupakan hasil kerjasama masyarakat dan lintas sektor dalam meningkatkan mitigasi bencana di Tanah Rencong, sehingga angka kejadian bencana terus menurun setiap tahun.

Baca: Pj Gubernur sebut empat tantangan penguatan mitigasi bencana di Aceh

Ia juga mengimbau masyarakat agar menjaga alam. Khususnya terkait karhutla, masyarakat diminta untuk tidak mengeksploitasi hutan secara berlebihan tanpa memperhatikan fungsi hutan sebagai resapan air yang berguna mencegah banjir dan longsor juga karhutla.
 
“Selain itu, pemberdayaan masyarakat atau sosialisasi kepada pelaku usaha yang terlibat perluasan lahan, kami himbau jangan membuka lahan dengan membakar hutan,” ujarnya.
 
Ia berharap masyarakat harus siap dalam menghadapi bencana, baik alam maupun non alam. Pada tahun ini, BPBA terus berusaha meminimalisir kerusakan maupun korban akibat bencana dan mendorong seluruh elemen masyarakat untuk merespon kejadian bencana secara komprehensif.
 
“Mari bersama-sama kita melakukan upaya pengurangan risiko bencana, karena penanggulangan bencana adalah urusan bersama, baik pemerintah maupun masyarakat dari berbagai elemen,” ujarnya. 

Baca: Pj Gubernur: Ketahanan masyarakat Aceh hadapi bencana berawal dari kearifan lokal

Pewarta: Khalis Surry

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2025