Balai Bahasa Aceh menargetkan jumlah penutur muda bahasa Aceh dan Gayo terus bertambah usai kegiatan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025 resmi ditutup pada Minggu malam (23/11).
“Pada dasarnya, kegiatan FTBI 2025 dalam rangka program revitalisasi bahasa daerah bertujuan menggelorakan kembali minat dan semangat generasi muda untuk menggunakan bahasa daerah serta meningkatkan jumlah penutur muda di Aceh,” kata Kepala Balai Bahasa Aceh, Umar Solikhan, dalam penutupan FTBI 2025 di Banda Aceh, Minggu malam.
Umar menuturkan, pihaknya terus berupaya memperluas dampak kegiatan agar semakin banyak penutur muda muncul di berbagai daerah. Ia juga menyampaikan bahwa apabila anggaran memungkinkan, para pemenang juara pertama pada FTBI 2025 tingkat provinsi Aceh akan diberangkatkan ke tingkat nasional.
“Insyaallah, jika anggaran memungkinkan, para pemenang juara 1 akan dikirim ke ajang FTBI tingkat nasional di Jakarta,” katanya.
FTBI tahun ini diikuti 163 peserta jenjang SD dan SMP dari delapan kabupaten/kota, serta melibatkan 36 juri. Terdapat enam mata lomba yang dikompetisikan, yakni menulis cerpen, membaca puisi, mendongeng, tembang tradisi, komedi tunggal, dan pidato. Seluruh mata lomba tersebut digelar dalam dua bahasa, yakni bahasa Aceh dan bahasa Gayo.
Sementara itu, Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, yang secara resmi menutup kegiatan ini dalam sambutannya menyatakan bahwa FTBI memiliki dampak besar dalam pelestarian bahasa daerah.
“FTBI bukan hanya sekadar lomba, tetapi langkah besar untuk melestarikan, menguatkan, dan memastikan generasi muda Aceh tumbuh dengan kebanggaan akan bahasa daerahnya,” katanya.
Illiza pun mengapresiasi Balai Bahasa Aceh yang konsisten menjaga keberlanjutan kegiatan ini.
“Saya mengapresiasi Balai Bahasa Aceh. Kegiatan ini membuktikan bahwa pelestarian bahasa bukan hanya tentang menjaga masa lalu, tetapi membangun masa depan,” katanya.
Dalam kesempatan itu, ia menegaskan pentingnya pengenalan budaya sejak dini kepada generasi muda Aceh agar melahirkan generasi yang memahami dan mengenal identitas bangsanya.
“Kami percaya anak-anak yang mengenal akar budayanya adalah anak-anak yang tumbuh kuat, percaya diri, dan siap menghadapi dunia global tanpa kehilangan jati dirinya,” katanya.
Baca juga: Lestarikan bahasa daerah Aceh dan Gayo, BBPA kembali gelar FTBI 2025
Editor : Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2025