Kutacane (ANTARA Aceh) - Sebagian besar petani di Kabupaten Aceh Tenggara memanfaatkan badan jalan raya untuk menjemur hasil panen mereka sehingga mengganggu lalu lintas setempat.

"Sering kali setiap panen tiba, hampir seluruh petani tinggal di pinggir jalan desa menjemur panen mereka hingga badan jalan," kata Samsuddin (41), pengemudi roda empat di Kutacane, Rabu.

Bahkan, lanjutnya, sampai seluruh badan jalan di desa digunakan untuk menjemur hasil panen tanaman jagung, kakao dan pinang sebelum dijual ke pedagang pengumpul.

Warga mulai mengelar tikar atau terpal dengan memanfaatkan sebagian badan jalan desa tepat depan rumah atau depan sawah mereka.

Tidak jarang dijumpai seperti di pinggir jalan lintas Kutacane-Medan, lalu jalan provinsi, hingga jalan di tingkat desa digunakan untuk mengeringkan hasil pertanian warga.

Luas lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura 39.497 hektare atau sekitar 9,33 persen dari luas wilayah Aceh Tenggara 423.141 hektare.

"Kami bisa memaklumi, karena petani di Aceh Tenggara tidak punya lahan yang cukup untuk menjemur. Hasil tani mereka kering dulu, baru laku," kata pengendara roda dua, Nasiruddin (35).

Ketua Kelompok Tani Darussalam, Suhardi mengatakan, menjemur padi hasil panen dengan memanfaatkan sebagian badan jalan sudah menjadi kebiasaan warga di daerahnya.

Ia mengatakan, menjemur seperti padi di dengan memanfaatkan sebagian badan jalan depan rumah sangat mudah untuk diawasi dari hewan pemakan padi.

"Mudah diawasi, tidak jauh dari rumah. Bisa sambil jaga anak yang masih bayi," tuturnya.

Gubernur Aceh Irwandi Yusuf sebelumnya telah menargetkan capaian produksi tiga komoditi pangan tahun ini seperti padi 2,9 juta ton, jagung 249 ribu ton dan kedelai 4,8 juta ton.

Irwandi mengaku, tiga komoditi pangan tersebut merupakan komoditas andalan yang tertuang dalam perencanaan pertanian Pemerintah Aceh. 

Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017