Pj Gubernur Aceh, Safrizal ZA menyatakan kearifan lokal serta nilai sosial menjadi salah satu ketahanan masyarakat di tanah rencong dalam menghadapi bencana.
“Kearifan lokal yang telah berabad-abad mengakar dalam masyarakat Aceh terbukti menjadi pondasi yang tak tergantikan dalam membangun ketahanan," kata Safrizal ZA di Banda Aceh, Senin.
Pernyataan itu disampaikan Safrizal ZA saat menjadi keynote speaker dalam kegiatan The 3rd Aceh Global Conference on Social Communication and Political Science (AGC-SCOPOS) yang bertajuk "Mitigasi bencana dan ketahanan masyarakat: Pembelajaran dari pengalaman Aceh menghadapi tantangan global", secara virtual dari Banda Aceh.
Safrizal mengatakan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana berbasis kearifan lokal serta penguatan solidaritas masyarakat sangat penting dalam menghadapi tantangan global.
Tinggal hitungan bulan, kata dia, Aceh akan kembali memperingati dua dekade peristiwa tsunami Aceh yang telah mengubah wajah Aceh serta mengubah cara pandang dalam menghadapi bencana.
Pengalaman Aceh, kata dia, dalam mengatasi tragedi besar tersebut telah menjadi inspirasi bagi dunia dalam membangun ketahanan masyarakat.
Baca: FPRB Aceh edukasi pentingnya kearifan lokal dalam mitigasi bencana
Peran kearifan lokal, kata dia, menjadi pondasi dalam menghadapi bencana. Kemudian, nilai-nilai gotong royong dan ikatan sosial yang kuat di Aceh juga merupakan modal penting bagi masyarakat untuk bangkit dari keterpurukan.
“Kearifan lokal masyarakat Aceh terbukti menjadi fondasi membangun ketahanan. Di tengah kesulitan, silaturahmi juga menjadi jembatan yang mempererat hubungan antar warga,” ujarnya.
Selain itu, Safrizal juga mengingatkan pentingnya inovasi dalam menghadapi tantangan modern, termasuk perubahan iklim yang mengancam ketahanan masyarakat.
Ia menjelaskan, Aceh telah mengembangkan berbagai inisiatif, seperti program gampong (desa) tangguh bencana, serta pelatihan kebencanaan di sekolah guna menanamkan kesadaran sejak dini.
"Kami memanfaatkan teknologi digital untuk membangun sistem informasi kebencanaan yang responsif dan akurat,” katanya.
Dirinya berharap, konferensi AGC-SCOPOS ini dapat menjadi ajang untuk saling berbagi pengalaman dan memperkuat kerja sama internasional dalam menghadapi ancaman global.
"Jadikan momentum ini sebagai sarana kolaborasi antarnegara dalam membangun masyarakat yang lebih tangguh dan berkelanjutan di masa depan," demikian Safrizal ZA.
Baca: Pj Gubernur: 20 tahun tsunami Aceh jadi momentum semangat mitigasi bencana
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
“Kearifan lokal yang telah berabad-abad mengakar dalam masyarakat Aceh terbukti menjadi pondasi yang tak tergantikan dalam membangun ketahanan," kata Safrizal ZA di Banda Aceh, Senin.
Pernyataan itu disampaikan Safrizal ZA saat menjadi keynote speaker dalam kegiatan The 3rd Aceh Global Conference on Social Communication and Political Science (AGC-SCOPOS) yang bertajuk "Mitigasi bencana dan ketahanan masyarakat: Pembelajaran dari pengalaman Aceh menghadapi tantangan global", secara virtual dari Banda Aceh.
Safrizal mengatakan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana berbasis kearifan lokal serta penguatan solidaritas masyarakat sangat penting dalam menghadapi tantangan global.
Tinggal hitungan bulan, kata dia, Aceh akan kembali memperingati dua dekade peristiwa tsunami Aceh yang telah mengubah wajah Aceh serta mengubah cara pandang dalam menghadapi bencana.
Pengalaman Aceh, kata dia, dalam mengatasi tragedi besar tersebut telah menjadi inspirasi bagi dunia dalam membangun ketahanan masyarakat.
Baca: FPRB Aceh edukasi pentingnya kearifan lokal dalam mitigasi bencana
Peran kearifan lokal, kata dia, menjadi pondasi dalam menghadapi bencana. Kemudian, nilai-nilai gotong royong dan ikatan sosial yang kuat di Aceh juga merupakan modal penting bagi masyarakat untuk bangkit dari keterpurukan.
“Kearifan lokal masyarakat Aceh terbukti menjadi fondasi membangun ketahanan. Di tengah kesulitan, silaturahmi juga menjadi jembatan yang mempererat hubungan antar warga,” ujarnya.
Selain itu, Safrizal juga mengingatkan pentingnya inovasi dalam menghadapi tantangan modern, termasuk perubahan iklim yang mengancam ketahanan masyarakat.
Ia menjelaskan, Aceh telah mengembangkan berbagai inisiatif, seperti program gampong (desa) tangguh bencana, serta pelatihan kebencanaan di sekolah guna menanamkan kesadaran sejak dini.
"Kami memanfaatkan teknologi digital untuk membangun sistem informasi kebencanaan yang responsif dan akurat,” katanya.
Dirinya berharap, konferensi AGC-SCOPOS ini dapat menjadi ajang untuk saling berbagi pengalaman dan memperkuat kerja sama internasional dalam menghadapi ancaman global.
"Jadikan momentum ini sebagai sarana kolaborasi antarnegara dalam membangun masyarakat yang lebih tangguh dan berkelanjutan di masa depan," demikian Safrizal ZA.
Baca: Pj Gubernur: 20 tahun tsunami Aceh jadi momentum semangat mitigasi bencana
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024