Tapaktuan (Antaranews Aceh) - Bangunan pusat kuliner perikanan yang baru selesai dikerjakan akhir tahun 2017 di Taman Pala Indah II, Kota Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan mudah ambruk, karena diduga ada beberapa item pekerjaan tidak berkualitas atau tidak kokoh.

Direktur Eksekutif Yayasan Gunung Hutan Lestari (YGHL), Sarbunis kepada wartawan di Tapaktuan, Kamis mengatakan, salah satu bagian yang terlihat tidak kokoh itu pada bagian pengelasan kerangka besi, karena terlihat jelas asal-asalan sehingga sangat mudah ambruk ketika diterjang angin.

Pihaknya, lanjut Sarbunis, sangat menyesalkan ambruknya fasilitas infrastruktur yang baru selesai dibangun melalui sumber APBN 2016 senilai Rp1,4 miliar.

Seharusnya pekerjaan proyek yang didanai sumber APBN dapat dilaksanakan secara maksimal sehingga bisa dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dan mampu memuaskan masyarakat di daerah.

"Kejadian ambruknya bangunan tersebut masih beruntung terjadi disaat tidak ada orang di lokasi tersebut. Namun jika saja ambruk di saat bangunan tersebut telah difungsikan tentu akan mengancam keselamatan jiwa masyarakat," sesal Sarbunis.

Selain pekerjaan tidak berkualitas, Sarbunis juga menilai penempatan lokasi pembangunan Sentra Kuliner Perikanan tersebut tanpa kajian dan analisis yang matang.

Soalnya, lanjut dia, lokasi yang persis berada di pinggir pesisir laut tersebut mengakibatkan bangunan itu mudah ambruk akibat diterjang angin kencang dari arah lautan.

Jikapun lokasinya tetap dipaksakan di tempat itu, seharusnya konstruksi bangunan yang dikerjakan lebih kokoh bukan justru asal-asalan, ujar dia.

Atas kerusakan tersebut, Sarbunis meminta kepada pihak kontraktor pelaksana harus bertanggungjawab untuk memperbaikinya kembali, sehingga fasilitas infrastruktur tersebut bisa dimanfaatkan oleh Pemkab Aceh Selatan dalam mempromosikan sejumlah kuliner perikanan ciri khasnya Aceh Selatan.

Tidak hanya itu, Sarbunis juga meminta kepada pihak aparat penegak hukum segera melakukan langkah-langkah penyelidikan untuk mengumpulkan data dan keterangan terkait realisasi pekerjaan proyek dimaksud.

Sebab kejadian ambruknya bangunan yang baru selesai dikerjakan tersebut jelas-jelas ditengarai akibat rendahnya kualitas material yang digunakan oleh pihak rekanan, katanya.

"Aparat penegak hukum juga harus mengusut realisasi pekerjaan proyek yang diduga tidak berkualitas ini, sehingga penggunaan anggaran negara sumber APBN ini tidak merugikan daerah dan masyarakat Aceh Selatan," tegasnya.

Pantauan wartawan di lokasi, bangunan Sentra Kuliner Perikanan tersebut ambruk khusus dibagian atapnya yang menggunakan terpal warna putih yang diikat dengan tiang penyangga.

Pipa besi galvanis yang digunakan sebagai tiang penyangga terpal terlihat patah dan sebagian lainnya bengkok. Beberapa pipa besi tersebut terlihat lepas dari ikatannya diduga akibat material las yang digunakan untuk mengikat antar pipa besi tidak kuat.

Ambruknya terpal beserta sejumlah pipa besi sebagai tiang penyangga juga mengakibatkan rusaknya beberapa pintu kios yang terbuat dari aluminium. Terdapat sejumlah kios yang dibangun mengelilingi Sentra Kuliner Perikanan tersebut.

Konsultan Pengawas proyek tersebut dari CV Bivak Konsultan, Asdar Wijaya yang dimintai konfirmasi menjelaskan bangunan Sentra Kuliner Perikanan tersebut telah mulai ambruk sejak tanggal 22 Januari 2018.

Kemudian kerusakannya makin parah atau ambruk kembali pada Sabtu 10 Februari 2018 atau persis seusai ditinjau oleh petugas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Pusat dari Jakarta, katanya.

Dia mengaku telah mengawasi secara maksimal proses pekerjaan proyek tersebut. Menurutnya seluruh material proyek yang digunakan oleh pihak kontraktor telah sesuai spesifikasi bahkan ada yang melebihi spesifikasi seperti pipa besi tiang penyangga terpal justru digunakan yang lebih tebal.

Hanya saja, kata dia, khusus terhadap item pekerjaan pengelasan seluruh kerangka bangunan yang terbuat dari pipa besi yang tidak diawasi lagi karena terhadap pekerjaan dimaksud telah dikontrakkan kepada sebuah perusahaan pengelasan CV Karya Rizki Mandiri dibawah pimpinan Andi Membran yang khusus didatangkan dari Jakarta Selatan oleh pihak kontraktor pelaksana.

"Saya sudah ingatkan kepada kepada mereka agar melakukan pengelasan yang kokoh karena konstruksi bangunan yang berada di pinggir laut mudah roboh akibat diterjang angin kencang. Namun permintaan saya itu dijawab bahwa mereka telah memiliki sertifikat khusus dibidang pengelasan, sehingga saya menyerahkan seluruh pekerjaan pengelasan secara penuh kepada mereka karena dinilai memang sudah ahlinya dibidang itu," kata Asdar Wijaya.

Pasca bangunan tersebut ambruk, Asdar Wijaya sempat menelpon tukang las yang telah kembali ke Jakarta. Saat itu diakui bahwa proses pengelasan tidak kokoh karena pekerjaannya buru-buru.

Tukang las itupun berjanji akan kembali lagi ke Aceh Selatan untuk memperbaiki kembali bangunan yang telah ambruk tersebut.

Namun janji itu tak pernah ditepati hingga akhirnya pihak kontraktor pelaksana terpaksa mendatangkan tenaga kerja lain dari Banda Aceh, katanya.

"Tenaga kerja yang didatangkan dari Banda Aceh tersebut saat ini sudah berada di Tapaktuan. Kontraktor pelaksana juga telah mengadakan sejumlah pipa besi yang baru untuk menggantikan pipa besi yang patah dan bengkok," ujar dia.

Duduk persoalan ini timbul murni disebabkan kualitas pengelasan tidak bagus. Hasil koordinasi dengan beberapa tukang las di Tapaktuan, material las yang digunakan mayoritasnya tidak masak makanya tidak kokoh mengikat kerangka antar pipa besi, sesalnya.

Ia menjelaskan pekerjaan proyek tersebut dimulai bulan Oktober dan selesai pada tanggal 31 Desember 2017.

Kepala Bidang Bina Usaha Perikanan pada Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Selatan, Lukman mengatakan Pemkab Aceh Selatan hanya sebagai penerima manfaat setelah proyek tersebut diserahterimakan oleh pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan. Dari sejak perencanaan, penganggaran hingga pelaksanaan seluruhnya ditangani oleh pihak kementerian.

"Pemkab Aceh Selatan tidak terlibat sama sekali dalam proses pekerjaan di lapangan, sebab kita hanya sebagai penerima manfaat," ujarnya.

Sekitar tahun 2016 lalu, sambung dia, pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan mengundang Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh Selatan ke Jakarta untuk mempresentasikan potensi sumber daya alam bidang perikanan di Aceh Selatan. Setelah itu, ditetapkan Kabupaten Aceh Selatan sebagai salah satu daerah yang menerima bantuan proyek Sentra Kuliner Perikanan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

"Sebenarnya sebelum ambruk sudah direncanakan akan diresmikan pengoperasionalan Sentra Kuliner Perikanan tersebut. Namun sedang menunggu-nunggu waktu yang tepat telah ambruk. Ambruknya bangunan tersebut pasca diterjang angin kencang disertai hujan lebat," katanya.

Pewarta: Hendrik

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018