Meulaboh (Antaranews Aceh) - Harga bubuk kopi Aceh yang diolah secara tradisional di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh mengalami kenaikan dari Rp65.000 menjadi Rp70.000/Kg, karena bahan baku di pasar semakin mahal.

M Rusli, pengusaha pengilingan kopi di Meulaboh, Rabu mengatakan, kenaikan bahan baku berupa biji kopi sudah berlangsung Desember 2017 hingga minggu kedua Januari 2018 ini belum turun, kondisi menyebabkan produksi mereka ikut berkurang.

"Biji kopi yang kita gunakan dari pasar Medan, Sumatera Utara, kalau kopi arabika lokal Aceh seperti dari Takengon, itu kita tidak sanggup karena mahal dan tidak bisa diolah secara tradisional dan manual," sebut pemilik UD Berkat Jaya, di Desa Ujong Baroh itu.

Rusli menyebutkan, selama ini dirinya bersama dua pekerja dengan peralatan serba manual bisa mengolah biji kopi dengan jumlah 80-150 Kg per harinya, dari hasil olahan tersebut bisa keluar bubuk kopi bersih siap jual seberat 15-20 Kg.

Apabila diperincikan dengan nilai jual, maka keuntungan yang mereka peroleh tidak begitu besar karena proses pengolahan bubuk membutuhkan tenaga manusia, berbahan kayu bakar dan butuh proses menyangrai atau memasak menggunakan bahan metal panas.

Rusli menyampaikan, proses memasak menggunakan sumber api dari kayu bakar merupakan salah satu teknik menjaga citra khas rasa kopi Aceh, sebab apabila menggunakan bahan elektronik maka aroma khas daerah akan hilang.

"Bahan kayu untuk menjaga aroma khasnya tetap terjaga, sebab dalam proses memasaknya berbeda dalam mengatur suhu panas. Sebenarnya bisa saja menggunakan mesin, tapi kami masih terbatas modal usaha," keluhnya.

Lebih lanjut dikatakan, untuk proses menyangrai membutuhkan teknis khusus, pedoman bukan hanya pada waktu atau jam, tapi juga kegigihan seorang pekerja dalam mengaduk dan menjaga biji kopi tidak sampai hangus ataupun berubah warna berlebihan.

M Rusli menjelaskan, biji kopi yang diolah tersebut juga dicampur sedikit dengan beras biasa yang memang wajib dilakukan, pertama sebagai patokan untuk menjaga kadar lamanya menyangrai bubuk kopi agar tidak gosong dan berubah aroma.

Pasar penjualan bubuk kopi mereka masih dalam lingkup lokal dan beberapa bulan terakhir sudah bisa tembus ke pasar Medan Sumatera Utara, aroma khas kopi Aceh itu tetap harus dijaga, walaupun tidak sama dengan harga dan kualitas Kopi Arabica Gayo.

"Untuk pasar masih lokal, sudah ada ke Medan Sumatera Utara, tapi belum begitu berhasil. Tapi sasaran utama kita pasar lokal dulu dan usaha saya ini pun belum begitu diketahui dan dikenal banyak pihak, kita juga ada hak paten," katanya menambahkan.

Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018